PERISTIWA POLITIK

Pria Tak Dikenal Teriak 'Sertifikatnya Jangan Dibatalkan' di Samping Kuping Menteri ATR Nusron Wahid

DEMOCRAZY.ID
Januari 25, 2025
0 Komentar
Beranda
PERISTIWA
POLITIK
Pria Tak Dikenal Teriak 'Sertifikatnya Jangan Dibatalkan' di Samping Kuping Menteri ATR Nusron Wahid



DEMOCRAZY.ID - Seorang pria yang tidak diketahui identitasnya berteriak kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, yang saat itu sedang berkunjung ke Desa Kohod, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Jumat (24/1/2025).


Pria itu meminta agar tidak membatalkan sertifikat hak guna bangunan (HGB) dan sertifikat hak milik (SHM) yang diduga berada di Desa Kohod, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang.


Insiden tersebut terjadi setelah Nusron menyelesaikan sesi tanya jawab di Masjid Abdul Mu'in, Pakuhaji, pada Jumat, 24 Januari 2025.


Dalam acara tersebut, Nusron yang mengenakan pakaian koko berwarna putih, celana, dan peci hitam, menjawab pertanyaan dari awak media mengenai pencabutan 50 sertifikat HGB dan HM.


Di tengah sesi tanya jawab, seorang pria berpenampilan kasual dengan celana jeans, jaket hitam, dan topi, tiba-tiba memohon kepada Nusron agar sertifikatnya tidak dibatalkan.


"Mohon jangan dibatalin pak," ujarnya sambil mencium dan menyalimi tangan Nusron.


Mendapati tindakan tersebut, Nusron tampak bingung. Namun, ia tidak menggubris permohonan itu dan segera meninggalkan masjid menuju kendaraannya.


Setelah itu, Nusron bersama tim pengawalannya meninggalkan lokasi.


Namun, saat dihampiri, pria yang diduga berteriak kepada Nusron itu tidak mengakui permintaannya.


Ia justru menghindar dengan menyalakan sepeda motornya, Honda PCX berwarna hitam, dan pergi dari masjid sambil menggerutu.


"Mana? Saya tidak ngomong batalin," kata pria tersebut dengan nada suara rendah.


Kades Kohod Dikawal Ketat "Paspamdes" Saat Ditanya soal Sertifikat Pagar Laut Tangerang



Kepala Desa Kohod, Kabupaten Tangerang, Asrin mendapat pengawalan ketat dari sejumlah orang usai sempat berdebat dengan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR/BPN) Nusron Wahid yang mengunjungi wilayah itu, Jumat (24/1/2025).


Pengataman di Lokasi, mulanya Asrin menolak ditanyai awak media yang mencoba mengkonfirmasi soal sertifikat pagar Laut di Tangerang.


Momen itu terjadi usai Asrin mendampingi Nusron menggelar sesi wawancara dengan awak media yang hadir di lokasi. 


Begitu Nusron selesai memberi pernyataan, awak media langsung mencoba mencegat Asrin untuk dimintai konfirmasi soal sertifikat pagar laut itu. 


Namun, Asrin yang mengenakan batik berwarna ungu dengan kopiah berwarna hitam langsung berbalik badan. Sembari mengangkat tangannya ke udara, Asrin menolak untuk diwawancarai.


"Mau sholat Jumat nih, nanti ketinggalan, sudah-sudah...," ujar Asrin sambil menunjuk ke arlojinya.


Usai memberi pernyataan singkat, Asrin langsung dirangkul oleh dua pria yang mengenakan kemeja dan topi putih serta seorang pria lagi yang menggunakan kemeja dengan lengan yang digulung berwarna biru gelap untuk meninggalkan lokasi. 


Keduanya langsung menyelinap ke dalam rombongan Nusron yang terlebih dahulu meninggalkan lokasi.


Tak patah arang, awak media mencoba mengejar Arsin hingga ke area parkir. Namun, di lokasi itu langsung diadang oleh lima pria yang diduga pengawal pribadi Asrin.


Seperti layaknya "Paspamres" yang mengawal pejabat tinggi negara, sejumlah pria itu melarang para awak media mendekat dan mewawancarai sang kepala desa.


Setelah berhasil menghindar dari kejaran wartawan, Asrin langsung naik ke sepeda motor yang dikendarai pria berbaju dan bertopi hitam.


Sementara lima orang yang sempat mengadang para awak media berjalan kaki mengikuti motor yang ditumpangi Asrin dari belakang. Para pria itu terlihat ada yang memakai topi, jaket dan celana jeans.


Mereka membentuk barikade agar perjalanan sang kades tidak terganggu oleh para wartawan yang mengejarnya.


Kejadian serupa juga terjadi usai shalat Jumat di Masjid Abdul Mu'in, Pakuhaji.


Sejumlah awak media yang menunggu Arsin selesai shalat kembali tidak mendapatkan kesempatan wawancara. Arsin menghindar dan meninggalkan lokasi tanpa memberikan keterangan apapun.


Sumber: Kompas

Penulis blog