AGAMA HUKUM

Warga Usir 70 Anjing Milik Perempuan Bercadar di Bogor, Pemilik Minta Bantuan Hotman Paris

DEMOCRAZY.ID
Maret 13, 2021
0 Komentar
Beranda
AGAMA
HUKUM
Warga Usir 70 Anjing Milik Perempuan Bercadar di Bogor, Pemilik Minta Bantuan Hotman Paris

Warga-Usir-70-Anjing-Milik-Perempuan-Bercadar-di-Bogor-Pemilik-Minta-Bantuan-Hotman-Paris

DEMOCRAZY.ID - Perempuan berhijab dengan cadar yang dikenal sebagai pemelihara 70 anjing liar, Hesti Sutrisno, kembali dilaporkan mendapat protes warga. 

Dia memohon bantuan pengacara Hotman Paris jika ada proses hukum.


Beberapa orang yang mengaku sebagai warga setempat itu merasa terganggu dengan keberadaan puluhan anjing di shelter yang notabene berada di lahan pribadi milik Hesti.


Sekelompok orang itu meminta agar Hesti bersedia secepatnya mengosongkan tempat yang disebutnya sebagai 'greenhouse', dan berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.


"Saya di greenhouse ini ada 70 anjing, dan mereka yang meminta mengosongkan itu bukan warga setempat. Malah warga setempat marah melihat saya diintimidasi," kata Hesti saat dihubungi, Sabtu (13/3).


Hesti lantas mengaku akan tetap mempertahankan greenhouse miliknya, sebab ia merasa keberadaan shelter itu tidak mengganggu warga setempat.


Hesti menyebut lokasi shelter anjing miliknya jauh dari pemukiman warga.


Ia juga menjelaskan pembuangan kotoran anjing-anjing miliknya tak bakal mengganggu, sebab Hesti membuang sisa kotoran anjing pada septic tank khusus yang dibuatnya.


Tak hanya itu, puluhan anjing miliknya juga telah mendapatkan vaksinasi, sehingga kemungkinan penyakit rabies yang dikhawatirkan minim terjadi.


"Saya kan ngurus-nya ini di tengah sawah begini, jadi menurut saya tidak mengganggu. Selain itu, anjing-anjing ini kebanyakan milik warga setempat lho setengahnya," jelasnya.


Perempuan berusia 41 tahun ini pun merasa dirinya tidak menyalahi aturan. Sebab, niatnya mendirikan shelter anjing adalah untuk mengurusi kawanan anjing liar yang ia jumpai di jalanan.


Ia juga telah meminta izin dari kepala desa dan pihak kecamatan kala memutuskan membuat greenhouse.


Hesti sekaligus menegaskan, bahwa dirinya tak sekalipun pernah melakukan transaksi jual-beli anjing.


Selama ini, pendanaan untuk kebutuhan makan dan vaksinasi anjing di shelternya didapatkannya dari penjualan keripik, serta beberapa donatur yang memberikan pendanaan untuk kelangsungan shelternya.


"Saya bukan teroris, penjahat, bandar narkoba, jual anjing, atau bahkan jagal. Makanya saya tidak mengerti kenapa kejadian seperti ini terjadi lagi. Dulu di Pamulang berakhir mediasi, kalau yang ini sepertinya malah dari satu orang begitu yang, maaf, saya kasarnya menyebut preman," tutur Hesti.


Hesti pun mengaku hingga saat ini belum ada solusi perihal polemik tempat pemukiman puluhan anjingnya.


Pihak perangkat desa menurutnya belum bisa berbuat banyak, Dinas Peternakan setempat pun mengaku tak bisa menampung puluhan anjingnya, terutama di tengah kondisi pandemi seperti saat ini.


Sementara sekelompok orang itu, lantas pergi dan belum ditemukan kesepakatan, padahal Hesti ingin ada titik terang seperti mediasi atau cara lainnya.


Hesti sekaligus meminta kepada publik untuk membantu mencarikan pendampingan di jalur hukum, bilamana dirinya bakal digugat berbagai pihak.


"Mereka sudah tidak kembali lagi sih sampai hari ini, tapi tetap saya khawatir soal itu. Memang tidak ada anarkis begitu ya kemarin, tapi ada mengarah ke situ," kata Hesti.


"Jadi kalau ada bantuan hukum seperti Pak Hotman Paris mungkin atau siapapun saya minta tolong nanti dibantu jika jadi perkara ya, saya sudah tanya-tanya begitu, hanya saya kan tidak punya banyak uang," pungkasnya.


Kronologi singkat amukan warga yang didapatkan Hesti pada Jumat (12/3) lalu itu juga sempat diceritakan salah seorang warganet melalui utas di akun Twitter-nya.


Warganet menyebut Hesti dikenal sebagai sosok yang mendedikasikan hidupnya untuk memelihara, menjaga, serta mengasuh anjing-anjing liar yang ditemui di jalan.


Hesti juga disebutkan membiayai seluruh perawatan anjing liar itu secara mandiri dan mendirikan kandang anjing di lahannya sendiri.


Namun, sekelompok orang itu menurutnya masih tak menerima alasan tersebut, dan tetap bersikukuh meminta Hesti mengeluarkan seluruh anjing dari wilayahnya.


"ORMAS TERSEBUT ADALAH ORMAS LOKAL DAERAH YANG SAYA TIDAK BISA SEBUT NAMANYA DEMI KEAMANAN PRIBADI SAYA. Tidak ada embel-embel agama tertentu didalam nama ormas tersebut," cuit sang warganet.


Sebelumnya, pada April 2018 lalu, hal serupa juga sempat dialami oleh Hesti. 


Kala itu ia diprotes dan dihampiri oleh ibu-ibu yang merupakan tetangganya di kediamannya di Pamulang, Tangerang Selatan.


Kediaman Hesti pun sempat diamankan oleh pihak kepolisian saat itu.


Kapolres Tangerang Selatan AKBP Ferdi Iriawan kala itu mengatakan Hesti diprotes lantaran anjing-anjing yang dipeliharanya dinilai mengganggu masyarakat sekitar. 


Namun, protes itu dilaporkan sudah diselesaikan dengan proses mediasi. [Democrazy/cnn]

Penulis blog