DEMOCRAZY.ID - Mohammad Said Didu baru saja mendarat, kembali ke tanah air, tetapi langsung menerima sejumlah tulisan yang ia sebut sebagai framing buatan oligarki dan penguasa yang pro terhadap kepentingan mereka.
Menurutnya, tulisan-tulisan tersebut disusun dengan tujuan untuk menyerang para pengeritik mega proyek Pantai Indah Kapuk 2 (PIK-2), dengan memberikan label negatif.
Dalam tulisannya di media sosial, Said Didu mengungkap bahwa ada tiga narasi utama yang digunakan untuk menyerang pihak yang mengkritik PIK-2, yaitu:
- Menuduh pengeritik sebagai kaum rasis.
- Melabeli mereka sebagai kelompok yang anti-pembangunan.
- Mengklaim bahwa mereka mengganggu stabilitas negara.
Namun, Said Didu menegaskan bahwa tuduhan tersebut adalah pembalikan fakta yang disengaja.
Ia justru mempertanyakan pihak yang melakukan penggusuran besar-besaran terhadap rakyat di berbagai wilayah di Indonesia, seperti kawasan tambang, perkebunan, hutan, laut, hingga pemukiman warga.
“Mereka yang menggusur rakyat di hampir seluruh Indonesia itu justru rasis. Tapi kenapa mereka malah menuduh yang membela rakyat sebagai kaum rasis?” tegasnya.
Lebih lanjut, ia membantah anggapan bahwa pengeritik proyek PIK-2 adalah kelompok anti-pembangunan.
Menurutnya, yang justru anti-pembangunan adalah mereka yang membangun hanya untuk kepentingan kelompok tertentu secara eksklusif, tanpa memikirkan kesejahteraan rakyat banyak.
“Yang kita minta adalah pembangunan yang tidak mengorbankan rakyat. Kita tidak anti pembangunan, yang kita lawan adalah pembangunan yang menindas dan menggusur masyarakat kecil,” ujarnya.
Said Didu juga menyoroti bahwa tuduhan anti-stabilitas terhadap para pengeritik proyek ini adalah bentuk manipulasi opini.
Ia justru menuding pihak yang menciptakan ketimpangan sosial, melakukan segregasi ekonomi, menyogok aparat, menggusur warga, dan membeli politisi sebagai kelompok yang sesungguhnya mengganggu stabilitas bangsa.
“Kok yang memperjuangkan keadilan dan kesetaraan malah mereka tuduh anti stabilitas?” kata dia.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN itu menilai bahwa strategi oligarki dan penguasa pro-oligarki ini adalah upaya membalikkan realitas yang terjadi.
Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk bersatu dan melawan narasi yang ia anggap menyesatkan tersebut.
“Kita harus kompak melawan framing mereka!” pungkasnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak yang dituding oleh Said Didu terkait dugaan framing ini.
Sumber: FusilatNews