DEMOCRAZY.ID - Aktivis 98, Aznil Tan, menegaskan bahwa pemakzulan Gibran Rakabuming Raka dari jabatan Wakil Presiden akan menjadi kabar baik bagi rakyat Indonesia.
Menurutnya, langkah itu bukan sekadar proses hukum, tetapi bentuk pemulihan martabat bangsa yang telah tercabik oleh politik dinasti dan manipulasi kekuasaan.
“Rakyat Indonesia akan bersyukur dengan riang gembira jika Gibran dimakzulkan. Ini bukan sekadar langkah hukum, ini adalah pemulihan harga diri bangsa yang selama ini dipermainkan oleh elite kekuasaan,” ujar Aznil Tan kepada media di Jakarta, Kamis (13/6/2025).
Ia menyebut bahwa sejak awal, kehadiran Gibran di kursi Wakil Presiden adalah produk rekayasa politik yang mencederai konstitusi.
“Gibran itu dari awal ibarat duri dalam daging. Ia masuk lewat celah manipulatif, memanfaatkan posisi ayahnya di puncak kekuasaan. Itu menyakiti rasa keadilan rakyat,” jelasnya.
Menurut Aznil, pemakzulan Gibran tidak akan menimbulkan instabilitas politik seperti yang dikhawatirkan sebagian pihak.
Sebaliknya, justru akan membawa kelegaan nasional dan rasa syukur.
“Tidak akan ada kerusuhan. Sama seperti saat Soeharto lengser—rakyat justru merasa lega dan merdeka.
Bahkan ketika Gus Dur, tokoh yang jauh lebih besar secara moral dan intelektual, dimakzulkan, negara tetap tenang. Apalagi Gibran, yang selama ini menjadi simbol beban dan pembusukan sistem,” tegasnya.
Ia menambahkan, pemakzulan Gibran justru akan memperkuat legitimasi Presiden Prabowo Subianto, yang kini memimpin bersama Gibran.
“Dengan memakzulkan Gibran, Prabowo bisa berdiri di atas pijakan moral yang lebih kuat. Legitimasi rakyat akan kuat.
Ia bisa menunjukkan bahwa pemerintahannya terbebas dari beban politik dinasti dan rekayasa hukum. Dan itu akan diapresiasi oleh rakyat,” lanjut Aznil.
Lebih jauh, ia menyebut pemakzulan ini sebagai “pintu keluar dari ketegangan politik nasional” dan langkah penyembuhan demokrasi.
“Jika Jokowi benar-benar mencintai negeri ini, ia harus menyuruh anaknya mundur secara legowo. Jangan wariskan kegaduhan. Jangan wariskan ketidakadilan. Berikan ruang bagi Indonesia untuk pulih dan bersatu kembali,” jelasnya lebih lanjut.
Aznil menutup pernyataannya dengan menyatakan bahwa Gibran tidak merepresentasikan masa depan Indonesia, dan kepergiannya justru akan menyehatkan bangsa.
“Gibran tidak membawa masa depan. Ia hanya simbol dari demokrasi yang dicurangi. Maka pemakzulannya bukan saja perlu, tapi memang diinginkan oleh rakyat. Dan ketika itu terjadi, bangsa ini akan bergembira, negara ini akan sehat kembali,” pungkas Aznil Tan.
Sumber: MudaNews