'Benarkah Media Spin Sengaja Dimainkan Dalam Kasus Elpiji 3 Kg?'
Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes
Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen
Sejak awal Februari 2025, media massa di Indonesia—baik mainstream maupun alternatif—ramai membahas perubahan pola distribusi Liquid Petroleum Gas (LPG) 3 Kg atau yang lebih dikenal sebagai "Gas Melon."
Perubahan ini langsung berdampak pada masyarakat, terutama mereka yang telah lama beralih dari minyak tanah dan kayu bakar ke LPG.
Dampak Kebijakan Tanpa Sosialisasi
Perubahan mendadak dalam distribusi LPG 3 Kg menyebabkan antrean panjang di berbagai daerah.
Masyarakat yang sebelumnya bisa membeli gas dengan mudah di warung-warung kini harus mengantre di distributor resmi yang jumlahnya terbatas.
Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya korban jiwa, seperti yang dialami seorang ibu rumah tangga di Pamulang Barat, yang meninggal dunia akibat kelelahan saat mengantre gas.
Situasi ini seharusnya mendapat perhatian serius dari pemerintah, khususnya Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, yang bertanggung jawab dalam kebijakan energi.
Namun, alih-alih memberikan solusi konkret, ia justru melempar tanggung jawab dan menyalahkan pihak lain.
Beruntung, Presiden Prabowo Subianto bertindak cepat dengan menginstruksikan agar kebijakan tersebut dikembalikan seperti semula.
Media Spin: Mengalihkan Perhatian Publik?
Jika dilihat dari perspektif komunikasi politik, pemberitaan masif tentang elpiji ini seolah mengalihkan perhatian dari berbagai isu besar lainnya.
Teknik ini dikenal sebagai "media spin", yaitu strategi komunikasi yang digunakan untuk mengubah fokus masyarakat dengan menyoroti isu tertentu agar perhatian teralihkan dari permasalahan utama.
Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam media spin antara lain:
Reframing: Mengubah sudut pandang agar isu tertentu terlihat lebih penting.
Cherry-Picking Data: Memilih fakta tertentu dan mengabaikan fakta lainnya.
Euphemism: Menggunakan bahasa yang lebih halus untuk menutupi kebijakan yang merugikan.
Distraction: Menciptakan isu baru agar publik lupa pada isu utama.
Dengan pola ini, bukan tidak mungkin kasus elpiji 3 Kg digunakan sebagai distraksi dari isu-isu besar lainnya seperti reklamasi ilegal, kasus korupsi eks Menkominfo, akun penyebar ujaran kebencian, hingga kontroversi tentang mantan Presiden Jokowi.
Siapa Dalang di Balik Media Spin?
Jika benar media spin sedang dimainkan, maka ada "tangan-tangan kotor" yang sengaja menciptakan kegaduhan untuk mengalihkan perhatian publik.
Tidak menutup kemungkinan, ke depan akan muncul isu-isu baru seperti politik identitas, skandal tokoh publik, atau bahkan rekayasa berita dengan kecerdasan buatan (AI).
Presiden Prabowo harus tetap waspada dan tidak lengah terhadap strategi semacam ini. Seperti kata Bung Karno, "Musuh terbesar bukan dari luar, tetapi justru dari dalam." ***