Simak! Begini Penjelasan Lengkap KPK soal Napi Koruptor Diminta Beri Testimoni Antikorupsi - DEMOCRAZY News
POLITIK

Simak! Begini Penjelasan Lengkap KPK soal Napi Koruptor Diminta Beri Testimoni Antikorupsi

DEMOCRAZY.ID
Agustus 24, 2021
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Simak! Begini Penjelasan Lengkap KPK soal Napi Koruptor Diminta Beri Testimoni Antikorupsi

Simak! Begini Penjelasan Lengkap KPK soal Napi Koruptor Diminta Beri Testimoni Antikorupsi

DEMOCRAZY.ID - Program KPK soal narapidana (napi) korupsi akan memberikan testimoni antikorupsi memicu kritik. 


Deputi Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK Wawan Wardiana menjelaskan program tersebut berbeda dengan penyuluh antikorupsi.


"Penyuluh antikorupsi itu adalah satu media atau fasilitas agar masyarakat dapat berperan serta dalam rangka pemberantasan korupsi, sebagai penyuluh antikorupsi," kata Wawan di live Instagram resmi KPK, Selasa (24/8/2021).


Wawan mengatakan penyuluh antikorupsi sudah tersertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). 


Dia menekankan tak sembarang orang bisa menjadi penyuluh antikorupsi.


"Penyuluh antikorupsi ini juga sudah mendapatkan sertifikasi, SKKNI, standar kompetensi kerja, dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) kalau tidak salah sejak 2016 itu sudah punya SKKNI. Nah itu semua diuji kompetensinya melalui standar tadi, jadi ya tidak sembarangan orang bisa menjadi penyuluh," sambungnya.


Wawan menyebut ada 20 standar kompetensi jika ingin menjadi penyuluh utama. Kompetensi tersebut di antaranya nilai-nilai integritas, kejujuran, hingga kemandirian


"Tadi kan saya bilang ada 20 kompetensi yang harus dimiliki. Nomor satu itu adalah kompetensi bagaimana dia mengaktualisasikan dirinya terhadap nilai-nilai integritas, kejujuran, kemandirian, dan lain-lain," kata Wawan.


"Nah, mereka harus apa yang dilakukan dalam dirinya, dalam kehidupan sehari-harinya, harus terlihat bahwa dia memang sudah mengimplementasikan nilai-nilai integritas tadi, itu nomor satu. 


Misalnya nomor dua lagi, mereka meningkatkan pengetahuannya lalu mereka bisa mensosialisasikan, mengajak serta orang lain dalam mencegah korupsi kolusi dan nepotisme dan lain-lain," sambungnya.


Pemilihan Napi Tak Sembarangan


Wawan kemudian bicara mengenai pemilihan napi koruptor yang akan memberikan testimoni. 


Dia mengatakan bukan sembarang napi yang dipilih. 


Sebab, nantinya testimoni yang disampaikan akan menjadi pelajaran bagi masyarakat agar tidak melakukan korupsi.


"Yang ketiga, dia belajar dari orang lain. Nah, kami berharap sebetulnya kalangan koruptor ini yang selektif tentunya tidak sembarangan orang bisa melakukan ini. Kami ingin bisa sharing di situ. 


Belajar dari mereka, kenapa mereka bisa sampai begitu, apa akibatnya yang mereka rasakan, pada saat mereka mulai menjadi tersangka saja, apa yang terjadi pada dirinya, keluarganya, sosialnya dan seterusnya," ujarnya.


"Nah, itu kita capture, kita rekam, sebagai bahan testimoni dan itu bisa menjadikan pembelajaran bagi orang-orang supaya tidak melakukan korupsi. Pertanyaannya apakah mereka bisa menjadi penyuluh? 


Pertanyaan saya balik, kalau koruptor itu integritasnya bisa dijamin tidak? Sudah jelas bahwa mereka melakukan korupsi, karena mereka tidak berintegritas. Artinya, kalau dia menjadi penyuluh, nomor satunya udah gugur tuh, apalagi seterus dan seterusnya," sambung Wawan.


Lebih lanjut, Wawan mengatakan, dari ratusan napi itu, sudah terpilih tujuh napi yang akan memberikan testimonial. 


Wawan menjelaskan, ketujuh orang itu tentu akan melalui tahap berikutnya untuk memastikan kelayakannya mengikuti program tersebut.


"Pada saat kita menentukan siapa yang bisa siapa yang tidak itu juga ada tahapannya ya, dari kemarin 20-an orang itu ternyata cuma 7, ya kemudian lewat tulisan tangan itu kan dilihat oleh para psikolog, dari sekian puluh itu cuma 7 atau 8 orang yang kemarin," katanya.


Wawan juga mengatakan 7 napi yang terpilih itu pun belum dapat dipastikan bisa dijadikan testimoni. 


Para napi itu akan diwawancarai terlebih dahulu dan direkam, lalu videonya akan dianalisis lebih lanjut soal kelayakannya.


"Nah, ini belum selesai ini yang 7-8 orang ini belum selesai, masih ada dua tahap lagi, tahap berikutnya tetap ada wawancara lagi. Yang berikutnya adalah baru rekaman tadi, testimoni tadi apakah dari 7-8 ini menjadi 3, terus menjadi atau semuanya belum tentu juga. 


Nanti kalau dari 7 ini ternyata dari wawancara gugur semua, ya selesai, berarti tidak ada yang dijadikan testimoni atau nanti dari 7 misalkan lolos 4, setelah 4 itu yang direkam kemudian hasil rekamannya itu bisa dipakai, belum tentu juga," katanya.


"Jadi hasil rekamannya itu nanti kita akan pelajari lagi, kita analisis bersama, kita lihat ini apakah memungkinkan tidak untuk jadi bahan pembelajaran, maunya kita juga pembelajaran. Tapi, setelah direkam, dilihat, nah ini nggak pas ini, ya sudah tidak jadi juga," tambahnya.


Wawan mengatakan ini adalah salah satu upaya dalam mengedukasi masyarakat soal antikorupsi. 


Jika napi tersebut tidak lolos tahap kelayakan, Wawan pun tidak mempermasalahkannya.


"Ini kan usaha ikhtiar kita supaya masyarakat paham masyarakat tahu tentang dampak dari melakukan korupsi seperti apa pada diri keluarga dan lain-lain," katanya.


"Tapi kalau usaha kita ternyata dari sekian banyak napi belum tentu tidak memungkinkan secara akademisi atau secara ini ya sudah, tidak jadi masalah juga, artinya memang belum ada, gitu, kan," sambungnya. [Democrazy/dtk]

Penulis blog