POLITIK

Imbau Rakyat Waspada, Rais 'Aam: Orang-orang 'Bertopeng' Punya Kepentingan Mendadak, 5 Tahun Sekali

DEMOCRAZY.ID
September 26, 2021
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Imbau Rakyat Waspada, Rais 'Aam: Orang-orang 'Bertopeng' Punya Kepentingan Mendadak, 5 Tahun Sekali

Imbau Rakyat Waspada, Rais 'Aam: Orang-orang 'Bertopeng' Punya Kepentingan Mendadak, 5 Tahun Sekali

DEMOCRAZY.ID - Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar, belum lama ini memberi imbauan agar waspada terhadap orang-orang ‘bertopeng’. 


Menurutnya, orang-orang ‘bertopeng’ tersebut biasanya punya kepentingan mendadak atau kepentingan lima tahun sekali. 


Adapun hal tersebut ia sampaikan saat berpidatk secara virtual dalam penutupan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU) 2021 pada hari Minggu ini, 26 September. 


Ia juga menyinggung soal ‘senjata’ yang diperlukan NU sebagai bentuk kewaspadaan dalam menghadapi kepentingan dadakan. 


Kiai Mif, begitu ia akrab disapa, mengatakan bahwa saat ini yang dihadapi NU beraneka-ragam. 


Ada sebagian kalangan yang bahkan melihat NU sudah menguasai Indonesia selama puluhan tahun. 


NU pun menjadi pusat perhatian dan sebagian kalangan itu menunggu kapan giliran mereka. 


“Kita menjadi pusat perhatian. Macam-macam, karena kagum, mahabbah, atau karena ingin ikut bercocok tanam untuk mendapatkan hasil yang maksimal,” ujarnya.


“Ada yang perhatian karena ingin mengganggu-ganggu dan ini bisa terjadi lima tahun sekali.” 


Oleh karena itu, dalam kondisi saat ini, Kiai Mif mengingatkan untuk selalu waspada, terlebih di era hoaks yang sudah menjadi referensi bagi banyak orang. 


“Maka suuzan (berprasangka buruk) ini harus menjadi senjata pada saat-saat ini.” 


Kiai Mif mengakui, suuzan adalah sebagian dari perbuatan dosa. 


Namun, menurutnya, itu prasangka kepada orang-orang yang telah nyata kebaikannya. 


“Tetapi pada orang-orang yang ‘bertopeng’, yang punya kepentingan-kepentingan mendadak atau lima tahun sekali, ini yang perlu kita waspadai.” 


Ia juga menyampaikan bahwa Rasulullah mengajarkan untuk menjaga diri dari kejahatan dengan sikap suuzan. 


“Paling tidak, suuzan hasanah. Karena itu, kita tidak menganggap aneh dan asing manakala perjalanan ini akan mendapat gangguan dan upaya untuk mengkerdilkan kita, membonsai kita.” 


Menurut Kiai Mif, satu-satunya jalan adalah bagaimana NU menjadi organisasi sistemik dan selalu turun ke bawah serta bisa membaca dan mendeteksi detak-detak yang terjadi di tengah masyarakat untuk mengetahui apa kebutuhannya. 


“Menjelang satu abad (usia NU), memasuki abad kedua, diperlukan kewaspadaan dan meningkatkan kesungguhan yang ada,” tandasnya. [Democrazy/terkini]

Penulis blog