Pengamat Soal Gaya Gibran Pakai 'Bahasa Asing' Saat Debat: Yang Muncul Arogansi dan Sok Keminter! - DEMOCRAZY News
POLITIK

Pengamat Soal Gaya Gibran Pakai 'Bahasa Asing' Saat Debat: Yang Muncul Arogansi dan Sok Keminter!

DEMOCRAZY.ID
Desember 26, 2023
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Pengamat Soal Gaya Gibran Pakai 'Bahasa Asing' Saat Debat: Yang Muncul Arogansi dan Sok Keminter!

Pengamat Soal Gaya Gibran Pakai 'Bahasa Asing' Saat Debat: Yang Muncul Arogansi dan Sok Keminter!


DEMOCRAZY.ID - Calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka menjadi sorotan lantaran menggunakan istilah asing saat bertanya dengan Cawapres lainnya dalam debat, Jumat (22/12/2023).


Diketahui, Gibran saat itu menayakan cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar tentang tentang State of Global Islamic Economy (SGIE).


Pengamat Komunikasi Politik dari Pusat Kajian Pembangunan Daerah (PKPD), Wahyuningsih Subekti mengatakan, ada dua hal yang bisa dicermati dari Gibran di debat, yakni terkait penampilan dan penggunaan kata-kata, serta istilah asing.


Terkait penampilan, Wahyuningsih menilai Gibran dalam situasi over confidence. Ia berusaha tampak menguasai bidang yang ditanyakan oleh panelis meski jawaban yang disampaikan, sebenarnya tidak menjawab pertanyaan.


Gibran terkesan mengusai materi, dengan gaya bicara dan intonasi yang telah diatur sedemikian rupa.


“Tetapi faktanya tidak menyimak apa isi pesan dari pertanyaan panelis. Bahkan pertanyaan yang dilontarkan kepada cawapres lainnya, pada sesi 3, cenderung tidak berada dalam koridor tema sesuai arahan dari moderator acara debat,” kata Wahyuningsih dalam keterangannya, yang diterima, Selasa (26/12/2023).


Menurut Wahyuningsih, penggunaan kata-kata dan istilah yang tidak umum juga menarik. Misalnya, Carbon Capture and Storage dan SGIE.


Padahal, seharusnya Gibran menggunakan diksi yang mudah dimengerti oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, bukan hanya oleh sekelompok elite dan akademisi saja.


Pemberian narasi awal sebelum masuk ke dalam pertanyaan juga dapat mempermudah masyarakat untuk memahami apa yang hendak dipertanyakan, bukan langsung ke pertanyaan dan menggunakan kata-kata atau istilah asing.


“Sehingga yang memang dibutuhkan dari seorang pemimpin untuk masa yang akan datang antara lain adalah menjadi active listener, mendengarkan secara seksama pesan yang disampaikan oleh lawan bicara, memahami secara dalam apa yang menjadi pokok permasalahan dan memberikan jawaban-jawaban yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi,” tuturnya.


Wahyuningsih menambahkan memiliki keahlian sebagai code switcher, memahami cara memilih istilah atau kata-kata yang tepat untuk disampaikan kepada lawan bicaranya dalam konteks apa saja sangat penting sehingga tidak terkesan menguji dan menjatuhkan lawan bicaranya.


“Pemimpin di masa yang akan datang tidak hanya mengedepankan impression building. Membangun kesan yang baik di depan audience, terutama generasi Z yang sangat mendewakan istilah-istilah asing, sehingga dianggap ia pintar,” ujarnya.


“Seseorang akan dinilai pintar jika ia bisa menyampaikan sesuatu yang sulit menjadi mudah dimengerti oleh seluruh kalangan audience. Jika sebaliknya, maka kesan yang muncul hanyalah arogansi dan sok keminter,” imbuhnya menandaskan.


Direktur DEEP Kritik Penampilan Gibran Saat Debat Cawapres, Begini Katanya


Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati, mengkritik cawapres Gibran Rakabuming Raka tentang pertanyaannya mengenai State of Global Islamic Economy atau SGIE dalam debat cawapres pada 22 Desember 2023.


"Ini kan terlihat pertanyaan jebakan yang tidak dimengerti kandidat lain karena penyampaian singkatan," kata dia, saat dihubungi pada Ahad, 24 Desember 2023.


Seharusnya pertanyaan soal ekonomi berbasis syariah itu, menurut Neni, disampaikan Gibran dengan jelas. 


"Lalu terlihat gestur yang ketika menjawab mendiskreditkan kandidat lain. Padahal seharusnya saling menghormati dan menunjukkan kedewasaan dalam bersikap," kata dia.


Neni mengatakan, Gibran tidak perlu menunjukkan sikap itu di ruang debat. Dia menyebutkan pada beberapa sesi debat terdapat frasa dan diksi mendiskreditkan cawapres lain.


"Debat ini kan ruang memperdalam gagasan dan visi misi. Bukan menjatuhkan, menghakimi, dan menyerang secara personal," ujar dia.


Dia menjelaskan, dalam debat capres atau cawapres perlu menunjukkan sikap teladan, saling menghargai dan menghormati. Tidak memberikan pertanyaan yang sulit dimengerti oleh lawan. 


"Karena ini debat untuk mempertaruhkan bangsa dan negara bukan cerdas cermat," ujarnya.


Terkait isi debat tersebut, Neni mengatakan penyampaian ide dan gagasan para cawapres cukup substantif menjawab permasalahan dan tantangan di Indonesia. 


Baik itu jangka panjang maupun jangka pendek. Dia mengatakan yang perlu diakui adalah keunggulan cawapres Mahfud Md.


Mahfud, kata dia, cukup menguasai isu dengan jawaban yang substantif dan realistis, serta selalu konsentrasi dalam penegakkan hukum. 


Sementara Gibran memberikan penampilan mengejutkan dan beberapa program menyentuh masyarakat di tingkat bawah. 


"Meski sebagian data yang disampaikan kurang valid," ujar dia.


Dia mengatakan, pada debat berikutnya moderator diharapkan bisa memberikan kesempatan penjelasan mendetail ketika ada kandidat yang memberikan pertanyaan tidak dipahami oleh kandidat lain. 


"Bukan malah memotong. Moderator memberikan peran untuk menciptakan debat itu fair dan tidak diskriminati," ujar dia. [Democrazy/Suara]

Penulis blog