Makan Bergizi Gratis: Antara Cita-Cita dan Realita - 'Panggung Wapres Ditimpuki Penonton'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Program Makan Bergizi Gratis yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto merupakan salah satu kebijakan unggulan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia.
Dalam gagasannya, program ini diharapkan dapat mengatasi masalah malnutrisi, meningkatkan daya pikir anak-anak, serta menciptakan generasi masa depan yang lebih sehat dan produktif.
Secara konsep, ide ini sangat baik, karena pendidikan yang berkualitas tidak hanya bergantung pada sistem pembelajaran, tetapi juga pada kesehatan dan kecukupan gizi siswa.
Namun, sebagaimana banyak kebijakan lain yang berskala nasional, implementasi program ini tidaklah semulus yang dibayangkan.
Sejumlah kendala mulai bermunculan sejak tahap awal pelaksanaannya. Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan anggaran yang tersedia.
Meski program ini digadang-gadang sebagai prioritas nasional, nyatanya alokasi dana yang minim membuat kualitas menu yang disajikan jauh dari ekspektasi.
Tujuan awal untuk memberikan makanan bergizi tinggi bagi pelajar menjadi sulit tercapai ketika bahan pangan yang tersedia tidak cukup memenuhi standar nutrisi yang ideal.
Menu yang disajikan pun sering kali tidak seimbang, kurang variatif, dan pada akhirnya tidak menarik bagi siswa yang menerima manfaat dari program ini.
Masalah distribusi juga menjadi tantangan tersendiri. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kondisi geografis yang beragam menghadapi kendala logistik yang tidak mudah.
Pengiriman bahan makanan ke daerah-daerah terpencil menjadi tantangan yang membutuhkan perencanaan matang dan infrastruktur yang memadai.
Jika distribusi tidak berjalan dengan baik, maka ketimpangan penerimaan manfaat program ini akan semakin terasa, di mana daerah perkotaan lebih mudah terjangkau dibandingkan daerah pedesaan atau pelosok.
Selain itu, faktor preferensi dan selera makan para pelajar juga menjadi aspek yang perlu diperhatikan. Tidak semua anak-anak menyukai menu yang disajikan.
Jika rasa atau kualitas makanan kurang sesuai dengan ekspektasi, maka makanan tersebut cenderung tidak dikonsumsi, sehingga tujuan utama dari program ini menjadi tidak efektif.
Hal ini diperparah dengan minimnya edukasi tentang pentingnya konsumsi makanan bergizi, yang seharusnya berjalan beriringan dengan implementasi program.
Namun, di balik semua tantangan ini, ada satu aspek lain yang menarik perhatian: program ini justru menjadi panggung bagi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Setiap kali program ini dievaluasi atau diluncurkan di berbagai daerah, Gibran sering kali menjadi wajah utama yang mewakili pemerintah dalam publikasi dan kegiatan seremonial.
Alih-alih menjadi kebijakan yang berorientasi pada manfaat langsung bagi masyarakat, program ini perlahan berubah menjadi alat pencitraan politik.
Sayangnya, eksposur yang berlebihan ini bukannya mendatangkan simpati, tetapi justru menuai reaksi negatif dari masyarakat.
Setiap kali Gibran tampil di depan publik dalam rangka mengawal program ini, respons yang muncul sering kali bukan apresiasi, melainkan kritik tajam dan bahkan hinaan.
Publik tampaknya melihat kehadiran Gibran lebih sebagai bagian dari upaya membangun popularitasnya ketimbang murni menjalankan tugas pemerintahan.
Situasi ini tentu memperburuk persepsi masyarakat terhadap program Makan Bergizi Gratis itu sendiri.
Pada akhirnya, program ini masih memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi generasi muda Indonesia, tetapi keberhasilannya sangat bergantung pada bagaimana pemerintah menyusun strategi implementasinya.
Jika tidak segera dilakukan perbaikan dalam aspek pendanaan, distribusi, dan kualitas makanan, maka program ini dikhawatirkan hanya akan menjadi proyek yang gagal di tengah jalan.
Sementara itu, eksploitasi program untuk kepentingan politik justru berpotensi semakin menjauhkan masyarakat dari dukungan terhadap kebijakan ini.
Alih-alih menjadi solusi, program ini bisa berubah menjadi polemik yang semakin memperdalam ketidakpercayaan publik terhadap pemerintahan saat ini. ***
Sumber: FusilatNews