POLITIK

Mengejutkan! Politikus Senior PDIP Benarkan Jokowi Minta 3 Periode dan Perpanjang Kekuasaan

DEMOCRAZY.ID
November 30, 2023
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Mengejutkan! Politikus Senior PDIP Benarkan Jokowi Minta 3 Periode dan Perpanjang Kekuasaan

politikus-senior-pdip-benarkan-jokowi-minta-3-periode-dan-perpanjang-kekuasaan


DEMOCRAZY.ID - Kabar Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta tiga periode dibenarkan oleh Politikus PDIP FX Hadi Rudyatmo. 


Rudy menyatakan Jokowi pernah minta jabatannya sebagai presiden diperpanjang hingga tiga periode. Hal itu pula yang menjadi pemicu alasan Jokowi kini berpisah jalan dengan PDIP. 


Rudy mengungkapkan, Jokowi dan keluarga kini tak sejalan dengan PDIP bukan semata karena sakit hati dengan sebutan petugas partai. 


"Yang sebetulnya persoalannya bukan itu," ucapnya saat ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 29 November 2023.


Jokowi, kata dia, memilih untuk berpisah jalan dengan PDIP setelah meminta perpanjangan masa jabatan menjadi tiga periode. 


Namun, permintaan Jokowi itu ditolak mentah-mentah oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. 


"Yang pertama minta perpanjangan, minta tiga periode. Mbak Mega itu orang ataupun ketua umum yang taat dan patuh terhadap konstitusi," ungkapnya. 


Ketua Dewan Pimpinan Cabang atau DPC PDIP Solo itu mengungkapkan bahwa Jokowi juga meminta perpanjangan kekuasaan apabila permintaan tiga periode tak bisa dipenuhi. Alasan Jokowi meminta perpanjangan kekuasaan adalah karena adanya pandemi Covid-19. 


"Lalu yang kedua, kalau tidak tiga periode, perpanjangan karena COVID," ujarnya. 


Padahal, menurutnya, pandemi bukan hanya permasalahan Indonesia, melainkan dunia.


Rudy Sebut Indonesia Bukan Negara Kerajaan


Rudy menjelaskan pihaknya tidak mendukung permintaan Jokowi untuk memimpin selama tiga periode karena Indonesia bukan negara Kerajaan. 


"Kita rakyat Indonesia harus bisa menilai bahwa Indonesia ini Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan negara kerajaan," tuturnya.


Rudy mengatakan apabila apabila Jokowi tidak terima dengan sebutan petugas partai, seharusnya dulu ayah Gibran Rakabuming Raka itu mencalonkan diri secara independen sebagai presiden. 


"Kalau tersinggung menjadi petugas partai ya suruh nyalonin rakyatlah dulu waktu presiden," ucapnya


Rudy mempersilakan Gibran dulu maju secara independen sebagai Wali Kota Solo. 


"Termasuk Mas Gibran, kemarin kalau berani ya lewat independenlah. Kami lawan dengan Pak Pur dan Pak Teguh," ujarnya.


Rudy pun mengungkit jabatan Gibran sebagai Wali Kota Solo. Menurut dia, Gibran bisa jadi orang nomor satu di Solo karena rekomendasi Megawati. 


Terlebih, rakyat Solo, direpresentasikan oleh PDIP,  karena partai itu memiliki 30 dari 45 kursi di DPRD Solo. 


"Coba anak njenengan, enggak mungkin dapat rekomendasi dari Megawati Soekarnoputri," tuturnya.


Rudy menilai bahwa petugas partai berarti petugas rakyat, termasuk dia pun mengaku sebagai petugas partai. Namun, dia mengatakan hal ini sering disalahpersepsikan. 


"Disalahpersepsikan oleh buzzer-buzzer-nya beliau," ucapnya.


Belakangan, Jokowi santer dikabarkan pisah jalan dari PDIP setelah setelah putranya, Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto. 


Padahal PDIP telah mengusung pasangan capres dan cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam kontestasi Pilpres 2024.


Hasto Berani Sumpah 'Pak Lurah' Mohon-Mohon Minta 3 Periode Lewat Menteri Pemilik 'Big Data'




DEMOCRAZY.ID - Isu keretakan Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri soal minta jabatan tiga periode terjawab sudah.


Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto membenarkan adanya permintaan penambahan masa jabatan Joko Widodo menjadi presiden tiga periode.


Hasto mengatakan mulanya seorang menteri di kabinet Presiden Jokowi mendorong adanya penambahan masa jabatan presiden itu.


Dia mengaku sempat bertemu dengan menteri tersebut dan mendapat informasi jika benar ada permintaan jabatan presiden tiga periode.


Menteri tersebut, kata Hasto, menyatakan bahwa sikap-sikap ketua umum partai yang mendorong presiden tiga periode atas permintaan 'Pak Lurah'.


"Sebelumnya saya bertemu dengan menteri tersebut dan dikonfirmasi bahwa sikap-sikap ketua umum beberapa partai yang menyuarakan itu, saat itu dikatakan, ya sebagai permintaan Pak Lurah," kata Hasto saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (27/10/2023).


Hanya saja, Hasto tak mengungkapkan siapa sosok menteri di kabinet Presiden Jokowi yang dimaksud.


Bahkan, dia menegaskan dirinya siap bertanggungjawab atas kabar permintaan jabatan presiden tiga periode itu.


"Ini bisa dikroscek, saya pertanggung jawabkan secara politik hukum dan juga di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, di hadapan rakyat Indonesia, bahwa itu memang ada melalui pihak-pihak lain yang kemudian disuarakan ke PDIP," ujar Hasto.


Namun, Hasto menuturkan PDIP menolak permintaan tersebut dan berkomitmen untuk taat pada konstitusi.


"Maka PDIP bersama rakyat Indonesia memilih tegak lurus pada konstitusi. Itu sikap yang diambil oleh PDIP," imbuhnya.


Adapun kabar permintaan jabatan presiden tiga periode ini sebelumnya diungkapkan politikus PDIP, Adian Napitupulu.


Menurut Adian, PDIP menolak permintaan Jokowi untuk menambah jabatannya menjadi presiden tiga periode. Dia menduga penolakan tersebut lah yang menjadi perseteruan PDIP dengan Jokowi.


Jokowi Pernah Bicara soal Pak Lurah


Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi pernah singgung soal penggunaan sebutan Pak Lurah di kalangan politisi.


Dia menegaskan hal itu soal penentuan calon presiden dan calon wakil presiden bukan dirinya selaku presiden, bukan juga wewenang 'Pak Lurah'.


Hal ini disampaikan Jokowi usai mengetahui adanya tren di kalangan elite politik menjadikan 'Pak Lurah' sebagai tameng perihal pertanyaan capres-cawapres Pemilu 2024.


Mulanya Jokowi tidak tahu siapa yang dimaksud Pak Lurah tersebut. Tapi belakangan dia sadar bahwa sosok itu merujuk ke dirinya selaku presiden.


"Ternyata pak Lurah itu kode, tapi perlu saya tegaskan saya ini bukan ketum parpol bukan juga ketua koalisi partai. Dan sesuai ketentuan UU yang menentukan capres dan cawapres adalah parpol dan koalisi parpol, jadi saya ingin mengatakan itu bukan wewenang saya, bukan wewenang Pak Lurah," kata Jokowi dalam pidato di Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI-DPD RI Tahun 2023 di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, (16/8/2023) lalu.


Jokowi pun menyadari hal tersebut merupakan bagian dari nasib seorang presiden yang dijadikan tameng atau alibi dari para elite politik dalam menentukan langkah politiknya.


"Walaupun saya paham ini sudah menjadi nasib dari seorang presiden, dijadikan paten-patenan dalam bahasa Jawa, dijadikan alibi, dijadikan tameng," katanya.




Sumber: Tempo

Penulis blog