Disebut Berkaitan, Gafatar Milik Ahmad Musadeq dan Ponpes Al Zaytun Pimpinan Panji Gumilang, Ini Profil Keduanya - DEMOCRAZY News
HOT NEWS POLITIK TRENDING

Disebut Berkaitan, Gafatar Milik Ahmad Musadeq dan Ponpes Al Zaytun Pimpinan Panji Gumilang, Ini Profil Keduanya

DEMOCRAZY.ID
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
POLITIK
TRENDING
Disebut Berkaitan, Gafatar Milik Ahmad Musadeq dan Ponpes Al Zaytun Pimpinan Panji Gumilang, Ini Profil Keduanya


DEMOCRAZY.ID - Pondok Pesantren atau Ponpes Al Zaytun disebut memiliki kaitan dengan kelompok makar Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar. 


Menurut eks pengurus Al Zaytun Ken Setiawan, Pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang dan Pimpinan Gafatar Ahmad Musadeq memiliki hubungan di masa lalu. 


Keduanya adalah pengikut pendiri Negara Islam Indonesia atau NII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.


Karena terjadi seteru, keduanya kemudian memilih jalan masing-masing. Musadeq membentuk Al Qiyadah al Islamiyah, lalu berubah menjadi Komunitas Millah Abraham, dan terakhir Gafatar. 


Adapun Panji mendirikan organisasi kemasyarakatan MIM atau Masyarakat Indonesia Membangun. Ken menyebut, Panji bergerak di balik pondok pesantren. Lantas apa itu Gafatar dan Al Zaytun?


1. Gafatar


Cikal bakal Gafatar bermula pada 2000 ketika Ahmad Musadeq alias Abdul Salam mendirikan Al-Qiyadah al-Islamiyah. Dia adalah anggota NII yang dibaiat pada 1987. Al-Qiyadah didirikannya setelah terjadi ketidakcocokan dengan NII KWIX pimpinan Panji Gumilang. 


Musadeq ingin memurnikan ajaran Nabi Musa, Isa, dan Muhammad. Ada 8 ribu pengikut baik dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Padang, Makassar, hingga Kalimantan Selatan.


Adapun ajaran Al-Qiyadah antara lain salat malam dan membaca Al-Quran, tidak mewajibkan pelaksanaan rukun Islam seperti salat, zakat, puasa, dan berhaji. Ada pula perbedaan bacaan syahadat bagi penganut Al-Qiyadah. 


Alih-alih “Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah”, bacaan mereka adalah “Ashadu ala illaha ilallah, wa asyhadu anna Almasih almaw’ud Rasulullah”. Setiap orang di luar Al-Qiyadah adalah musyrik.


Pada 2006 Musadeq mengaku sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Pada 7 November 2007, Majelis Ulama Indonesia atau MUI melarang Al-Qiyadah. Lalu pada 24 April 2008 Musadeq dipenjara 4 tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Pada 2009, Al-Qiyadah berubah menjadi Millah Abraham. 


Dengan berganti nama, Al-Qiyadah leluasa mengembangkan organisasinya, sementara tetap menggunakan ajaran Musadeq. Namun, menurut Musadeq, Millah Abraham hanya komunitas untuk mempertautkan umat, tidak membahas akidah.


Pada 14 Agustus 2011, Millah Abraham disulap menjadi Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar. Ada 51 orang yang memprakarsai pembentukan ini. Kemudian pada 21 Januari 2012, Gafatar dideklarasikan diikuti oleh 14 DPD atau 14 provinsi. 


Mereka juga tercatat telah mempunyai pengurus di 34 provinsi. Kala itu diketuai oleh Mahful M. Tumanurung. Mereka mengaku berasaskan organisasi kemasyarakatan yang berasaskan Pancasila. Kantor DPP-nya terletak di Jalan Ciputat Raya No. 264, Pondok Pinang, Jakarta Selatan.


Pada Mei 2016, Para pemimpin Gafatar ditahan Bareskrim Polri. Mereka adalah Ahmad Musadeq, Mahful Muis Tumanurung, dan Andri Cahya. Dari hasil penyelidikan, didapat info bahwa mereka bukan sekadar melakukan penistaan agama. Namun juga berencana makar. 


Dugaan itu didapat karena polisi menemukan informasi bahwa kelompok ini telah memiliki struktur negara, antara lain presiden, menteri dalam negeri, dan menteri lainnya. Pada 2017, Ahmad dijatuhi hukuman penjara selama 5 tahun.


2. Al Zaytun


Dilansir dari website Al-Zaytun, pondok pesantren yang terletak di Indramayu, Jawa Barat ini mulai dibangun pada 13 Agustus 1996. Pondok ini dikelola oleh YPI. Pembukaan awal pembelajarannya dilaksanakan pada 1 Juli 1999, dan diresmikan pada 27 Agustus 1999 oleh Presidan RI ketiga B.J. Habibie. 


Saat ini, Al-Zaytun dipimpin oleh pendirinya, Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang. Sosok1 yang biasa dipanggil Panji Gumilang ini merupakan alumni Ponpes Gontor dan IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah Ciputat.


Pada 2011, kurikulum yang diajarkan di Ponpes Al-Zaytun dituding menyimpang dari ajaran Islam. Ponpes ini diduga memiliki keterkaitan dengan pemikiran atau gerakan NII lantaran Panji Gumilang merupakan imam NII Komandemen Wilayah (KW) 9.


Karena keterlibatannya, Al-Zaytun kemudian dilaporkan menjadi pusat gerakan NII. Kasus tersebut kemudian diproses oleh Mabes Polri. Tuduhan ini sempat ditepis oleh Menteri Agama saat itu, Suryadharma Ali. Menurutnya, kurikulum yang diajarkan Ponpes tersebut tidak menyimpang dari ajaran Islam.


“Banyak kemungkinan. Misalnya saja, ada keterkaitan dengan pimpinan dengan masa lalu, tapi sekarang sudah tidak lagi,” kata Suryadharma Ali, dilansir dari situs Kementerian Agama.


Selain aktivitas NII KW 9, Panji saat itu juga diduga melakukan pemalsuan surat untuk mengganti susunan pengurus YPI. 


Laporan dilayangkan ke Polri oleh mantan menteri percepatan produksi NII KW 9, Imam Supriyanto, yang kemudian diperiksa sebagai saksi di pengadilan.


Panji Gumilang saat itu dinyatakan terbukti melakukan tindak pidana dan dijatuhkan pidana penjara selama 10 bulan oleh Pengadilan Negeri Indramayu. Belakangan Ponpes Al Zaytun ramai diperbincangkan. Yayasan pendidikan tersebut dinilai kontroversial karena memberikan ajaran yang tidak biasa. [Democrazy/Tempo]

Penulis blog