PERISTIWA

RI Abaikan Harta Karun Energi Terbesar ke-2 Dunia, Kenapa?

DEMOCRAZY.ID
Maret 01, 2021
0 Komentar
Beranda
PERISTIWA
RI Abaikan Harta Karun Energi Terbesar ke-2 Dunia, Kenapa?

RI-Abaikan-Harta-Karun-Energi-Terbesar-ke-2-Dunia-Kenapa

DEMOCRAZY.ID - Indonesia memiliki sumber 'harta karun' di bidang energi yang sangat besar, bahkan menjadi terbesar kedua di dunia. Sumber 'harta karun' energi ini yaitu panas bumi.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga akhir 2020, Indonesia tercatat memiliki sumber daya panas bumi terbesar kedua di dunia yakni mencapai 23.965,5 mega watt (MW), di bawah Amerika Serikat yang memiliki sumber daya sebesar 30.000 MW.


Namun sayangnya, pemanfaatan panas bumi di Indonesia baru 2.130,7 MW atau hanya 8,9% dari total sumber daya yang ada. 


Lalu, apa yang menyebabkan pemanfaatan panas bumi Indonesia masih sangat rendah?


Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha mengungkapkan beberapa faktor penyebab masih minimnya pemanfaatan panas bumi untuk ketenagalistrikan di Tanah Air. 


Faktor utama yang dihadapi dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) menurutnya adalah masalah harga. 


Satya menyebut, saat ini harga listrik panas bumi dianggap masih tinggi meski sudah ada yang menyentuh 7 sen dolar per kilo watt hour (kWh).


Jika dibandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang sudah menyentuh 5 sen dolar per kWh, harga listrik dari panas bumi dinilai kurang kompetitif.


Masalah kedua menurutnya yaitu lokasi pengembangan panas bumi rata-rata berada di kawasan hutang lindung.


"Faktor yang utama dihadapi, satu harga. Kedua adalah bahwa kebanyakan panas bumi ada di hutang lindung. Ini perlu satu pemahaman agar tidak ada rejection (penolakan) dari masyarakat," paparnya dalam wawancara, Senin (01/03/2021).


Lebih lanjut Satya mengatakan, jika lokasi panas bumi sudah ada di hutan lindung, namun dianggap mengganggu kearifan lokal, maka perlu ada pendekatan khusus ke masyarakat. 


Menurutnya, masyarakat harus diberikan pemahaman bahwa panas bumi tidak merusak dan tidak mencemari lingkungan.


"Misal di Bali, benturan dengan budaya di sana. Nah, ini menjadi keunikan panas bumi di Indonesia, ini harus diselesaikan agar masyarakat tahu," tuturnya.


Satya pun menyayangkan pemanfaatan panas bumi yang masih terbilang rendah, bahkan di bawah 10% dari potensi yang ada. 


Apalagi, ini sumber energi berasal dari dalam negeri dan juga dimanfaatkan untuk kepentingan dalam negeri.


Oleh karena itu, dia berpendapat masih ada peluang besar untuk meningkatkan kapasitas PLTP ke depannya.


"Yang dikembangkan masih kurang dari 10%, ada kesempatan pengembangan yang tinggi," imbuhnya. [Democrazy/cnbc]

Penulis blog