DEMOCRAZY.ID - Seorang wanita mendadak viral di media sosial karena secara yakin menyatakan bahwa aktivis Beathor Suryadi alias Bambang Beathor Suryadi telah meninggal dunia pada tahun 2021 akibat Covid-19.
Ia menyebut kabar meninggalnya Beathor berasal dari berita-berita resmi seperti Antara dan RMOL.
“Kalau dia bilang dapat informasi dari Bambang Beathor Suryadi, berarti itu kabar dari alam kubur,” sindir wanita itu sambil mengambil kutipan podcast Refly Harun yang menyebut nama Bambang Beathor Suryadi.
Wanita dalam video tersebut mengutip sejumlah media online yang memberitakan kematian Anggota Komisi V DPR F-PDIP, Bambang Suryadi.
"Jadi Beathor yang mana nih, Mana mungkin ada dua Beathor di PDIP," kata Wanita itu.
👇👇
PASAR PRAMUKA & BERITA DARI ALAM BARZAH
— ROMEO (@RomeoWalker19) June 19, 2025
Sejak kapan pasar pramuka adalah tempat pembuatan ijazah ?
Pasar pramuka adalah tempat jual burung / unggas dan berbagai macam obat ...
Warga yg tinggal di jakarta sekitaran
daerah palmeriam, kec matraman atau bkn warga jkt minimal yg… https://t.co/5ovR4N1C0d pic.twitter.com/2dLQ4HQkC0
@DianSandiU bang kok ada yang mengaku sebagai beathor suryadi,,,katanya beathor suryadi yang dari PDIP sudah meninggal 2021 memangnya dipdip ada 2 beathor suryadi?!?!kok kayaknya gak masuk akal pic.twitter.com/UrSqfhBhab
— Wahid Itu Satu (@itu_wahid) June 19, 2025
Pernyataan itu mendapat tanggapan Pakar hukum tata negara Refly Harun.
Refly Harun membantah klaim wanita yang menyebut aktivis Beathor Suryadi telah meninggal dunia pada 2021.
“Orang dengan pedenya bilang Beathor sudah meninggal tahun 2021, padahal tidak ada satupun keterangan resmi yang menyatakan begitu. Itu salah kaprah,” ujar Refly dalam sebuah video unggahannya.
Refly menjelaskan bahwa sosok yang dimaksud wanita tersebut kemungkinan adalah Bambang Suryadi, bukan Beathor Suryadi.
Menurutnya, Bambang Suryadi—yang dikenal juga sebagai Basur—memang pernah menjabat sebagai anggota DPR dan sempat menjadi staf Kantor Staf Presiden (KSP). Ia adalah kader PDIP dan dikenal dekat dengan almarhum Taufiq Kiemas.
“Nama Beathor memang dimulai dengan ‘B’, tapi bukan Bambang Suryadi. Saya tahu persis siapa Beathor. Dia masih hidup dan aktif bicara soal politik,” tegas Refly.
Refly juga menyinggung soal Beathor sosok lain yang disebut-sebut oleh wanita tersebut.
“Yang disebut Beathor itu si gundul, itu orang lain lagi. Kalau ibu atau mbak ini baru lahir sekitar tahun 90-an, ya wajar kalau salah mengira,” katanya.
Refly mengimbau masyarakat untuk lebih hati-hati dalam menyampaikan informasi di ruang publik.
“Googling itu gampang. Masalah sederhana seperti ini bisa bikin gaduh,” ujarnya.
👇👇
Kiri : Bambang Suryadi dari Lampung sudah meninggal 2021
— Zlatamovic Rooney (@gabragamovic) June 20, 2025
Kanan : Beathor Suryadi masih sehat wal'afiat pic.twitter.com/mxFJqOKO1C
Beathor Suryadi Blak-blakan Soal Isu Ijazah Pasar Pramuka: "Saya Lacak Langsung"
Politisi senior PDI Perjuangan, Beathor Suryadi mengungkap pernyataan mengejutkan terkait asal-usul ijazah sarjana Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam dialog di program iNews Room pada Rabu, 18 Juni 2025, Beathor menyebut bahwa ijazah Jokowi pernah dicetak ulang secara buru-buru di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, menjelang pencalonan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012.
Menurut Beathor, pencetakan ulang tersebut dilakukan karena saat itu terdapat kekurangan dokumen yang harus segera dilengkapi untuk keperluan pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Pembuatan dokumen itu dirancang dalam pertemuan antara tim inti Jokowi dari Solo dan kader PDIP DKI Jakarta di kawasan Cikini.
Dari pihak Solo, Beathor menyebut tiga nama, yakni David, Anggit, dan Widodo. Sementara dari kader PDIP DKI Jakarta, yakni Dani Iskandar, Indra, dan Yulianto.
"Yang mencetak ijazah ke Pasar Pramuka cuma Widodo saja. Itu atas penjelasan Dani Iskandar. Bahwa Widodo yang datang ke Pasar Pramuka untuk mencetak ijazah itu tahun 2012," kata Beathor.
Setelah selesai, ijazah tersebut kemudian diserahkan kepada Ketua DPRD DKI Jakarta saat itu, Prasetyo Edi Marsudi yang bersama sejumlah pihak termasuk M Syarif dari Partai Gerindra menyerahkannya ke KPU DKI Jakarta.
Di sana, mereka bertemu dengan Ketua KPU DKI saat itu, Juri Adrianto.
Namun, menurut Beathor, baik Prasetyo maupun pihak partai tidak mengetahui asal-usul dokumen ijazah yang dibawa itu. Mereka hanya menerimanya.
"Saya sudah komunikasi dengan pak Pras. Saya juga sudah pertanyakan kepada pak Syarif. Mereka melihat gitu semua ijazah, terus diserahkan ke partai, dari partai langsung ke KPUD," kata Beathor.
Sebelumnya, Beathor juga menyebut beberapa nama yang diduga terlibat dalam proses pencetakan, antara lain David, Anggit, dan Widodo.
Ia juga mengidentifikasi kolaborator dari PDIP DKI, termasuk Dani Iskandar dan Indra.
Menurutnya, seluruh strategi dan persiapan dokumen dilakukan secara rahasia di rumah Cikini tersebut.
Widodo, yang disebut-sebut sebagai aktor kunci dalam dugaan pencetakan ini, kini menghilang sejak isu ijazah Jokowi diangkat dalam buku kontroversial karya Bambang Tri.
Beathor Suryadi juga mengungkap bahwa mantan Gubernur Lemhannas dan tokoh PDIP, Andi Widjajanto, disebut pernah melihat langsung dokumen ijazah Jokowi yang dicurigai tidak otentik.
Beathor mengklaim Andi menyaksikan dokumen tersebut saat masa pencalonan Jokowi di Pilpres 2014.
Namun, menurut Beathor, ijazah yang dilihat Andi merupakan cetakan ulang tahun 2012 yang digunakan untuk keperluan Pilgub DKI Jakarta.
Sumber: Sawitku