CATATAN POLITIK

'Operasi Intelijen Asing dan Oligarki Ingin Meruntuhkan Kekuasaan Prabowo'

Democrazy Media
Februari 18, 2025
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Operasi Intelijen Asing dan Oligarki Ingin Meruntuhkan Kekuasaan Prabowo'


'Operasi Intelijen Asing dan Oligarki Ingin Meruntuhkan Kekuasaan Prabowo'


Oleh: Prihandoyo Kuswanto

Ketua Pusat Kajian Rumah Pancasila


Gerakan-gerakan yang muncul belakangan ini, mulai dari tuntutan mengadili Jokowi hingga upaya mendiskreditkan Prabowo Subianto, bukanlah sesuatu yang muncul secara spontan. 


Ada indikasi kuat bahwa ini adalah bagian dari operasi intelijen asing yang dijalankan melalui aktivis-aktivis yang kalah dalam Pilpres dan LSM yang terus menebar kebencian serta menjalankan agenda pihak luar. Kali ini, targetnya bukan hanya Jokowi, tetapi juga Prabowo.


Indikasi Operasi Intelijen Asing untuk Menjatuhkan Prabowo


  1. Mendiskreditkan Prabowo melalui berbagai narasi negatif yang dibangun secara sistematis.
  2. Framing eksodus anak muda ke luar negeri seolah-olah kondisi dalam negeri tidak lagi memberikan harapan.
  3. Tuntutan mengadili Jokowi yang diarahkan agar menjatuhkan Prabowo melalui desain politik tertentu.
  4. Pembusukan program Makan Bergizi Gratis dengan mendikotomikannya dengan pendidikan gratis agar kebijakan ini terlihat tidak prioritas.
  5. Isu blunder pengurangan anggaran di berbagai sektor dengan tujuan menciptakan ketidakstabilan, melibatkan kepala daerah di pelosok-pelosok.


Operasi ini tampaknya terkait erat dengan kebijakan geopolitik dan geostrategis pemerintahan Prabowo. 


Salah satu faktor pemicunya adalah langkah Prabowo memperkuat intelijen strategis Indonesia, yang sebelumnya lebih condong ke intelijen keamanan. 


Hal ini tentu membuat beberapa pihak terganggu, terutama mereka yang selama ini diuntungkan oleh status quo.


Kepentingan Asing dan Oligarki dalam Upaya Menjatuhkan Prabowo


Sejak Indonesia bergabung dengan BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan), ketegangan dengan Amerika Serikat meningkat. Ada beberapa alasan mengapa Washington merasa terancam dengan kehadiran Indonesia di BRICS:


  1. Pengaruh Ekonomi: BRICS memperkuat ekonomi global tanpa ketergantungan pada Barat.
  2. Pelemahan Dolar AS: BRICS mengembangkan sistem pembayaran alternatif tanpa dolar, yang merugikan dominasi keuangan AS.
  3. Pengaruh Geopolitik: Indonesia di BRICS memperkuat aliansi negara-negara yang menyaingi AS di Asia Tenggara.
  4. Persaingan Sumber Daya: Indonesia memiliki cadangan besar timah, tembaga, dan bauksit, yang dibutuhkan oleh industri negara-negara maju.


Selain tekanan asing, kepentingan oligarki dalam negeri juga merasa terancam dengan kebijakan Prabowo. 


Sejak KLB Gerindra memutuskan mengusung Prabowo untuk dua periode, Jokowi dikabarkan marah besar. 


Hal ini dianggap sebagai penghalang bagi Fufufafa yang ingin menggantikan Prabowo. 


Kepentingan oligarki semakin terusik akibat kebijakan Prabowo yang menertibkan reklamasi dan pertambangan ilegal yang selama ini memasok industri di Eropa, Amerika, Jepang, dan Tiongkok.


Gerakan Mahasiswa: Pion Kepentingan Asing dan Oligarki?


Banyak gerakan mahasiswa saat ini tampaknya tidak lagi murni. Mereka digerakkan oleh narasi-narasi tertentu yang sejalan dengan kepentingan asing dan oligarki, seperti:


  1. Framing kondisi Indonesia sebagai negara tanpa harapan, seolah-olah satu-satunya pilihan bagi anak muda adalah pindah kewarganegaraan.
  2. Dikotomi pendidikan vs Makan Bergizi Gratis, untuk menciptakan persepsi bahwa kebijakan Prabowo tidak berpihak pada rakyat kecil.
  3. Aksi demonstrasi bertajuk ‘Indonesia Gelap’, yang dilakukan serentak dan tampaknya memiliki sponsor tersembunyi.


Operasi ini diarahkan untuk mengakhiri pemerintahan Prabowo bahkan sebelum dimulai. Ada indikasi keterlibatan intelijen asing yang membiayai gerakan-gerakan ini.


Jokowi, Oligarki, dan Intelijen Asing: Satu Kepentingan?


Kemarahan Jokowi terhadap keputusan KLB Gerindra yang mengusung Prabowo dua periode diduga menjadi faktor utama ia ingin menjatuhkan pemerintahan Prabowo. 


Di sisi lain, oligarki yang merasa kepentingannya terganggu juga mencari cara untuk melemahkan Prabowo.


Setelah meletakkan pondasi yang kuat, Gerindra tampaknya akan berkoalisi dengan partai besar lainnya untuk kembali ke UUD 1945 dan Pancasila dalam bentuk aslinya, sebagaimana yang disahkan pada 18 Agustus 1945. 


Ada kemungkinan Prabowo akan memilih Puan Maharani sebagai wakil presidennya di masa depan, sebagai bagian dari strategi politik jangka panjang.


Namun, Prabowo harus menghadapi tantangan besar akibat residu pemerintahan Jokowi, seperti:


  • Utang negara yang besar
  • Dominasi oligarki atas tanah dan kekayaan alam
  • Izin pertambangan yang dikuasai China tanpa AMDAL
  • Reklamasi ilegal tanpa AMDAL, seperti PIK 2 dan kasus Rempang
  • Konflik sosial akibat perampasan tanah rakyat dan digitalisasi sertifikat tanah


Tekanan terhadap Prabowo tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. 


Beberapa negara maju, seperti Tiongkok, Uni Eropa, dan Jepang, sangat bergantung pada sumber daya alam Indonesia. 


Dengan kebijakan Prabowo yang lebih nasionalis, mereka tentu merasa kepentingannya terganggu.


Kesimpulan: Untuk Kepentingan Siapa Demonstrasi Mahasiswa Ini?


Jika kita melihat pola gerakan saat ini, tampak jelas bahwa ada kepentingan besar di baliknya. 


Mahasiswa seakan dimanfaatkan sebagai alat untuk menjalankan agenda yang lebih besar:


  • Jika demo ini hanya untuk mengadili Jokowi, itu sah.
  • Namun, jika ujungnya ingin meruntuhkan Prabowo, maka ini adalah hidden agenda yang didesain oleh kepentingan asing, oligarki, dan bahkan Jokowi sendiri.


Maka, pertanyaan terbesar yang harus kita ajukan: Demo mahasiswa ini sebenarnya untuk kepentingan siapa? ***

Penulis blog