Polemik Salam Lintas Agama, Beda Ucapan Era Sukarno hingga Jokowi - DEMOCRAZY News
AGAMA

Polemik Salam Lintas Agama, Beda Ucapan Era Sukarno hingga Jokowi

DEMOCRAZY.ID
Mei 31, 2024
0 Komentar
Beranda
AGAMA
Polemik Salam Lintas Agama, Beda Ucapan Era Sukarno hingga Jokowi

Polemik Salam Lintas Agama, Beda Ucapan Era Sukarno hingga Jokowi


DEMOCRAZY.ID - Forum Ijtima Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memutuskan bahwa pengucapan salam lintas agama bukan merupakan implementasi dari toleransi.


Keputusan ini diambil dalam Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia VII yang diselenggarakan di Bangka Belitung pada Kamis (30/5).


Menurut MUI, pengucapan salam merupakan doa yang bersifat ubudiyah atau mengabdikan diri kepada Allah SWT.


Oleh karena itu, pengucapan salam seorang muslim harus mengikuti ketentuan syariat Islam dan tidak boleh mencampuradukkan dengan ucapan salam dari agama lain.


MUI juga menegaskan bahwa pengucapan salam yang berdimensi doa khusus agama lain oleh umat Islam hukumnya haram.


Sebagai alternatif, MUI meminta umat Islam untuk mengucapkan salam dengan 'Assalamu'alaikum' atau salam nasional, tanpa mencampuradukkan dengan salam dari agama lain ketika hadir dalam forum lintas agama.


MUI Jawa Timur juga mengimbau pejabat publik untuk tidak menggunakan salam pembuka lintas agama dalam acara resmi.


Penggunaan salam lintas agama di Indonesia mulai dikenal sejak era Presiden Megawati, berlanjut pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, dan semakin sering digunakan oleh Presiden Joko Widodo.


Dalam pidato resmi, Jokowi sering mengucapkan salam sebagai berikut, "Assalamu'alaikum, salam sejahtera, Om Swastiastu, Syalom, Nammo Budaya, Salam Kebajikan".


Berbeda dengan era Orde Lama, Sukarno menggunakan "Assalamualaikum" sebagai salam pembuka dalam pidatonya, dilanjutkan dengan kata penyemangat "Merdeka".


Sukarno juga kerap mengucapkan kalimat pujian kepada Nabi Muhammad SAW usai mengucapkan salam.


"Nabi Besar Muhammad SAW telah menemukan ucapan salam untuk mempersatukan umatnya, maka turun pula lah suatu ilham dari Allah SWT untuk memekikkan suatu salam kebangsaan dari bangsa Indonesia," ucap Soekarno dikutip situs Museum Nasional Proklamasi (Munasprok).


Selanjutnya, di era Soeharto sebelum menyampaikan salam "Assalamualaikum", dia kerap mengucapkan, "Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air".


Hal ini dibuktikan dari isi pidato terakhirnya saat mengundurkan diri sebagai Presiden pada tahun 1998 yang juga menjadi pertanda berakhirnya masa Orde Baru.


"Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Sejak beberapa waktu terakhir saya mengikuti dengan cermat perkembangan situasi nasional kita..."


Di era B.J. Habibie, dirinya tidak memiliki cara salam yang khas. Biasanya salam langsung dimulai dengan "Assalamualaikum".


Namun, pada beberapa kesempatan dirinya sering mengucapkan pujian kepada Tuhan serta "Salam sejahtera untuk kita semua".


Ini dibuktikan dari Pidato Kepresidenan pertamanya yang dimulai dengan "Bismillahirahmanirahim, Assalamualaikum..." lalu dilanjutkan dengan "Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia di mana pun berada untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa..."


Pada era selanjutnya, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur lebih sering mengucapkan "Assalamualaikum" yang dilanjutkan dengan pujian kepada Nabi Muhammad SAW saat membuka pidatonya. Namun, dirinya juga pernah mengucapkan "Salam sejahtera untuk kita semua".


Salah satu salam yang disertai salawat dapat dilihat dari isi sumpah jabatannya sebagai Presiden pada 20 Oktober 1999.


"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Bismilahirahmanirahim, Alhamdulillahirobbil alamin, wabihi nasta'in 'ala umuriddunya waddin, wassalatu wassalamu 'ala asrofill ambiyai wal mursalin, sayyidina wa habibina, wasafiina, wamaulana Muhammad SAW, waala alihi washobihi ajmain," ucap Gus Dur saat mengucapkan sumpah jabatan.


Sumber: CNN

Penulis blog