DEMOCRAZY.ID - Ustaz Yusuf Mansur termasuk yang mengucapkan selamat pergantian tahun baru China di media sosialnya. Di instagramnya, ustaz kelahiran Jakarta ini memulai dengan menceritakan masa yang telah laluinya saat masih kanak-kanak. Saat makin kecil itu, ia masih kira-kira seusia di Sekolah Menengah Pertama (SMP), jika saat imlek juga mendatangi tetangga Tionghoa yang merayakan imlek. Kalimat pembukanya, "Dulu, zaman nenek kami masih idup. Kami masih bersama orang-orang tua kami. Mulai dari segede Aisyah bahkan kecilan lagi. Sampe kira-kira SMP. Tiap tahun, klo imlek, keliling ke tetangga yang Cianis, Tionghoa," tulisnya. Bahkan, katanya nenek dan orang-orang tuanya juga masak, lalu dihantarkan kepada yang lain. "Nenek, dan orang-orang tua kami, masak masakan. Terus dirantang-rantangiin gitu. Khas dzaman doeloe," sambung ia. Ia pun mengaku selalu senang, sebab jika pulang dari keliling merayakan imlek akan selalu dapat kue keranjang dan terima angpao. "
DEMOCRAZY.ID - Ustaz Yusuf Mansur termasuk yang mengucapkan selamat pergantian tahun baru China di media sosialnya. Di instagramnya, ustaz kelahiran Jakarta ini memulai dengan menceritakan masa yang telah laluinya saat masih kanak-kanak. Saat makin kecil itu, ia masih kira-kira seusia di Sekolah Menengah Pertama (SMP), jika saat imlek juga mendatangi tetangga Tionghoa yang merayakan imlek. Kalimat pembukanya, "Dulu, zaman nenek kami masih idup. Kami masih bersama orang-orang tua kami. Mulai dari segede Aisyah bahkan kecilan lagi. Sampe kira-kira SMP. Tiap tahun, klo imlek, keliling ke tetangga yang Cianis, Tionghoa," tulisnya. Bahkan, katanya nenek dan orang-orang tuanya juga masak, lalu dihantarkan kepada yang lain. "Nenek, dan orang-orang tua kami, masak masakan. Terus dirantang-rantangiin gitu. Khas dzaman doeloe," sambung ia. Ia pun mengaku selalu senang, sebab jika pulang dari keliling merayakan imlek akan selalu dapat kue keranjang dan terima angpao. "