Hidayat Nur Wahid Buka Suara Tanggapi Karma SBY, Singgung Peristiwa 'Panas' Tahun 2009 - DEMOCRAZY News
POLITIK

Hidayat Nur Wahid Buka Suara Tanggapi Karma SBY, Singgung Peristiwa 'Panas' Tahun 2009

DEMOCRAZY.ID
September 03, 2023
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Hidayat Nur Wahid Buka Suara Tanggapi Karma SBY, Singgung Peristiwa 'Panas' Tahun 2009



DEMOCRAZY.ID - Hidayat Nur Wahid akhirnya muncul dan buka suara menanggapi sebuah cuitan yang menyinggung soal karma Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).


Hidayat Nur Wahid menanggapi utas yang menyinggung namanya, SBY, serta peristiwa yang terjadi pada Pilpres 2009 silam.


Tahun 2009 silam, Hidayat Nur Wahid diduga menjadi cawapres kuat yang akan mendampingi SBY di Pilpres 2009, namun harapan itu kandas.


SBY di detik-detik terakhir justru memilih Boediono sebagai cawapres, sementara Hidayat Nur Wahid sebagai orang PKS masih setia mendukung sang capres.


PKS disebut dijebak oleh keputusan SBY tersebut, meski pada akhirnya mereka masih mendukung SBY dan Boediono di Pilpres 2019, hingga akhirnya menang.


Hingga akhirnya SBY disebut menerima karma dari sikapnya kepada HNW usai AHY tersingkir dari kursi cawapres pendamping Anies Baswedan.


Partai Demokrat bahkan berkoar-berkoar merasa dikhianati dengan keputusan pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin di Pilpres 2024.


Hal itu lantaran sebelumnya Anies Baswedan disebut telah meminta AHY untuk mendampinginya, lewat secuil kertas yang diduga ditulis pada 28 Agustus 2023 lalu.


Menanggapi hal itu, Hidayat Nur Wahid mengatakan jika peristiwa pada tahun 2009 tidak ada hubungannya sama sekali dengan pencapres 2024 nanti.


"Di era keterbukaan informasi berbagai narasi tersaji. Tapi karena menyebut saya dan PKS, maka izinkan saya mengklarifikasi.


"Soal urungnya AHY jadi bacawapres, tidak ada hubungannya dengan peristiwa pencawapresan saya di tahun 2009. Itu dua peristiwa yang berbeda dan tidak ada kaitannya," tulis Hidayat Nur Wahid.


Ia pun menegaskan masih akan mendukung pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin, sama halnya dengan dirinya yang mendukung SBY di Pilpres 2009.


Hidayat Nur Wahid menyebut dirinya masih berkomitmen memperjuangkan pencapresan Anies Baswedan, meski kini ditinggalkan Partai Demokrat.


"Saya dan PKS tetap dalam komitmen memperjuangkan koalisi yang sudah disepakati. Tahun 2009 PKS tetap perjuangkan kemenangan capres SBY.


"Dan untuk Pilpres 2024, PKS tetap dalam komitmen perjuangkan bacapres Anies Rasyid Baswedan," tulisnya dalam cuitan yang berbeda.


Partai Demokrat sendiri telah mencabut dukungan kepada Anies Baswedan dan masih belum menentukan pilihan kemana arah politik yang akan mereka ambil. 




𝐊𝐀𝐑𝐌𝐀


By Nazlira Alhabsy


Menurut jadwal dan tahapan penyelenggaraan pemilu 2024 yang ditetapkan oleh KPU, Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden 2024 dijadwalkan pada tanggal 19 Oktober hingga 25 November 2023.


Pada tanggal 2 September 2023 (55 hari sebelum tanggal pendaftaran berakhir), Koalisi Perubahan mendeklarasikan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sebagai pasangan Capres dan Cawapres.


Akibat penetapan deklarasi tersebut, Partai Demokrat berang, tidak terima dan keluar dari gabungan koalisi lantaran merasa dikhianati oleh Partai Nasdem dan Anies Baswedan, yang menurut kader Partai Demokrat telah ingkar janji untuk mencalonkan AHY sebagai Cawapres pasangan Anies Baswedan.


Sakit hati dan emosional kader dan pimpinan Partai Demokrat seketika itu juga menelurkan keputusan hengkang dari koalisi mendukung Pencapresan Anies Baswedan, terlepas dari siapapun Cawapresnya jika bukan AHY.


Publik sontak teringat pada jadwal dan tahapan pemilu 2009 yang menetapkan jadwal pendaftaran bakal pasangan capres dan cawapres mulai Minggu 10 Mei 2009 hingga Sabtu 16 Mei 2009.


Ketika itu, Partai Demokrat bersama koalisinya PKS juga membangun komitmen mengusung pasangan SBY dan HNW (Hidayat Nurwahid) sebagai Capres dan Cawapres.


Namun mendadak disaat masa pendaftaran sudah dimulai, tepatnya tanggal 15 Mei 2009, di Gedung Sasana Budaya Ganesha kota Bandung, justru SBY menetapkan nama Budiono sebagai pasangan Cawapresnya.


Praktik politik SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat kala itu dinilai oleh para kader PKS sangat keterlaluan, karena tidak memberi kesempatan waktu sama sekali kepada kolega koalisinya PKS untuk mengambil sikap politik atas perubahan sepihak keputusan penetapan Cawapresnya.


Jika dibandingkan sakit hatinya kader Partai Demokrat atas penetapan Surya Paloh menetapkan Cak Imin sebagai pasangan Cawapres Anies yang disampaikan hampir 2 bulan sebelum jadwal pendaftaran Capres-Cawapres ke KPU, maka derajat sakit yang dirasakan oleh PKS kala itu (yang oleh Partai Demokrat kini ditafsirkan sebagai “pengkhianatan”) tak ada apa-apanya, karena sakitnya keputusan SBY bagi PKS tak terkira pedihnya.


Pada pemilu 2024 ini PD masih memiliki waktu yang cukup untuk berbalik arah dukungan politiknya, sedangkan PKS pada 2009 itu betul-betul “terjebak” (jika tidak ingin disebut “dijebak”) oleh keputusan SBY yang tak memberi sedikitpun ruang untuk PKS menggunakan potensi politiknya.


Namun hebatnya, pada 2009 itu baik pengurus maupun kader PKS tetap istiqomah, sabar dan ikhlas menerima rasa sakit yang ditorehkan SBY, betapapun pedihnya, PKS tetap mendukung koalisi Pencapresan SBY, siapapun pilihan Cawapresnya.


Sejarah memang akan selalu memotret setiap peristiwa dan seringkali pula membalikan peristiwa serupa kepada para pelakunya, mungkin itulah yang disebut 𝗞𝗮𝗿𝗺𝗮.


Semoga peristiwa sejarah ini jadi pembelajaran bagi semua, wallahua’lam bishawab.


Penulis blog