PERISTIWA POLITIK

Soal Polemik Bipang Ambawang, Kapitra: Pemimpin Kita Terlalu Sulit Mengakui Kesalahan!

DEMOCRAZY.ID
Mei 09, 2021
0 Komentar
Beranda
PERISTIWA
POLITIK
Soal Polemik Bipang Ambawang, Kapitra: Pemimpin Kita Terlalu Sulit Mengakui Kesalahan!

Soal-Polemik-Bipang-Ambawang-Kapitra-Pemimpin-Kita-Terlalu-Sulit-Mengakui-Kekeliruan

DEMOCRAZY.ID - Politikus PDIP Kapitra Ampera menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan kekeliruan fatal tentang Bipang Ambawang Kalimantan. 

Sebab, kekeliruan terjadi lantaran presiden mengajak masyarakat untuk memakan babi panggang (Bipang) di waktu merayakan Idulfitri. 


"Pemimpin kita terlalu sulit mengakui suatu kekeliruan. Tidak ada salahnya jika meminta maaf atas kekeliruan itu," kata Kapitra, Minggu (9/5).


Kapitra juga mengkritik upaya para pembantu Presiden Jokowi yang justru mencari pembenaran atas kesalahan fatal yang dilakukan suami Iriana itu. 


Hal itu seperti dilakukan Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi hingga Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman. 


"Itu bukan pembenaran, tetapi pembusukan kepada pemimpin," tegas Kapitra.


Mantan pengacara Habib Rizieq itu mengatakan khilaf itu pakaian manusia.


 Jadi, seorang pemimpin tidak usah gengsi untuk meminta maaf atas kekhilafan yang dilakukan. 


"Minta maaf atas kekeliruan bukan membuat pemimpin itu hina, justru lebih mulia," ucap pria berdarah Minang itu.


Kapitra menduga kesalahan itu terjadi lantaran kekeliruan informasi yang disampaikan kepada Presiden Jokowi.


Menurut dia, presiden mungkin tidak bermaksud mengajak umat Islam memakan babi panggang (Bipang), tetapi referensi yang disampaikan kepada presiden itu yang bias dan tidak akurat. 


"Untuk itu, tidak ada salahnya pemimpin meminta maaf," ucap Kapitra. 


Selanjutnya, presiden harus mengevaluasi jajarannya yang membuat naskah tersebut. 


Termasuk jubir presiden dan mendag yang mencari pembenaran atas kesalahan tersebut. 


"Presiden harus evaluasi mereka. Sebab, komunikasi politik mereka buruk. Ada pembenaran, mengajak. Lho, ini bukan masalah kuliner nusantara, ini masalah Idulfitri, hari raya umat Islam. Itu konteksnya berbeda," pungkas Kapitra Ampera. [Democrazy/jpn]

Penulis blog