Sisi Gelap Mohammed bin Salman, Pangeran Arab Saudi Yang Memiliki Gaya Hidup Mewah dan Hobi Berpesta - DEMOCRAZY News
AGAMA GLOBAL

Sisi Gelap Mohammed bin Salman, Pangeran Arab Saudi Yang Memiliki Gaya Hidup Mewah dan Hobi Berpesta

DEMOCRAZY.ID
Mei 29, 2024
0 Komentar
Beranda
AGAMA
GLOBAL
Sisi Gelap Mohammed bin Salman, Pangeran Arab Saudi Yang Memiliki Gaya Hidup Mewah dan Hobi Berpesta

Sisi Gelap Mohammed bin Salman, Pangeran Arab Saudi Yang Memiliki Gaya Hidup Mewah dan Hobi Berpesta


DEMOCRAZY.ID - Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman Al Saud atau dikenal MBS diketahui memiliki jabatan terpenting kedua setelah raja di negara tersebut. Ia merupakan perdana Menteri Arab Saudi yang telah menjabat sejak 2022 lalu.


Dalam beberapa tahun terakhir, refomasi ekonomi dan sosial yang diterapkan pada kerajaan Arab Saudi oleh Mohammed bin Salman menuai pujian.


Namun, di sisi lain Putra Mahkota ini juga disorot karena memiliki banyak sisi gelap dan sejumlah kontroversi yang mungkin tak banyak orang tahu.


Apa sajakah itu? Berikut deretan sisi gelap dan kontroversi Pangeran Arab Saudi, seperti yang dikutip dari berbagai sumber.


1. Gaya hidup mewah


Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman dikenal memiliki gaya hidup yang mewah. Ia diketahui memiliki harta kekayaan mencapai US$25 miliar atau sekitar Rp375 triliun. Sebagian hartanya itu berasal dari warisan kerajaan serta urusannya di luar Arab Saudi.


Saking tajirnya, Pangeran Arab Saudi memiliki sebuah pulau pribadi di Maladewa. Pulau tersebut berisi beberapa vila pribadi yang memiliki fasilitas mewah, seperti dek pribadi, kolam renang, mesin salju buatan hingga pelayan.


Diketahui, Pangeran Mohammed bin Salman kerap menggelar pesta di pulau pribadinya itu. Pesta tersebut menghadirkan sekitar 150 wanita cantik dari berbagai negara dan bintang tamu ternama seperti PSY, Shakira, Pitbull dan DJ Afrojack.


Menurut buku Blood and Oil yang ditulis oleh Bradley Hope dan Justin Scheck, biaya yang dikeluarkan MBS untuk berpesta sebesar US$50 juta atau sekitar Rp804 miliar


2. Dalang krisis negara-negara teluk


Negara-negara Teluk yang mengalami krisis beberapa tahun lalu rupanya berkaitan dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. 


Pada 5 Juni 2017, empat negara memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Qatar dan memblokade jalur perdagangan.


Hal ini ternyata merupakan campur tangan atau dorongan dari Mohammed bin Salman dan putra mahkota UAE Mohammed bin Zayed Al Nahyan. Kedua putra mahkota ini tidak mencapai sepakat dengan Qatar terhadap pembagian kursi di Dewan Kerjasama Negara-Negara Teluk atau GCC.


Hal ini menjadi awal krisis di negara-negara teluk. Namun, beberapa tahun kemudian blokade Arab Saudi terhadap Qatar berakhir.


3. Penangkapan aktivis HAM perempuan


Kini Arab Saudi telah memperbolehkan perempuan untuk mengendarai mobil. Hal ini dipandang sebagai langkah progresif pada hak-hak perempuan.


Namun, jauh sebelum itu terjadi peristiwa yang menimpa para aktivis HAM yang berjuang agar perempuan bisa mendapatkan haknya.


Awal tahun 2018, sejumlah aktivitis perempuan dan laki-laki ditangkap selang beberapa minggu sebelum larangan perempuan mengemudi dicabut secara resmi.


Lembaga HAM, Human Rights Watch (HRW) mengkritik penangkapan aktivis tersebut. bahkan, mereka menyebut bahwa Mohammed bin Salman anti kritik terhadap pemerintahannya.


Sementar itu, menurut sang pangeran, penangkapan aktivis tersebut dilakukan lantaran adanya hubungan dengan badan-badan intelijen asing yang mencoba mencelakai Arab Saudi.


4. Penangkapan politisi dan pengusaha


Pada 2017, pasukan keamanan Arab Saudi menangkap puluhan orang-orang kaya di Arab Saudi dan para pesaing politik Pangeran Mohammed bin Salman. Hal ini dilakukan untuk upaya memerangi korupsi dikalangan pejabat eselon Kerajaan Arab Saudi.


Para pengusaha ditahan selama beberapa pekan di hotel mewah Richstone Riyadh Arab Saudi. Beberapa diantaranya dilaporkan mendapat penganiayaan fisik.


Menurut laporan New York Times, terdapat 17 tahanan yang membutuhkan perawatan rumah sakit akibat kekerasan fisik yang dialami.


5. Perang sipil di Yaman


Pada tahun 2015, Arab Saudi mengintervensi perang saudara di Yaman dengan meluncurkan lebih dari 1600 serangan udara, yang menargetkan para pemberontak Houti.


Para aktivis HAM menuduh pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi membom warga sipil, rumah sakit, sekolah dan infrastruktur lain tanpa pandang bulu.


Dari perang tersebut, tercatat lebih dari 10 ribu korban jiwa dan ribuan korban lainnya yang disebabkan kelaparan serta jutaan orang hilang.


SumberHOPS

Penulis blog