CATATAN POLITIK

'Ketika Jokowi Masih Merasa Dirinya Presiden'

Democrazy Media
Januari 28, 2025
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Ketika Jokowi Masih Merasa Dirinya Presiden'


'Ketika Jokowi Masih Merasa Dirinya Presiden'


Oleh: Karyudi Sutajah Putra

Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)


Cara paling mudah mengenali karakter seseorang adalah dengan mengajaknya bercanda. 


Dalam bercanda itulah kejujuran seseorang akan muncul secara spontan.


Demikianlah.


Joko Widodo pun mungkin sedang bercanda ketika dari diri Presiden ke-7 RI itu muncul karakter yang sesungguhnya bahwa dia masih merasa menjadi seorang Presiden RI.


Diberitakan, Jokowi memasang gabungan huruf dan angka RI 1 pada motor gedenya, Kawasaki Chopper warna hijau silver, disertai emblem Jokowi, dengan plat nomor B 3450 INA, saat bersama komunitas moge Legend Riders menggelar touring di Kota Surakarta, Minggu (26/1/2025).


Itulah karakter sesungguhnya Jokowi. Ia masih menganggap dirinya sebagai RI 1 alias Presiden RI. 


Sebab itu masuk akal bila kemudian Jokowi masih suka cawe-cawe dalam urusan negara dan pemerintahan meskipun sudah lengser sejak 20 Oktober 2024.


Ia, misalnya, suka saling berkunjung dengan Presiden Prabowo Subianto. Jokowi juga menerima kunjungan pengusaha Mochtar Riady dan keluarganya.


Lalu, menerima kunjungan Menteri Koordinator Pangan Zulkifli Hasan, dan Ketua MPR RI Ahmad Muzani. Dan lain-lain.


Jokowi juga masih suka melakukan kunjungan ke daerah-daerah.


Dus, Jokowi adalah mantan Presiden rasa Presiden. Bahkan separuh dari menteri Prabowo di Kabinet Merah Putih adalah orang-orangnya Jokowi. 


Sebut saja Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang sempat berkeberatan ketika pagar bambu ilegal di pesisir Kabupaten Tangerang, Banten, dibongkar TNI Angkatan Laut. 


Bahkan Prabowo pernah menyebut Sakti Wahyu Trenggono sebagai “bendahara”-nya Jokowi.


Langkah Jokowi memasang RI 1 pada mogenya korelatif dengan upayanya untuk memperpanjang masa jabatannya melalui amandemen Pasal 7 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 agar Presiden RI bisa menjabat hingga tiga periode, namun langkah ini gagal karena dibendung Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.


Gagal mengamandemen konstitusi, Jokowi kemudian mengintervensi Mahkamah Konstitusi (MK) sehingga terbitlah Putusan MK No 90 Tahun 2023 yang memberikan jalan bagi Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi yang baru berusia 36 tahun, dari seharusnya minimal 40 tahun, bisa maju sebagai calon wakil presiden di Pemilihan Presiden 2024 dan terpilih.


Jokowi juga membangun dinasti politik dengan mengajukan menantunya, Bobby Nasution sebagai calon walikota Medan, Sumatera Utara, pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 dan terpilih, dan Bobby pun berlanjut maju sebagai calon gubernur Sumut pada Pilkada 2024 dan lagi-lagi terpilih.


Ketakutan


Sederet langkah Jokowi berupaya melanggengkan kekuasaannya tersebut mencerminkan bahwa wong Solo itu dilanda ketakutan, sehingga watak atau karakternya rusak.


“Bukan kekuasaan yang merusak watak, melainkan ketakutan. Takut kehilangan kekuasaan merusak mereka yang berkuasa, takut dilanda kekuasaan merusak mereka yang dikuasai,” kata Aung San Suu Kyi dalam pidatonya saat menerima hadiah Nobel Perdamaian tahun 1991.


Dus, watak atau karakter Jokowi yang rusak ternyata tidak disebabkan oleh kekuasaan yang digenggamnya selama 10 tahun menjabat Presiden RI, tetapi karena ketakutannya. Takut kehilangan kekuasaan.


Rusaknya watak Jokowi antara lain tercermin dari pengkhianatannya terhadap PDIP dan Megawati Soekarnoputri.


Pada Pilkada Solo 2005 dan 2010 Jokowi diusung PDIP sebagai calon wakikota dan terpilih. 


Pada Pilkada DKI Jakarta 2012 Jokowi diusung PDIP dan terpilih. Pada Pilpres 2014 dan 2019 Jokowi kembali diusung PDIP dan lagi-lagi terpilih.


Begitu pun pada Pilkada 2020, yang mengusung Gibran sebagai calon walikota Solo, dan Bobby sebagai calon walikota Medan adalah PDIP. 


Namun, begitu mudahnya Jokowi mengkhianati PDIP dan Megawati pada Pilpres 2024 dengan tidak mendukung Ganjar Pranowo-Mahfud Md, capres-cawapres yang diusung PDIP. Jokowi justru mendukung Prabowo yang berpasangan dengan putra sulungnya, Gibran.


Upaya Jokowi memperpanjang masa jabatannya dan mengintervensi MK juga menunjukkan kerusakan karakternya. Musababnya: Jokowi takut kehilangan kekuasaan! ***

Penulis blog