DEMOCRAZY.ID
DEMOCRAZY.ID - Belakangan, publik cukup dibuat heboh dengan viralnya video Chef Renatta Moeloek yang memakan ‘bipang’ alias babi panggang bersama Chef Juna.
Padahal, disebutkan bahwasanya chef cantik tersebut menganut agama Islam alias merupakan seorang Muslim.
Nah, fenomena itu lantas mengingatkan publik soal putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni Kaesang Pangarep.
Itu karena sebelumnya, Kaesang pernah membagikan pengalamannya mencicipi nikmatnya daging babi.
Meski ia adalah seorang Muslim, di mana babi diharamkan dalam ajaran agama Islam, tetapi Kaesang mengaku rasanya memang enak dan bikin kangen.
Apa itu artinya ia sebenarnya ketagihan, hmmm?
Berikut ulasan lengkapnya, sebagaimana dilansir dari Insertlive pada Kamis, 11 November 2021.
Kaesang tanpa sengaja mencicipi daging babi untuk pertama kalinya saat melanjutkan pendidikan di Singapore Institute of Management University pada 2013 silam.
Pengalaman makan daging babi di Singapura itu pun diceritakan Kaesang dalam blog berjudul Diary Anak Kampung.
Kaesang mengaku awalnya penasaran ketika melihat daging berbentuk kotak yang sekilas terkesan nikmat sehingga ia pun langsung mencoba untuk memesan satu porsi daging tersebut.
“Waktu gue coba, ternyata itu daging enak banget. Ini daging yang paling enak yang pernah gue coba. Dagingnya itu super lembut, empuk, dan maknyus,” tulis Kaesang.
Namun, Kaesang saat itu tak tahu daging apa yang ia santap dan kontan saja langsung terkejut ketika mengetahuinya adalah babi.
“Waktu itu gue baru kepikiran daging yang gue makan itu tadi daging apa, ya? Gue tanya sama abangnya yang jual dan abangnya ngomong itu daging babi,” ungkap Kaesang.
“As* dah, pertama kali di Singapore gini udah bikin dosa. Udah dosa gue banyak banget lagi di Indonesia, ini malah ditambah lagi gara-gara makan daging babi.”
Meskipun haram bagi umat Muslim, tetapi Kaesang menilai bahwa babi adalah daging terenak yang pernah ia santap.
Saking enaknya, ia bahkan mengaku rasanya ngangenin.
“Tapi enak banget sih sebenarnya dagingnya, bikin ngangenin.” [Democrazy/terkini]
