DEMOCRAZY.ID - Pengasuh Pondok Pesantren Al Azhari Ajibarang, Banyumas, Mohammad Fahmi, mengatakan sebagai seorang pendidik kepastian soal status mantan Presiden Jokowi sangat diperlukan dan penuh arti.
Setidaknya untuk memastikan bahwa bangsa Indonesia masih menjunjung tinggi nilai kejujuran dan keadilan.
"Ingat bila bangsa ini tidak bisa jujur, maka hakikatnya Indonesia kehilangan keberkahan atau tidak punya rahmat lagi dari Tuhan yang Maha Esa.
Bagi saya selaku pendidik para anak-anak kaum santri, soal kejujuran adalah hal mutlak. Bila tidak ada, maka keberkahan akan dicabut dari negara tercinta ini,’’ kata Fahmi, Ahad petang, 13 April 2025.
Bagi Fahmi, selama 10 tahun terakhir ini Indonesia memang berada dalam keadaan yang serba tidak pasti.
Banyak sekali elite yang ingin berkuasa tidak dapat dipegang katanya. Mereka berjanji berbagai macam.
Namun ketika apa yang dijanjikan itu tak terwujud mereka bersikap biasa saja seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
"Jelas Pak Jokowi dari dahulu banyak janji. Mulai dari SMK yang bisa diproduksi dan dipesan secara massal, hingga janji sudah punya uang di kantongnya hingga Rp 11 ribu triliun dan berbagai janjinya. Semua itu sampai kini tak ada juntrungannya.
Lagi pula Jokowi juga sama sekali merasa tidak perlu menjelaskan mengenai tidak terwujudnya janji itu. Ini akhirnya membuat rakyat kecil seperti saya ini tidak mempercayai omongan dia kepada publik,’’ tegas Fahmi.
Pada soal polemik ijazah palsu Jokowi sebenarnya merupakan persoalan yang sangat mudah diselesaikan dan tak perlu memakan waktu berkepanjangan.
Bahkan karena soal ini telah menyebabkan anak-anak bangsa terpecah satu sama lain.
"Saya selaku orang yang pernah kuliah di perguruan tinggi juga paham bahwa soal ijazah palsu ini bisa segera tuntas. Tinggal Pak Jokowi tunjukan saja ijazah yang dimiliknya. Polemik akan langsung selesai.”
"Tapi tampaknya dia malah ingin terus memperpanjang kontroversi ijazah tersebut. Kami menjadi menduganya hal ini sebagai suatu yang aneh karena diduga polemik kasus ini justru terus dibiarkan agar Pak Jokowi dapat terus menjadi pusat perhatian dan pemberitaan. Kalau ini benar terjadi, sungguh menyedihkan nasib bangsa ini,’’ ungkapnya.
Namun terkait soal ijazah palsu milik Jokowi ketika kuliah di UGM, menurut Fahmi, maka sesungguhnya pada saat ini memang telah memunculkan persoalan kredibilitas dari institusi pendidikan Indonesia.
Hal itu adalah hilangnya sikap bahwa lembaga pendidikan tinggi itu identik sebagai lambang kualitas pendidikan manusia Indonesia.
"Saya selaku orang yang punya dua anak yang kuliah di perguruan tinggi kini pun was-was. Biaya pendidikan semakin mahal dan universitas kian hari semakin kehilangan sikap kemandirian.
Terbayang pada diri saya banyak universitas diduga berbagai gelar pendidikan dengan gampang. Bahkan tampak ada pemberian sikap gampang bagi pejabat akan dapat mudah lulus kuliah denan mudah.
Namun bagi mahasiswa biasa mereka akan susah sekali lulus meski pun pintar dan mengikuti kuliah dengan sungguh-sungguh.
Jadi adanya polemik berkepanjangan soal ijazah palsu Jokowi menandakan betapa buruk kredibilitas pendidikan tinggi di Indonesia pada masa kini,’’ tandas Mojammad Fahmi.
Sumber: KBANews