CATATAN POLITIK

'Pecah Kongsi Aguan dan Jokowi?'

Media Democrazy
Januari 30, 2025
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Pecah Kongsi Aguan dan Jokowi?'


'Pecah Kongsi Aguan dan Jokowi?'


Oleh: M. Isa Ansori

Kolumnis dan Akademisi


Kemesraan antara Sugianto Kusuma alias Aguan dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampaknya mulai berakhir. 


Hubungan yang sebelumnya erat, di mana Aguan kerap mendapat keistimewaan dalam berbagai proyek strategis nasional (PSN), kini mulai retak. 


Sejumlah peristiwa belakangan ini menunjukkan bahwa Jokowi dan Aguan sudah tidak lagi sejalan.


Aguan “Membuka Kedok” Jokowi di IKN


Wawancara Aguan dengan Tempo menjadi titik awal keretakan ini. Dalam wawancara itu, Aguan dengan gamblang menyatakan bahwa proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) tidak menarik bagi investor. 


Ucapannya ini seakan membuka rahasia yang selama ini berusaha ditutupi Jokowi: bahwa IKN bukanlah magnet investasi seperti yang diklaim pemerintah.


Namun, untuk menjaga wajah Jokowi di mata publik dan dunia internasional, Aguan tetap menanamkan investasi sebesar Rp20 triliun di IKN. 


Sebagai kompensasi, PIK 2 (Pantai Indah Kapuk 2) miliknya ditetapkan sebagai PSN, memberikan jaminan regulasi dan kelonggaran investasi. 


Ini menunjukkan bahwa ada negosiasi besar di balik layar: Aguan menyelamatkan citra Jokowi, sementara Jokowi memastikan bisnis properti Aguan tetap aman.


Jokowi Merasa Dihina, Aguan Ditinggalkan


Pengakuan Aguan yang secara tidak langsung menyiratkan bahwa Jokowi “dibantu” dalam menarik investasi ke IKN tampaknya membuat Jokowi berang. 


Terbiasa dengan citra tanpa cela, Jokowi mungkin merasa harga dirinya tercoreng. 


Sebagai tanda perpisahan, Jokowi kemudian mengumpulkan para oligarki besar yang dikenal sebagai ” 9 naga,” tetapi Aguan tidak ada dalam foto yang dipamerkan ke publik. Ini adalah pesan politik yang jelas: Aguan sudah bukan bagian dari lingkaran dalam Jokowi.


PIK 2 dan Konflik Pagar Laut


Setelah hubungan Jokowi dan Aguan memburuk, berbagai masalah di PIK 2 mulai bermunculan ke permukaan. 


Salah satu yang paling kontroversial adalah soal reklamasi liar dan pemagaran laut di sekitar PIK 2 yang diindikasikan sebagai cara mengapling laut dan mengklaimnya sebagai bagian dari properti.


Sebelumnya, proyek ini seolah-olah mendapat restu dari pihak berwenang, tetapi setelah hubungan Aguan dan Jokowi retak, pemerintah tiba-tiba mengambil sikap keras. 


Presiden secara tegas meminta agar pagar laut tersebut segera dirobohkan, sebuah langkah yang seolah memberi sinyal bahwa Aguan sedang dikorbankan.


Mencari Kambing Hitam


Dalam politik, ketika sebuah rezim mulai kewalahan, strategi klasik yang digunakan adalah mencari kambing hitam. 


Kasus pagar laut ini kemudian menyeret beberapa nama yang tampaknya harus menjadi tumbal, yakni Lurah Kohod, pejabat Kantor Pertanahan (Kakantah) Kabupaten, dan tentu saja Aguan sendiri.


Padahal, jika ditelusuri lebih jauh, sangat kecil kemungkinan Aguan berani melakukan reklamasi dan pemagaran laut tanpa adanya dukungan dari orang-orang kuat di pemerintahan. 


Begitu pula dengan pejabat lokal seperti Lurah dan Kakantah—mereka bukanlah aktor utama, melainkan hanya pelaksana kebijakan dari “atas.”


Keanehan semakin terlihat ketika Kementerian ATR/BPN mengaku tidak tahu-menahu soal pengaplingan laut ini, padahal kegiatan tersebut diduga sudah dimulai sejak 2014. 


Apakah mungkin sebuah proyek sebesar ini berjalan tanpa restu dari orang-orang yang berkuasa pada masa itu?


Siapa Dalang Sesungguhnya?


Jika kita merangkai puzzle peristiwa ini, terlihat jelas ada upaya untuk mengorbankan Aguan dan beberapa pejabat lokal demi menyelamatkan pihak-pihak yang lebih kuat. 


Jokowi yang selama ini dikenal sebagai pemain politik yang licin tampaknya sedang mencoba melepaskan diri dari keterlibatan dalam proyek yang mulai berbau skandal ini.


Aguan kini terjepit: di satu sisi, ia sudah menggelontorkan dana besar untuk menyelamatkan muka Jokowi di IKN, tetapi di sisi lain, ia kini dijadikan sasaran dalam kontroversi reklamasi PIK 2. 


Apakah ini hanya kebetulan? Atau justru ini adalah bagian dari strategi Jokowi untuk menjauhkan diri dari oligarki yang mulai dianggap beban?


Kesimpulan ada di tangan pembaca. Yang jelas, pecah kongsi antara Aguan dan Jokowi ini menunjukkan bahwa dalam dunia oligarki, loyalitas hanya bertahan selama ada keuntungan bersama. 


Begitu salah satu pihak merasa terancam, yang lain akan dengan cepat menjadi korban.


Babak saling memakan akan semakin telanjang kita saksikan, akankah ada kaitannya dengan dokumen yang dibawah Hasto dan disimpan di Rusia oleh Conny dan akankah Aguan akan diam? 


Itulah yang dalam bahasa Conny kepada iriana jangan tenang dulu, akan ada babak lanjutan. Kita tunggu! ***

Penulis blog