GLOBAL

Krisis Ekonomi Kian Parah, Ribuan Mahasiswa Sri Lanka Kepung Rumah Perdana Menteri

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
Krisis Ekonomi Kian Parah, Ribuan Mahasiswa Sri Lanka Kepung Rumah Perdana Menteri

Krisis Ekonomi Kian Parah, Ribuan Mahasiswa Sri Lanka Kepung Rumah Perdana Menteri

DEMOCRAZY.ID - Ribuan mahasiswa Sri Lanka mendatangi dan mengepung kediaman Perdana Menteri (PM) Mahinda Rajapaksa di ibu kota Kolombo. 


Para mahasiswa itu menuntut PM Rajapaksa untuk mengundurkan diri di tengah krisis ekonomi yang makin memburuk di negara tersebut.


Seperti dilansir AFP, Senin (25/4/2022), pemadaman listrik selama berbulan-bulan, inflasi yang mencetak rekor serta krisis pangan dan bahan bakar telah meningkatkan ketidakpuasan publik di Sri Lanka, yang tengah menghadapi kemerosotan ekonomi terburuk sejak kemerdekaan negara itu tahun 1948.


Dalam unjuk rasa yang digelar Minggu (24/4) waktu setempat, para mahasiswa tidak hanya mendatangi tapi juga memanjat pagar kompleks kediaman PM Rajapaksa di Kolombo, setelah polisi memasang barikade di berbagai ruas jalanan setempat.


Polisi berupaya menghentikan demonstran di Kolombo untuk berhubungan dengan demonstran di area lainnya.


"Anda bisa memblokir jalanan, tapi tidak bisa menghentikan perjuangan kami hingga seluruh pemerintahan pulang," ucap salah satu pemimpin mahasiswa sembari berdiri di atas dinding kompleks kediaman Rajapaksa.


Menghadapi barisan polisi yang dilengkapi tameng antihuru-hara, para demonstran berusaha merobohkan barikade yang mencegah mereka memasuki kediaman Rajapaksa.


Dalam aksinya, para demonstran membawa sejumlah poster bertuliskan 'Pulanglah Gota' yang merujuk pada Presiden Gotabaya Rajapaksa, adik dari PM Mahinda Rajapaksa. 


Sejumlah demonstran lainnya memakai topeng Guy Fawkes yang menjadi simbol gerakan antikemapanan.


Dituturkan kepolisian setempat bahwa PM Rajapaksa sedang tidak ada di kediamannya saat unjuk rasa itu berlangsung. 


Kerumunan demonstran itu akhirnya meninggalkan kediaman PM Rajapaksa secara damai.


Selama lebih dari dua pekan ini, ribuan demonstran berkemah setiap harinya di luar kantor Presiden Gotabaya Rajapaksa, dalam aksi menuntut pengunduran dirinya dan kakaknya, PM Mahinda Rajapaksa.


Unjuk rasa juga digelar di wilayah-wilayah lainnya secara nasional, dengan kerumunan demonstran menyerbu rumah dan kantor tokoh pemerintahan. 


Pekan ini, seorang pria tewas ditembak ketika polisi melepas tembakan ke blokade jalan di pusat kota Rambukkana -- kematian pertama dalam unjuk rasa sejak bulan lalu.


Keruntuhan ekonomi Sri Lanka mulai terasa setelah pandemi virus Corona (COVID-19) melumpuhkan pendapatan vital dari pariwisata dan pengiriman uang. 


Negara ini tidak mampu membiayai impor produk-produk penting, yang membuat pasokan beras, susu bubuk, gula, tepung gandung dan obatan-obatan terbatas.


Situasi itu diperburuk dengan inflasi tak terkendali. Pemerintah yang tidak mampu membiayai bahan bakar juga menerapkan pemadaman listrik yang panjang setiap harinya, sementara antrean panjang terpantau di pom bensin setempat dengan orang-orang mengantre demi mendapatkan bensin dan minyak tanah. [Democrazy/detik]

Penulis blog