Pakai Istilah Asing Saat Debat Cawapres, Pakar Komunikasi: Gibran Ingin Dianggap Pintar - DEMOCRAZY News
POLITIK

Pakai Istilah Asing Saat Debat Cawapres, Pakar Komunikasi: Gibran Ingin Dianggap Pintar

DEMOCRAZY.ID
Desember 25, 2023
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Pakai Istilah Asing Saat Debat Cawapres, Pakar Komunikasi: Gibran Ingin Dianggap Pintar

Pakai Istilah Asing Saat Debat Cawapres, Pakar Komunikasi: Gibran Ingin Dianggap Pintar


DEMOCRAZY.ID - Calon wakil presiden nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka menjadi sorotan dalam debat cawapres lantaran menggunakan istilah asing ketika bertanya kepada cawapres lain.


Salah satu istilah yang menjadi perhatian adalah ketika Gibran bertanya kepada cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar tentang State of Global Islamic Economy (SGIE).


Pengamat Komunikasi Politik dari Pusat Kajian Pembangunan Daerah (PKPD), Wahyuningsih Subekti mengatakan ada dua hal yang bisa dicermati dari Gibran di debat cawapres, yakni terkait penampilan dan penggunaan kata-kata, serta istilah asing.


Terkait penampilan, Wahyuningsih menilai Gibran dalam situasi over confidence. Ia berusaha tampak menguasai bidang yang ditanyakan oleh panelis walaupun jawaban yang disampaikan meskipun sebenarnya tidak menjawab pertanyaan. 


Dengan gayanya yang meyakinkan, intonasi nada bicara dan ritme yang diatur, Gibran juga mengesankan dirinya menguasai materi tersebut.


“Tetapi faktanya tidak menyimak apa isi pesan dari pertanyaan panelis. Bahkan pertanyaan yang dilontarkan kepada cawapres lainnya, pada sesi 3, cenderung tidak berada dalam koridor tema sesuai arahan dari moderator acara debat,” ujar Wahyuningsih dalam keterangan resmi, Senin (25/12/2023).

 

Kemudian, Wahyuningsih menyebut penggunaan kata-kata dan istilah yang tidak umum didengar oleh masyarakat pada umumnya juga menarik. Misalnya, Carbon Capture and Storage dan SGIE. 


Padahal, dia berkata yang harus diperhatikan dalam hal ini sebenarnya adalah pemilihan kata-kata yang mudah dimengerti oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, bukan hanya oleh sekelompok elite dan akademisi saja.


Pemberian narasi awal sebelum masuk ke dalam pertanyaan juga dapat mempermudah masyarakat untuk memahami apa yang hendak dipertanyakan, bukan langsung ke pertanyaan dan menggunakan kata-kata atau istilah asing.


“Sehingga yang memang dibutuhkan dari seorang pemimpin untuk masa yang akan datang antara lain adalah menjadi active listener, mendengarkan secara seksama pesan yang disampaikan oleh lawan bicara, memahami secara dalam apa yang menjadi pokok permasalahan dan memberikan jawaban-jawaban yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi,” ujarnya.


Wahyuningsih menambahkan memiliki keahlian sebagai Code Switcher, memahami cara memilih istilah atau kata-kata yang tepat untuk disampaikan kepada lawan bicaranya dalam konteks apa juga sangat penting sehingga tidak terkesan menguji dan menjatuhkan lawan bicaranya. 


“Pemimpin di masa yang akan datang tidak hanya mengedepankan Impression Building.  Membangun kesan yang baik didepan audience, terutama generasi Z yang sangat men’Dewa’kan istilah-istilah asing, sehingga dianggap ia pintar,” ujarnya.


“Seseorang akan dinilai pintar jika ia bisa menyampaikan sesuatu yang sulit menjadi mudah dimengerti oleh seluruh kalangan audience. Jika sebaliknya, maka kesan yang muncul hanyalah arogansi dan sok keminter,” ujar Wahyuningsih.


Calon Pemimpin Yang Melakukan Kesalahan Bicara Dianggap Sangat Fatal


Calon Pemimpin Yang Melakukan Kesalahan Bicara Dianggap Sangat Fatal


DEMOCRAZY.ID - Pengamat Komunikasi Politik dari Pusat Kajian Pembangunan Daerah (PKPD) Wahyuningsih Subekti memperkirakan calon pemimpin yang salah bicara atau menyarankan hal yang salah bisa berakibat fatal.


Hal itu ia sampaikan menanggapi pernyataan calon wakil presiden nomor dua, Gibran Rakabuming Raka, yang salah menyebut asam folat sebagai asam sulfat.


Menurutnya, jika karakter tersebut memiliki pengalaman yang kaya dan memiliki komunikasi yang baik di banyak bidang, hal tersebut bisa dihindari.


“Sebenarnya kesalahan-kesalahan dalam penyebutan tersebut dapat dihindari jika dia memang memiliki pengalaman yang sudah cukup banyak serta menguasai bidang tertentu,” kata Wahyuningsih dalam keterangannya, Senin (4/12).


Wahyuningsih mengatakan hal tersebut dapat terjadi karena pada saat seseorang harus berhadapan langsung dengan publik dan wartawan secara tatap muka.


Orang tersebut tidak dapat meredam, mengondisikan, dan memperkirakan pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul.


“Karena sifatnya spontan di mana feedback yang harus diberikan sifatnya juga immediacy,” ujarnya.


Wahyuningsih juga beranggapan jika kemampuan berkomunikasi bagi tokoh politik itu perlu dilatih, karena sifatnya bukan bakat.


Menurut pengamat, hal tersebut bisa dihindari jika seorang tokoh memiliki banyak pengalaman serta pandai dalam berkomunikasi di banyak bidang.


“Pada saat seseorang terbiasa menjawab pertanyaan dengan jawaban-jawaban pendek dan terbiasa menolak untuk memberikan penjelasan secara komprehensif, maka orang tersebut bisa masuk ke dalam field of nervous and anxiety tersebut, apalagi jika dia memiliki beban sebagai calon pemimpin negara,” kata dia.


Wahyuningsih mengatakan idealnya seorang pemimpin jika ingin menjelaskan sesuatu yang bukan kemampuan di bidangnya, lebih baik memilih kata-kata yang lebih umum.


“Tidak menggunakan jargon-jargon yang bukan bidangnya agar pikirannya tidak terlalu terbebani dengan menjaga citra bahwa seorang calon pemimpin bangsa Indonesia harus memahami, mengetahui, dan menguasai semua bidang,” tandas dia.


Seperti diketahui, Gibran Rakabuming Raka baru saja mengisi acara diskusi ekonomi kreatif pada Minggu (3/12) di kawasan Senopati, Jakarta Selatan.


Terekam momen saat Gibran salah mengucap asam folat menjadi asam sulfat.


Mulanya, dalam diskusi terbuka bersama pelaku usaha ekonomi kreatif dan influencer itu, Gibran mengkampanyekan programnya, Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk ibu dan anak.


“Ketika hamil harus dicek dia misalnya asam sulfat, yodiumnya terpenuhi enggak, ketika anaknya lahir sampai dua tahun ASI-nya terpenuhi enggak, berat badannya tinggi badannya oke enggak,” kata Gibran. [Democrazy/TvOne]

Penulis blog