DEMOCRAZY.ID - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis mengatakan pihaknya berhati-hati menentukan fatwa kehalalan vaksin Covid-19. Mereka butuh waktu untuk mengetahui setiap kandungan dan proses dalam produksi vaksin. Cholil menyampaikan kehati-hatian itu diterapkan karena menyangkut ajaran agama. Dia menyebut MUI jadi pihak yang akan diminta pertanggungjawaban soal vaksinasi di akhirat. "Di hadapan Allah kelak, ketika ditanya 'Kenapa Pak Panglima divaksin?', 'Mengapa Pak Presiden divaksin?', dan 'Mengapa rakyat Indonesia divaksin?', pertanyaannya ke Majelis Ulama. Majelis Ulama itu yang bertanggung jawab di hadapan Allah," kata Cholil dalam webinar Vaksin Covid-19 untuk Indonesia Bangkit, Sabtu (30/1). Kehati-hatian itu telah diterapkan saat menentukan fatwa terkait vaksin CironaVac dari Sinovac. Cholil menyebut MUI pergi ke pabrik Sinovac di China dan PT Bio Farma di Bandung. Cholil menyampaikan MUI tidak bisa sembarangan membuat fatwa.
DEMOCRAZY.ID - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis mengatakan pihaknya berhati-hati menentukan fatwa kehalalan vaksin Covid-19. Mereka butuh waktu untuk mengetahui setiap kandungan dan proses dalam produksi vaksin. Cholil menyampaikan kehati-hatian itu diterapkan karena menyangkut ajaran agama. Dia menyebut MUI jadi pihak yang akan diminta pertanggungjawaban soal vaksinasi di akhirat. "Di hadapan Allah kelak, ketika ditanya 'Kenapa Pak Panglima divaksin?', 'Mengapa Pak Presiden divaksin?', dan 'Mengapa rakyat Indonesia divaksin?', pertanyaannya ke Majelis Ulama. Majelis Ulama itu yang bertanggung jawab di hadapan Allah," kata Cholil dalam webinar Vaksin Covid-19 untuk Indonesia Bangkit, Sabtu (30/1). Kehati-hatian itu telah diterapkan saat menentukan fatwa terkait vaksin CironaVac dari Sinovac. Cholil menyebut MUI pergi ke pabrik Sinovac di China dan PT Bio Farma di Bandung. Cholil menyampaikan MUI tidak bisa sembarangan membuat fatwa.