DEMOCRAZY.ID - Kekhawatiran mendalam disampaikan pengamat politik Muslim Arbi atas keselamatan Kasmudjo, seorang dosen senior dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), yang kini tengah menjadi sorotan publik.
Kasmudjo sebelumnya membuat pengakuan mengejutkan dengan menyatakan bahwa dirinya bukan pembimbing akademik Joko Widodo (Jokowi), mantan Presiden Republik Indonesia.
Pengakuan Kasmudjo yang disampaikan dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu mengguncang narasi yang selama ini dibangun oleh pihak Jokowi mengenai latar belakang akademiknya di UGM.
Jokowi sebelumnya menyebut bahwa Kasmudjo adalah pembimbing akademik, bahkan pernah dalam sebuah kesempatan menyatakan bahwa Kasmudjo adalah pembimbing skripsinya—klaim yang kemudian secara terang-terangan dibantah oleh Kasmudjo sendiri.
Dalam keterangannya kepada media, Muslim Arbi menyampaikan kekhawatirannya secara terbuka:
“Saya khawatir Pak Kasmudjo mengalami kejadian tak terduga. Pengakuan beliau sangat penting dalam membongkar kebenaran soal dugaan ijazah palsu Jokowi.
Kalau sampai beliau mendadak meninggal, maka satu-satunya saksi kunci yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi akan hilang. Kita tidak ingin kasus ini senyap karena hilangnya bukti hidup,” ujar Muslim Arbi dalam pernyataannya kepada redaksi SuaraNasional, Selasa (17/6).
Muslim menambahkan bahwa keselamatan Kasmudjo harus menjadi perhatian publik dan lembaga penegak hukum.
Ia bahkan meminta perlindungan hukum dan jaminan keselamatan diberikan kepada dosen tersebut.
Kasmudjo sebelumnya menyampaikan bahwa pada tahun 1985—masa ketika Jokowi diklaim sedang menyusun skripsi—dirinya belum menjadi dosen tetap, melainkan masih berstatus asisten dosen (asdos). Dalam pernyataannya, ia mengatakan:
“Saya tidak pernah menjadi dosen pembimbing akademik Pak Jokowi. Saya juga tidak pernah membimbing skripsinya. Kalau klaim itu beredar, saya harus luruskan. Pada masa itu saya masih asisten dosen,” ujarnya dalam wawancara yang telah viral di media sosial.
Pernyataan itu mempertegas keraguan publik terhadap validitas ijazah Jokowi dari UGM, terlebih setelah tidak ada dokumen SK penunjukan resmi yang menyatakan bahwa Kasmudjo adalah pembimbing akademik Jokowi.
Kasmudjo kini menjadi satu-satunya figur penting yang bisa dimintai keterangan dalam proses hukum menyangkut dugaan pemalsuan ijazah Presiden ke-7 RI tersebut.
Sejumlah laporan dari masyarakat sipil dan pengacara independen telah dilayangkan ke Mahkamah Konstitusi maupun ke Komnas HAM, mendesak pembukaan kembali investigasi terhadap latar belakang akademik Jokowi.
Muslim Arbi menganggap bahwa kehadiran Kasmudjo di persidangan sangat penting dan tidak bisa digantikan oleh dokumen tertulis semata.
“Kasmudjo bukan hanya saksi biasa, tapi saksi utama. Tanpa beliau, publik kehilangan jendela utama untuk mengetahui kebenaran sejarah pendidikan Jokowi,” tegas Muslim.
Kekhawatiran Muslim bukan tanpa alasan. Dalam beberapa kasus besar di Indonesia, saksi-saksi kunci sering kali dikabarkan wafat secara mendadak.
Peristiwa semacam itu menimbulkan kecurigaan dan memunculkan istilah “silent operation” untuk menutup kasus yang berpotensi membahayakan elite kekuasaan.
Muslim Arbi mengingatkan, jangan sampai publik kehilangan lagi orang-orang yang menyimpan informasi kunci hanya karena negara tidak memberi perlindungan memadai.
Aktivis dan tokoh masyarakat sipil lain mulai angkat suara, meminta Komisi Yudisial, Komnas HAM, hingga KPK untuk ikut mencermati perkembangan situasi yang menimpa Kasmudjo.
Mereka mendesak agar negara menjamin keselamatan pihak-pihak yang memiliki informasi penting mengenai Jokowi, khususnya dalam hal validitas ijazah sarjana yang kerap dikritik publik.
Selain itu, dorongan agar UGM membuka dokumen asli, arsip akademik, dan SK-SK resmi terkait proses akademik Jokowi terus menguat.
Jika Kasmudjo sampai meninggal dunia secara mendadak, hal itu bisa mengubur peluang kebenaran terungkap.
“Jangan sampai ini menjadi sejarah kelam. Rakyat berhak tahu siapa yang memimpin mereka dan bagaimana latar belakang akademiknya. Negara tidak boleh tutup mata,” pungkas Muslim Arbi.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Jokowi atau UGM terkait klarifikasi ulang atas status akademik Jokowi maupun keamanan Kasmudjo sebagai saksi kunci.
[UPDATE] Pak Kasmudjo Akhirnya Ngaku 'Bukan' Dosen Pembimbing Skripsi dan Bukan Dosen Pembimbing Akademik Jokowi: Fix Mulyono Ngibul!
DEMOCRAZY.ID - Pertemuan itu berlangsung hanya sebentar. Di sebuah warung kecil di utara Fakultas Teknik UGM.
Saat Rismon datang, Pak Kasmudjo keluar dari balik pintu. Wajah pria tua berbadan kurus itu separuh tertutup masker. Kasmudjo, pensiunan dosen Fakultas Kehutanan, pun membuka suara.
Rismon langsung pada inti, menanyakan apakah benar Kasmudjo dosen pembimbing skripsi Jokowi?
“Itu salah! Nah itu yang salah!” demikian pernyataan itu keluar kepada Rismon Hasiolan Sianipar yang menemuinya langsung dan melakukan wawancara.
Momen itu disiarkan melalui kanal YouTube Balige Academy pada Sabtu, 14 Juni 2025.
Kanal YouTube Refly Harun lalu membahas hal ini dengan Rismon secara live terkait pertemuannya dengan Pak Kasmudjo.
Kasmudjo tegas bantah dirinya pembimbing skripsi maupun pembimbing akademik.
Kilas balik ke tahun 2017 di sebuah stasiun televisi nasional, Jokowi menyebut Kasmudjo sebagai pembimbing skripsinya.
Tapi di warung sederhana yang juga menjadi tempat tinggalnya, Kasmudjo menyampaikan fakta berbeda.
“Harus di atas 50 tahun untuk jadi pembimbing skripsi, saya saat itu baru pangkat 3B,” ujarnya.
“Saya bukan dosen pembimbing akademik. Saya tahu itu tidak boleh. Masih muda.”
Istrinya, yang turut hadir dalam wawancara itu, memperkuat pengakuan suaminya.
Warung Kasmudjo, yang menjajakan kebutuhan harian ala warung Madura, menjadi titik awal fakta baru yang kini menyebar linimasa media sosial.
Salah satu suara paling keras muncul dari Dokter Tifa. Melalui akun X miliknya, ia menuliskan: “Sedih sekali ya Allah. Beliau pensiunan dosen, badannya kurus karena depresi. Di tahun 2017 dipaksa mengaku sebagai dosen pembimbing skripsi.”
Dokter Tifa juga menuliskan bahwa Kasmudjo terlihat ketakutan, depresi, dan menutup wajahnya dengan masker, seolah dihantui rasa bersalah.
“Kasihannya, ketakutan sekali didatangi Pak Rismon. Seperti dikejar dosa. Tua renta, dikejar rasa bersalah karena mau saja disuruh bohong.”
Dokter Tifa juga menyebut bahwa Kasmudjo pernah ikut digugat di PN Sleman sebesar Rp1.000 triliun, karena dianggap berbohong.
“Ada ya orang yang dengan kekuasaannya mencelakakan orang lain...”
Klarifikasi dari Kasmudjo memunculkan serangkaian pertanyaan yang tak lagi bisa dihindari:
Siapa sesungguhnya pembimbing skripsi Presiden Jokowi? Benarkah UGM tak menyimpan arsip akademik seperti disebut-sebut sebelumnya?
Mengapa nama Kasmudjo diangkat sebagai pembimbing jika tak sesuai fakta?
Di kanal YouTube Refly Harun, komentar publik membanjir. Sebagian besar menyuarakan simpati dan penghormatan pada keberanian Kasmudjo.
Sebagian lain, menuntut UGM dan pemerintah memberi klarifikasi resmi.
Rismon menyebut bahwa ini bukan akhir, tapi justru awal.
Ia berencana melanjutkan investigasi, termasuk menelusuri arsip Kedaulatan Rakyat edisi 18 Juli 1980, yang diduga menyimpan pengumuman nilai akademik.
“Kami tidak mau dibungkam. Ini demi sejarah Indonesia,” tegas Rismon.
👇👇
Rismon Sianipar dan Sentana TV Silaturahmi dan bertemu Pak Kasmudjo di rumahnya....
— Never (@neVerAl0nely) June 14, 2025
Pak Kasmudjo bilang dia bukan pembimbing Skripsi dan Bukan pembimbing Akademik pic.twitter.com/8jrMkzqNKL
PAK KASMUDJO, bukan dosen pembimbing skripsi dan bukan dosen pembimbing akademik JOKOWI!
— Rismon Hasiholan Sianipar (@SianiparRismon) June 14, 2025
Wawancara langsung dengan Pak Kasmudjo di kediamannya di POGUNG KIDUL, Jogja.
Jokowi jujurlah!https://t.co/MBnEuWF8O2 pic.twitter.com/oaMZBdMIf8
Pak Kasmudjo
— Dokter Tifa (@DokterTifa) June 14, 2025
Sedih sekali ya Allah
Beliau pensiunan Dosen, badannya kurus karena depresi
Di tahun 2017 dipaksa mengaku sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.
Dengar pengakuannya sendiri kepada Dr @SianiparRismon yang datang berkunjung:
"Saya bukan Dosen Pembing Skripsi! Yang…
Rismon Akan Lanjut Investigasi Koran Kedaulatan Rakyat
Hingga kini, UGM belum memberikan pernyataan resmi, sementara publik terus menanti.
Pengakuan Kasmujo ini bukan akhir, melainkan awal dari pertanyaan yang lebih besar.
Rismon berencana melanjutkan investigasi, termasuk mencari arsip koran Kedaulatan Rakyat edisi 18 Juli 1980, yang memuat pengumuman kelulusan mahasiswa UGM pada tahun 1980.
“Kami tidak mau dibungkam,” tegas Rismon.
“Ini demi sejarah Indonesia.”
Sementara itu, warung Kasmujo tetap berdiri di pinggir Selokan Mataram, menyimpan cerita yang kini menjadi sorotan nasional.
Publik menanti jawaban resmi dari UGM dan pihak berwenang, di tengah fakta dan narasi yang terus bertabrakan.
👇👇
Awalnya ngaku pembimbing skripsinya adalah pak Kasmujo.
— Edy Bayo Regar (@regar_op0sisi) June 15, 2025
Dibantah oleh pak Kasmujo.
Beralih jadi dosen pembimbing akademik,sialnya dibantah juga dgn pak Kasmujo.
Jokowi memang raja bohong. pic.twitter.com/CZrkknOSOZ
Momen ketika Jokowi berkunjung dan sungkem kepada Dosen Pembimbing Skripsi
— Dokter Tifa (@DokterTifa) May 25, 2025
Eh salah
Dosen Pembimbing Akademik
Eh salah
Asisten Dosen!
Alhamdulillah di usia senja, Pak Kasmudjo masih berkesempatan bicara jujur, bahwa di kurun tahun 1980-1985, beliau masih berstatus Asisten Dosen,… pic.twitter.com/Oa7RDIz4Cl
[VIDEO]
Sumber: SuaraNasional