PERISTIWA

Pengakuan Mengejutkan Mahasiswi Unsri: Dosen R Tanya Warna Bra dan Dalaman Saya

DEMOCRAZY.ID
Desember 05, 2021
0 Komentar
Beranda
PERISTIWA
Pengakuan Mengejutkan Mahasiswi Unsri: Dosen R Tanya Warna Bra dan Dalaman Saya

Pengakuan Mengejutkan Mahasiswi Unsri: Dosen R Tanya Warna Bra dan Dalaman Saya

DEMOCRAZY.ID - Korban dosen R bertambah. Seorang mahasiswi Universitas Sriwijaya (Unsri), juga mengaku menjadi korban pelecehan seksual sang oknum dosen. 


Mahasiswi berinisial D itu mengaku oknum dosen R, selalu mengirimkan kata-kata yang tidak pantas melalui aplikasi perpesanan.


Mahasiswi D memberikan keterangan di Subdit PPA Ditreskrimum Polda Sumsel, Sabtu (4/12/2021) kemarin. 


D baru berani buka suara usai dua kakak tingkatnya, C dan F, sudah melapor terlebih dahulu. 


“Karena apabila kasus ini tidak diangkat, saya yakin bisa membuat dia (R) semakin menjadi-jadi. Dia tidak akan jera, bakal terus berlanjut. Bahkan juga bisa menimbulkan ketakutan untuk diri kita sendiri, juga sebagai mahasiswa,” kata D di Mapolda Sumsel. 


Menurut D, dia mendapat pelecehan dari sang dosen melalui aplikasi Telegram. Sementara itu, dua korban lainnya dilecehkan R via WhatsApp. 


“Saya sendiri mengalami pelecehan dari Telegram,” kata D. 


D kemudian menjelaskan pelecehan seperti apa yang ia alami. Kejadian itu, menurutnya, bermula ketika ia menghubungi R. R saat itu merupakan dosen pengujinya dalam ujian kompre. 


“Awalnya saya menghubungi dia, dengan tujuan untuk mengurus keperluan administrasi sebelum menghadapi ujian. Tapi, komunikasi itu berlanjut, dia menghubungi telegram saya pada 14 Juli 2021 lalu,” katanya. 


“Memang nomor yang saya pakai itu nyambung ke segala socmed (social media) saya, termasuk Telegram. Nah, dia nge-chat dari Telegram dengan sistem yang otomatis 15 menit langsung hilang. Tapi beberapa yang sempat saya simpan,” imbuhnya. 


Namun, D mengaku tidak habis pikir isi percakapan dosen R terhadapnya tiba-tiba mengarah ke arah pelecehan seksual. 


Dosen R, kata D, sempat meminta nomor rekeningnya untuk memberikan uang jajan. Permintaan R itu pun lantas tidak digubrisnya.


“Awalnya dia (R) nanya-nanya biasa, tapi ujungnya nge-chat minta nomor rekening. Saya tanya untuk apa, terus dia jawab katanya mau kasih uang jajan. Langsung saja saya tolak, karena saya pikir untuk apa kok dia mau kasih uang. Makanya tidak saya balas,” ungkap D. 


D merasa risih. Namun tidak sampai di situ. Malam harinya, menurut D, dosen R kembali mengirimkan chat yang berisi kata-kata, yang menurutnya sangat tidak pantas dilakukan seorang dosen terhadap anak didiknya. 


“Terus malamnya dia chat lagi ke saya, tanya hal-hal yang tidak pantas. Dia tanya lagi pakai baju warna apa, dalamannya pakai warna apa, ukuran bra juga ditanya. Jelas saya risih, makin tidak saya gubris. Tapi tetap saja dia chat terus,” bebernya. 


“Gimana mau ketemu, setiap kali mau ke kampus saya takut duluan. Sikap dia seperti itu, kirim chat yang aneh-aneh jelas saya takut,” imbuh D.


D, yang hanya mengabaikan pesan tak senonoh itu, semakin resah karena, menurutnya, dosen R seperti tidak pantang menyerah dan terus berusaha menghubungi D. 


Pada akhirnya oknum dosen itu mengirimkan pertanyaan yang menurut D sudah sangat tidak pantas. 


“Saya ingat benar pesan tersebut dikirimkannya pada 25 Agustus 2021. Tetap dengan bahasa yang sama, seperti minta nomor rekening. Tapi kali itu bahasa dia lebih vulgar lagi chat-nya. Makin tidak saya gubris,” ucapnya. 


Lebih lanjut, D mengaku sengaja tidak melaporkan kejadian yang dialaminya itu ke pihak Unsri. Pasalnya, tidak mau masalahnya hanya berakhir di jalur mediasi. 


Oleh karena itu, D lebih memilih langsung membuat laporan ke polisi. 


“Karena saya berkaca dengan kasus sebelumnya. Perlakuan tidak nyaman diterima oleh mereka berdua (korban sebelumnya C dan F). Memang sengaja saya tidak memberitahukan fakultas karena tidak mau ditawari mediasi dan semacamnya. Saya mau langsung ke polisi saja karena memang tujuan saya untuk melaporkan dosen R. Saya tidak mau melibatkan kampus,” jelas D.


Sebelumnya, Polisi kembali menerima pengakuan seorang mahasiswi Universitas Sriwijaya (Unsri) yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual oleh dosen berinisial R bertambah. Mahasiswi itu berinisial D. 


Dia memberanikan diri melapor ke polisi setelah dua rekannya lebih dulu melapor. 


“Iya benar, karena ada dua seniornya yang melapor, jadi dia ikut melapor juga,” kata Kasubdit PPA Ditreskrimum Polda Sumsel Kompol Masnoni saat dimintai konfirmasi, Sabtu (4/12/2021). 


Masnoni mengatakan mahasiswi tersebut ditemani dua rekannya yang lebih dulu melaporkan kasus dugaan pelecehan oleh dosen. 


Pelapor disebut memberikan keterangan bersama dua orang saksi lainnya. Pelecehan diduga dilakukan dosen R via percakapan media sosial. 


“Untuk korban baru ini, dia tidak buat lagi LP. Karena kasus laporannya sama seperti dua korban sebelumnya,” sambungnya. 


Kasus dugaan pelecehan mahasiswi Unsri mencuat karena adanya laporan seorang mahasiswi yang mengaku dicabuli dosen berinisial A.


Polisi telah melakukan gelar perkara atas kasus tersebut dan sudah menaikkannya ke status penyidikan. 


“Kemarin sudah dilakukan gelar perkara dan sekarang naik dari penyelidikan ke penyidikan. Berarti itu memang sudah kuat, kita mengarahnya ke penyidikan yang lebih akurat,” kata Kasubdit PPA Ditreskrimum Polda Sumsel Kompol Masnoni kepada wartawan, Sabtu (4/12). 


Sebagai informasi, ada dua terlapor dalam kasus dugaan pelecehan seksual yang dilaporkan tiga mahasiswi Unsri. Polisi menegaskan proses hukum terus berlangsung. 


“Kita terus bergerak menyelidiki dan mendalami tiga laporan pelapor. Dua oknum dosen diduga sebagai terlapor, satu yang dilaporkan DR dan satu lagi dilaporkan C dan F,” kata Masnoni. 


Dosen A disebut telah mengakui perbuatannya. Dia juga telah dicopot dari jabatan kepala jurusan. 


Sedangkan Rektorat Unsri menyebut dosen R yang diperiksa tidak mengakui perbuatannya. [Democrazy/herald]

Penulis blog