DEMOCRAZY.ID
DEMOCRAZY.ID - Hubungan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan PDI Perjuangan tampaknya mulai terlihat ada keretakan.
Salah satu kader PDIP, Masinton Pasaribu bahkan secara terang-terangan menyampaikan kritik tajam kepada Presiden Jokowi.
Masinton Pasaribu menyebut bahwa Presiden Jokowi adalah pemimpin bebal. Hal ini dikarenakan, Presiden Jokowi dianggap tak pernah mendengar masukan dari luar kabinet.
Bahkan, Masinton mengatakan bahwa Presiden Jokowi tidak pernah menggubris saran yang diberikan oleh PDIP selaku partai politik yang menaunginya.
“Kalau kemudian diingatkan, cuek bebek, ini bebal namanya, baja yang baik kan yang tebal, tapi penguasa yang tidak baik penguasa yang bebal,” kata Masinton seperti dikutip dari Youtube Refly Harun.
Kritikan pedas yang dilontarkan Masinton selaku elite PDIP kepada Presiden Jokowi ini sontak mendapat komentar dari berbagai pihak, salah satunya pengamat politik Rocky Gerung.
Rocky Gerung menilai bahwa kritik yang disampaikan oleh Masinton adalah suara dari Megawati untuk Jokowi.
Menurut Rocky Gerung, hubungan Megawati dan Presiden Jokowi sudah mengalami keretakan hebat imbas Jokowi tak pernah mendengarkan arahan Megawati.
“Ibu Mega merasa ini anak (Jokowi) kok kurang ajar betul ya, jadi neko-neko atau plintat-plintut, jadi bagi bu Mega, pak Jokowi ini udah selesai, dan itu saya kira tidak bisa dipulihkan lagi,” kata Rocky Gerung seperti dikutip dari kanal Youtube pribadinya pada 02 Juni 2022.
Mantan dosen Filsafat Universitas Indonesia itu beranggapan bahwa ketegangan antara Megawati dan Jokowi sangat sulit untuk dipulihkan.
“Seluruh aktivitas minggu ini menunjukkan ada ketegangan yang gak mungkin lagi dijembatani,” ujarnya.
“Jadi ini sudah tahap mengolok-olok Jokowi dan mengolok-ngolok Ganjar, ini gak mungkin dipulihkan lagi,” imbuhnya.
Menurut Rocky Gerung, Presiden Jokowi saat ini tengah bersiap-siap untuk dikeluarkan dari PDIP imbas tak pernah menggubris perkataan Megawati.
“Jadi ini betul-betul menohok, batin Jokowi pasti terluka itu, tapi itu konsekuensi karena tidak taat pada perintah pemimpin partai,” pungkasnya. [Democrazy/kabes]
