3 Peringatan Refly Harun kepada Anies Baswedan, Jangan Ikut Pilkada hingga Stempel Pengkhianatan - DEMOCRAZY News
POLITIK

3 Peringatan Refly Harun kepada Anies Baswedan, Jangan Ikut Pilkada hingga Stempel Pengkhianatan

DEMOCRAZY.ID
Mei 19, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
3 Peringatan Refly Harun kepada Anies Baswedan, Jangan Ikut Pilkada hingga Stempel Pengkhianatan

3 Peringatan Refly Harun kepada Anies Baswedan, Jangan Ikut Pilkada hingga Stempel Pengkhianatan


DEMOCRAZY.ID - Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun melayangkan kritikannya terkait sikap Anies yang ingin rehat usai Pilpres 2024.


Pakar hukum tata negara ini mengatakan, sebagai pemimpin gerakan perubahan yang memperjuangkan pemikiran, Anies tidak bisa rehat sementara waktu.


Peringatan atau kritik semacam ini bukan kali pertama dilayangkan Refly pasca Anies dinyatakan kalah dalam Pilpres.


Setidaknya ada sejumlah peringatan dari Refly kepada Anies, terutama tentang potensi capres no urut 1 itu masuk ke dalam kabinet.


1. Keputusan Anies Baswedan untuk Rehat


Keputusan Anies Baswedan untuk beristirahat setelah kalah dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menuai kritik dari Refly Harun, salah satu pendukung setianya yang juga merupakan bagian dari Tim Hukum Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.


Refly menganggap keputusan Anies untuk rehat adalah sebuah langkah yang tidak tepat bagi seorang pemimpin gerakan perubahan.


"Jadi orang mengkritik masak pemimpin perubahan kok rehat dulu, enggak ada rehatnya. Enggak boleh rehat, yang namanya kecuali nyawa sudah tidak lagi dikandung badan," kata Refly dalam acara GASPOL! Kompas.com, dikutip pada Sabtu (18/5/2024).


Refly menilai, Anies justru memiliki kepentingan untuk mengidentifikasi jumlah pendukungnya secara jelas usai dua parpol pengusung bergabung dengan pemerintahan.


Selama ini, kata Refly, pendukung Anies juga berasal dari kalangan parpol. Namun, ketika partai politik memutuskan bergabung dengan lawan, pihak dari kalangan parpol pun akan mengikuti.


Oleh karenanya, Anies perlu mengidentifikasi suara pendukung di luar jaringan parpol.


"Mayoritas pendukung Anies dan Cak Imin silent majority. Satu dua tiga empat orang saja yang vokal, tapi setelah itu kita lihat mereka vokal dari mana? Oh ternyata belongs to partai politik. Dicoret mereka, karena mereka akan mengikuti gerak parpol," ucap dua.


"Sehingga, yang bisa dihitung adalah orang-orang yang tidak berpartai. Karena itu, sebenarnya Anies punya kebutuhan untuk mengidentifikasi pendukungnya secara jelas dengan berhimpun dalam parpol atau ormas pertama kali," imbuh Refly.


Sebelumnya diberitakan, eks calon presiden, Anies Baswedan, mengaku ingin rehat setelah menyelesaikan rangkaian Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 sengketa hasil Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK).


Hal ini ia sampaikan merespons sikap partai politik pengusungnya, Partai Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang memilih bergabung ke pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.


"Saya sekarang rehat dulu, setelah selesai proses di MK, kita hormati proses bernegara, kami tuntas kemarin sekarang lagi rehat," kata Anies di Kantor DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jakarta, Sabtu (27/4/2024).


Jawaban serupa disampaikan Anies ketika ditanya peluangnya menjadi calon gubernur DKI Jakarta melalui Partai Nasdem untuk Pilkada 2024.


Anies menyampaikan, keputusannya untuk rehat ini bukan berarti sedang memikirkan tawaran Nasdem tersebut, tetapi untuk menandakan bahwa keterlibatannya dalam rangkaian Pilpres 2024 telah berakhir.


"Kita tutup buku membereskan semua kerja-kerja kemarin sehingga ada closure, setelah closure baru nanti kita siapkan tahap berikutnya," kata Anies


2. Ingatkan Soal Pengkhianatan


Sebelumnya Negara Refly Harun, memberikan tanggapannya terkait peluang pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar bergabung ke dalam Pemerintahan usai kalah di Pilpres 2024.


Refly mengatakan, jika itu dilakukan, maka sama saja dengan melakukan pengkhianatan.


“Saya terus terang saja,kalau pun misalnya  pemerintah sekarang mengajak saya masuk dalam pemerintahan saya sudah tolak hari ini. Coba aja liat, itu satu. Tapi kita kan tidak bisa, misalnya, melarang Anies mau gabung, Cak imin mau gabung, Nasdem mau gabung,” tegas Refly Harun.


"Namun, Kalau Anies atau Muhaimin bergabung dengan pemerintahan Presiden Jokowi saya katakan mereka pengkhianat, sederhana saja," kata Refly, dalam sebuah acara di televisi, beberapa waktu lalu.


Ia beralasan, Anies-Muhaimin adalah sosok pasangan yang maju di Pilpres 2024 dan didukung oleh berjuta-juta masyarakat Indonesia.


Banyak masyarakat, menurut Refly, yang rela berpanas-panasan, mengeluarkan biaya dan berkorban tenaga agar mereka bisa menjadi pemimpin. Kemudian dalam kontestasi Pemilu, mereka kalah dan meyakini Pemilu itu diwarnai kecurangan sehingga tidak tepat jika mereka memilih bergabung.


Mereka didukung oleh orang-orang yang berpanas-panasan, mengeluarkan biaya dan lain sebagainya untuk melihat mereka menjadi pemimpin, dan mereka meyakini bahwa Pemilu itu curang securang-curangnya kalau pakai istilah gentong babi itu segentong-gentongnya, sebabi-babinya," kata Refly


3. Tak Ada Value Lagi, Anies Bisa Seperti Zombie


Refly Harun juga pernah mengingatkan Anies Baswedan yang tak akan punya value atau nilai jika gabung pemerintahan.


"Saya kan sudah diklair kalau mereka gabung pemerintahan, penghianat mereka. Saya katakan, ya kan saya sudah katakan itu di TV dan sudah viral di mana-mana, penghianat. Tapi jangan marah mereka, karena anda berharga karena valuenya," ujarnya dalam sebuah wawancara di kanal Youtube.


Refly kemudian mengibaratkan orang yang tidak punya nilai mirip seperti zombie berjalan, tak berharga lagi.


"Anda man of value. Ketika value nggak ada lagi, anda seperti bangkai saja jalan. Zombie tapi nggak ada value-nya manusia yang gak ada value-nya akan seperti zombie," katanya.


Menurutnya, Anies bisa tetap menjadi man of value dengan terus memperjuangkan perubahan. Caranya dengan berada di luar pemerintahan.


Sedangkan bergabung dengan pemerintahan berarti tidak mengakui adanya kecurangan dalam pemilu.


Jangan Ikut Pilkada


Refly menyarankan Anies Baswedan tidak lagi mengikuti Pemilhan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta.


Menurutnya, Anies bisa berkembang menjadi king maker atau pembuat raja dalam perpolitikan.


“Saya berharap Anies tidak maju DKI. Dia itu levelnya harus naik, levelnya harus jadi king maker ketika kontestasi pilpres selesai,” kata Refly Harun dalam siaran Gaspol di YouTube Kompas.com, Jumat (11/5/2024).


Jika Anies kembali maju kontestasi pilkada, menurut dia, hal ini menjadi pisau bermata dua bagi eks Gubernur DKI Jakarta itu. Refly lantas mengibaratkan hal ini dengan pertandingan tinju.


“Kalau dia ibarat petinju, bertinju di kelas berat, kalah di kelas berat dia. ‘Waduh saya turunlah ke kelas menengah’, biar kira-kira pertarungannya lebih ringan gitu. Kan memalukan,” ucap dia.


“Kalau dia menang, ‘yah mantan pilpres’. Kalau dia kalah, malu sekali,” kata Refly.


Ia menyinggung sosok Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh yang sudah sejak usia 50 tahunan menjadi king maker dalam politik. Seharusnya, kata Refly, sosok Paloh itu bisa diteladani oleh Anies.


“Surya Paloh menjadi king maker sejak usia 50-an dia, sudah gagah 50-an dia, ya mungkin karena dia kaya raya, dia pengusaha kan. Tapi Anies harus punya mental begitu,” tutur dia.


Menurut Refly, Anies harus menentukan tujuannya ke depan setelah pilpres selesai.


"Apabila Anies ingin tetap berpolitik, ia menyarankan Anies berani mengambil risiko membentuk atau bergabung partai politik tertentu. Namun, apabila Anies ingin menjadi guru bangsa, sebaiknya ia kembali ke kampus atau menjadi rektor."


“Kalau Anda jadi guru bangsa, balik saja ke kampus. Tapi kalau tetap berpolitik, Anda harus fight (berjuang) di politik, jangan anda cuma cari tunggangan cari tunggangan saja,” kata Refly.


Sumber: Tribun

Penulis blog