WADUH! Ayah Harun Al Rasyid Mengaku Didatangi 'Orangnya' Prabowo, Ditawari Rp 200 Juta Hentikan Kasus - DEMOCRAZY News
HOT NEWS HUKUM

WADUH! Ayah Harun Al Rasyid Mengaku Didatangi 'Orangnya' Prabowo, Ditawari Rp 200 Juta Hentikan Kasus

DEMOCRAZY.ID
Desember 22, 2023
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
HUKUM
WADUH! Ayah Harun Al Rasyid Mengaku Didatangi 'Orangnya' Prabowo, Ditawari Rp 200 Juta Hentikan Kasus

WADUH! Ayah Harun Al Rasyid Mengaku Didatangi 'Orangnya' Prabowo, Ditawari Rp 200 Juta Hentikan Kasus


DEMOCRAZY.ID - Ayah Harun Al Rasyid, Didin Wahyudin (50) mengatakan, ada yang coba membungkam kematian anaknya. Dalam podcast dengan Bambang Widjojanto hal itu terungkap. 


Dikatakan, ada seseorang berinisial I yang datang menemuinya dan mengaku sebagai utusan Prabowo Subianto. 


Utusan itu menawarkan uang Rp200 juta dengan maksud, pihak keluarga tidak melakukan tuntutan hukum atas kasus itu. 


"Persisnya sebelum sidang MK diputuskan," terang Didin, dalam video yang diunggah akun X King Purwa @BosPurwa, Kamis (21/12/2023).


Didin pun mengaku menolak tawaran uang itu. Dia berdalih, tidak ingin meminum darah anaknya sendiri. 


"Saya katakan, kalau saya menerima uang itu, sama saja saya meminum darah anak saya," terangnya. 


Untuk diketahui, Harun Al Rasyid merupakan remaja yang tewas tertembak dalam kerusuhan di Slipi, Jakarta Barat, pada 22 Mei 2019. 


[VIDEO]



Dibela Anies, Ayah Harun Al Rasyid Kecewa Prabowo Tak Duka Cita, Jokowi Lebih Peduli Tabung Gas



Didin Wahyudin, ayah Harun Al Rasyid, kecewa tak ada duka cita dari Prabowo dan Presiden Jokowi lebih peduli pada tabung gas ketimbang nyawa anaknya.


Didin Wahyudin adalah orangtua Harun Al Rasyid,  pelajar SMP yang tewas saat kerusuhan 22 Mei atau ketika demo Pilpres 2019 di Bawaslu,


Nama Didin Wahyudin dan mendiang Harun Al Rasyid jadi sorotan setelah disebut Anies Baswedan dalam debat calon presiden (Capres) pada Selasa (22/12/2023) malam. Setelah disorot, Didin buka suara.


Ia mengaku masih menagih tanggung jawab Presiden Joko Widodo, Prabowo Subianto dan mantan Kapolri Tito Karnavian dalam kasus kematian anaknya sampai hari ini 


Didin mengatakan, dirinya merasa tersinggung ketika Jokowi justru lebih peduli pada tabung gas milik pedagang yang turut dirusak dalam kerusuhan 22 Mei 2019 ketimbang mengusut tuntas kematian sejumlah korban.


"Orang yang kehilangan tabung gas (dalam kerusuhan 22 Mei) diundang ke Istana, tapi kami yang kehilangan nyawa anak justru diabaikan," kata Didin saat ditemui di kediamannya di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (13/12/2023).


Sedangkan kepada Prabowo, Didin kecewa karena capres yang kala itu didukungnya hingga sang anak meninggal sama sekali tak mengucapkan duka cita kepadanya.


"Hanya ibu dari Sandiaga Uno yang datang bertakziah ke sini," kata Didin.


Sementara itu, untuk Tito karena saat itu dia menjabat kapolri yang bertanggung jawab dalam urusan keamanan. Apalagi, Didin meyakini Harun tewas di tangan aparat kepolisian.


Namun hingga kini atau hampir lima tahun berlalu, Didin belum juga mendapatkan keadilan dalam kasus yang menewaskan anak keduanya.


"Lima tahun terakhir ini saya berjuang menuntut keadilan untuk kasus Harun dan tidak membuahkan hasil," kata Didin.


Di tengah perjuangan tanpa hentinya mencari keadilan untuk kematian anaknya, Didin mendapat dukungan moril dari Anies Baswedan.


Dia dan istri bahkan diajak Anies untuk hadir langsung dalam debat perdana capres di KPU RI pada Selasa (12/12/2023) malam.


"Mungkin Pak Anies melihat jejak perjuangan saya, makanya beliau sangat berani mengundang orang tua korban di acara debat KPU," kata Didin.


Didin mengaku bukanlah bagian dari timses Anies Baswedan di Pilpres 2024 ini.


Namun ia menyandarkan harapan kepada Anies untuk bisa memberikan rasa keadilan atas kasus kematian Harun jika kelak terpilih sebagai presiden.


"Insya Allah di tangan Pak Anies, saya berharap keadilan ini akan ditegakan selurusnya seperti yang beliay katakan di debat itu, hukum tidak tumpul ke atas dan tajam ke bawah," kata Didin.


"Dengan komitmen beliau, saya yakin dan percaya Anies orang yang amanah," tuturnya.


Sebelumnya, nama Harun Al Rasyid kini jadi sorotan usai disebut Anies Baswedan dalam Debat Capres 2024, Selasa (12/12/2023).


Harun Al Rasyid yang disebut Anies sebagai pendukung Prabowo ternyata adalah siswa SMP yang meninggal saat demo Pilpres 2019 di Bawaslu.


Mendiang Harun Al Rasyid adalah anak pasangan Didin Wahyudin dan Murnil.


Ia meninggal ditembak saat terjadi kerusuahan 22 Mei 2019 dan demo di Kantor Bawaslu pada Pilpres 2019 lalu.


Dalam debat tersebut, capres nomor urut 01 itu menyebut bakal membawa perubahan di bidang penegakan hukum.


“Tidak kalah penting hadir bersama saya di sini ayahnya Harun Al Rasyid. Harun Al Rasyid adalah anak yang meninggal, pendukung Pak Prabowo di Pilpres 2019 yang menuntut keadilan pada saat itu, protes hasil pemilu,” ujar Anies.


“Apa yang terjadi? Dia tewas sampai dengan hari ini tidak ada kejelasan. Apakah ini akan dibiarkan? Tidak, ini harus diubah,” sambung dia.


Menurut polisi, Harun Al Rasyid meninggal usai ditembak oleh sosok kurus berambut panjang. 


Seperti apa kisahnya?


Kisah Harun Al Rasyid Meninggal Saat Demo Pilpres 2019 di Bawaslu


Empat tahun lalu, bentrok antara massa dan aparat gabungan Brimob Polri dan TNI terjadi 21 dan 22 Mei 2019.


Bentrok terangkai dengan aksi-aksi demonstrasi di depan Kantor Bawaslu, Jakarta Pusat, menolak hasil pemilu. Dari lokasi itu, bentrokan merembet ke  kawasan Tanah Abang dan juga Slipi, Jakarta Barat.   


Harun Al Rasyid tercatat sebagai salah satu korban tewas akibat rangkaian kerusuhan 22 Mei 2019 itu.


Harun merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang berasal dari Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.


Ia masih berusia 15 tahun dan duduk di bangku SMP saat tewas dalam kerusuhan 22 Mei 2019 di kawasan Slipi, Jakarta Barat.


Menurut penelusuran Tribunnews.com, Harun diketahui ditembak dan meninggal di tempat kejadian perkara (TKP).


"Harun Al Rasyid meninggal di TKP, kemudian dibawa ke rumah sakit," kata Direskrimum Polda Metro Jaya saat itu, Suyudi Ario Seto, di Mabes Polri, Jumat (5/7/2019), dilansir TribunJakarta.com.


Menurut Suyudi, berdasarkan hasil investigasi Polda Metro Jaya, ditemukan dua peluru di tubuh Harun.


Kronologi Tewasnya Harun Al Rasyid


Orang tua Harun, Didin Wahyudin dan Murni menceritakan kronologi kematian putranya, yang menyimpan beberapa kejanggalan.


Murni mengungkapkan, pada Rabu (22/5/2019) siang, Harun pergi dari rumah setelah meminta uang Rp5 ribu padanya untuk membuat layangan.


Lalu, hingga waktu berbuka tiba, Harun tak kunjung pulang, sehingga Murni mengira bahwa putranya itu berbuka bersama teman-temannya di luar.


Namun, hingga Kamis (23/5/2019) pagi saat tiba waktunya untuk sahur, Harun masih belum kembali ke rumah.


Murni pun sempat mencari Harun di rumah teman-temannya, sementara sang suami masih bekerja, tetapi hasilnya nihil.


Didin dan Murni pun memutuskan untuk bersama mencari Harun pada Kamis sore setelah salat dan berbuka puasa. Di tempat Harun biasa berkumpul dengan teman-temannya, Murni mendapat sebuah informasi.


"Terakhir dapat informasi itu di Asem, di tempat laundry, ya memang di situ banyak teman-temannya. Saya bilang, 'Dek, maaf, lihat Harun enggak?' Saya gituin."


"'Oh iya, Bu, semalam kita ikut...' Kita katanya, tapi saya juga enggak tahu anak-anak itu, orang namanya kenal sekilas-sekilas doang,'" kata Murni dalam wawancara TV One untuk program Kabar Petang pada 27 Mei 2019.


Teman Harun Al Rasyid, Angga, membeberkan kronologi penembakan yang menewaskan Harun.


Sementara itu menurut teman Harun, Angga, insiden itu bermula saat Harun mengajaknya pergi ke kawasan Slipi untuk melihat kerusuhan, Rabu (22/5/2019).


"Dari siang sampai malam sama saya. Siang Harun ngajakin ke warteg, habis itu Harun ngerencanain ke sana (Slipi)."


"Dia bilang, 'Ayo kita lihat di Slipi yang perang'," ungkap Angga menirukan ucapan Harun.


Saat itu, Angga menuturkan Harun sempat terkena lemparan gas air mata petugas di bagian pahanya. Angga lantas mengajak Harun untuk menjauh dari lokasi agar bisa mengobati lukanya.


Tetapi, menurut Angga, Harun bersikukuh ingin kembali ke lokasi dan menyaksikan kerusahan meski hari sudah malam. Sayang, pada pukul 22.00 WIB, Angga kehilangan jejak Harun.


Didin, ayah Harun kemudian mendapat telepon dari seorang relawan yang merupakan teman kakak Harun.


Ia diminta mencocokkan foto Harun dengan foto mayat yang ada di Rumah Sakit Dharmais.


"Di Dharmais itu ada seorang anak umur 14 tahun korban tembak polisi, beritanya seperti itu, dan di-share di grup HP saya itu, saya lihat fotonya itu memang mirip seperti Harun, dari alisnya, dari matanya itu,"


"Tapi saya lihat rambutnya agak keriting, jadi enggak mirip Harun. Jadi saya pikir, Sudahlah, itu bukan Harun," terang Didin.


"Enggak lama, berselang waktu, tim dari relawan datang ke rumah kami mencocokkan bahwa foto yang di-share ke grup itu mirip tidak dengan data yang mereka punya," tambahnya.


Didin juga tak mendapat informasi apa pun dari kepolisian mengenai penyebab kematian Harun. Bahkan keluarganya dilarang melihat jenazah Harun.


"Tidak ada, tidak ada sama sekali. Bahkan waktu orang tua saya di Kramat Jati pun di rumah sakit itu tidak boleh melihat mayatnya. Dia hanya bisa melihat foto di HP."


"'Betulkah Bapak, anak ini namanya anak ini?' Gitu, dan namanya pun disebutkan Mr X," tutur Didin.


Harun Tewas Ditembak Sosok Kurus Berambut Panjang


Sementara itu, pada 30 Mei 2019, hasil autopsi kepada Harun oleh RS Polri Kramat Jati. Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Brigadir Jenderal Polisi Musyafak mengatakan Harun mengalami luka tembak pada bagian lengan kiri atas hingga menembus dada.


"Sudah, hasil otopsinya luka tembak. Itu kita terima dari RS Dharmais sudah tidak ada."


"Dan belum tahu identitas alias Mr X kalau tidak salah tanggal 23 Mei dini hari jam 01.00 WIB kita terima rujukan korban dari RS Dharmais.Sudah dalam kondisi meninggal dunia," ungkap Musyafak saat dikonfirmasi, Kamis (30/5/2019).


Meski demikian, Musyafak belum dapat memastikan apakah Harun tewas terkena peluru tajam atau karet.


Pasalnya, hal tersebut telah menjadi wewenang dari pihak Puslabfor Mabes Polri.


"Wah itu yang menentukan bukan kita, tapi Puslabfor," tambahnya.


Ia mengatakan Harun ditembak dari jarak 30 meter dari sisi kanan, dari arah ruko di dekat flyover Slipi.


"Korban Harun Al Rasyid ditembak dari jarak 30 meter dari sisi kanan. Sisi kanan itu ruko-ruko di dekat flyover Slipi," terang Suyudi.


Sementara itu, terkait terduga pelaku, Dedi Prasetyo yang saat itu menjabat sebagai Karo Penmas Divisi Humas Polri, membeberkan ciri-cirinya.


Dedi mengatakan terduga pelaku memiliki tinggi 175 cm, serta berambut panjang dan lurus. Ciri-ciri itu, ujar Dedi, didapatkan dari keterangan saksi.


"Ada seseorang yang tingginya sekitar 175 sentimeter, kemudian rambut panjang, kurus."


"Dia menembakkan dengan tangan kiri. Ini yang sedang kami dalami. Ada saksinya," ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (5/7/2019).


"Karena ada saksi yang melihat korban itu tertembak, jatuh, kemudian dievakuasi. Semuanya itu akan kami dalami," tambahnya.


Untuk diketahui, Harun yang tercatat sebagai warga RT 09 RW 10, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat meninggal dunia saat kerusuhan 22 Mei terjadi di Jembatan Slipi Jaya, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (22/5) malam. 


Sumber: Tribun

Penulis blog