DEMOCRAZY.ID - Peneliti dari PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama, menyebut ada pesan politik di balik minimnya kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di kepengurusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di bawah kepempinan Gus Yahya Cholil Staquf yang diumumkan Rabu lalu (12/1/2022). Menurut Virdi, pesan itu sudah sangat jelas terkait soal dominasi partai politik yang begitu kental di tubuh organisasi yang didirikan oleh para ulama itu. Virdi yang menulis buku sejarah politik yang kontroversial bertajuk Menjerat Gus Dur (2019) itu lantas menjelaskan, minimnya kader partai yang dimpipinn oleh Muhaimin Iskandar itu terkait dengan posisi Gus Yahya. Gus Yahya, kata Virdi, ingin tetap menjaga jarak dari politik praktis seperti yang sering diutarakan, baik sebelum jadi ketua PBNU maupun usai terpilih dalam Muktamar NU ke-34 di Lampung akhir bulan lalu. “Pesannya kan jadi jelas usai pengumuman (pengurus PBNU, wah di NU ternyata (partainya) beragam ya. Ada yang di Partai A, B, C tapi tetap d
DEMOCRAZY.ID - Peneliti dari PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama, menyebut ada pesan politik di balik minimnya kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di kepengurusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di bawah kepempinan Gus Yahya Cholil Staquf yang diumumkan Rabu lalu (12/1/2022). Menurut Virdi, pesan itu sudah sangat jelas terkait soal dominasi partai politik yang begitu kental di tubuh organisasi yang didirikan oleh para ulama itu. Virdi yang menulis buku sejarah politik yang kontroversial bertajuk Menjerat Gus Dur (2019) itu lantas menjelaskan, minimnya kader partai yang dimpipinn oleh Muhaimin Iskandar itu terkait dengan posisi Gus Yahya. Gus Yahya, kata Virdi, ingin tetap menjaga jarak dari politik praktis seperti yang sering diutarakan, baik sebelum jadi ketua PBNU maupun usai terpilih dalam Muktamar NU ke-34 di Lampung akhir bulan lalu. “Pesannya kan jadi jelas usai pengumuman (pengurus PBNU, wah di NU ternyata (partainya) beragam ya. Ada yang di Partai A, B, C tapi tetap d