DAERAH KRIMINAL PERISTIWA POLITIK

KACAU! Jika Lantang Bersuara Soal Pagar Laut, Warga Desa Kohod Ngaku Sering Diintimidasi: Aparat Desa Terlibat?

DEMOCRAZY.ID
Januari 28, 2025
0 Komentar
Beranda
DAERAH
KRIMINAL
PERISTIWA
POLITIK
KACAU! Jika Lantang Bersuara Soal Pagar Laut, Warga Desa Kohod Ngaku Sering Diintimidasi: Aparat Desa Terlibat?



DEMOCRAZY.ID - Warga Desa Kohod, Kabupaten Tangerang, Banten kerap diteror dan diintimadasi jika terlalu lantang berbicara soal pagar laut.


Pasalnya, mereka sering mendapat intimidasi dari oknum aparat desa.


Hal tersebut diungkapkan oleh warga asli Desa Kohod, berinsial E, yang ditemui awak media usai Menteri Agararia dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) meninjau lahan Sertifikat Hak Milik Guna Bangunan (SGHB) di area pagar laut Alar Jiban, Kohod.


Mulanya E mengatakan, sangat setuju jika pagar laut yang mengganggu aktivitas nelayan itu dibongkar. Terlebih ketika Sertifikat Hak Guna Bangunan (SGHB) dibatalkan oleh Menteri ATR-BPN.


"Senang, senang sekali. Saya terima kasih ke Bapak Menteri (ATR-BPN, Nusron Wahid). Terima kasih ke Bapak Prabowo. Terima kasih. Saya mendukung sekali Pager Laut dicabut," ujarnya kepada awak media, dikutip Sabtu, 25 Januari 2025.


Wanita yang mengenakan kerudung cokelat itu menegaskan, dirinya ingin membantu pihak terkait untuk menuntaskan polemik pagar laut.


Jika pelaku tertangkap, kata E, pemerintah harus bijak memberikan sanksi sesuai prosedur. Apalagi saat ini mafia tanah memang menjadi suatu permasalahan di Desa Kohod.


"Saya ingin tuntaskan pagar laut. Penjarakan yang terkait. Ya, usut mafia tanah. Karena saya warga sini. Asli warga sini. Tumpah darah saya di sini!" teriaknya.


Saat ditanya alasan mengapa dirinya menentang persoalan pagar laut, E mengungkapkan nasib para nelayan di daerah setempat dan memperjuangkan mata pencahariannya.


"Habis nelayan susah, ribet nyari nafkah. Biasa dapat puluhan ribu, ratusan ribu, sekarang dapatnya kecil. Sedangkan apa-apa mahal bu, dapat uang Rp50.000 nggak mencukupi biaya anak sekolah. Kebutuhan sekarang mahal," ungkapnya.


Meski begitu, dirinya membantah perkataan Kepala Desa Kohod, Tarsin yang mengatakan sebelum adanya pagar laut, dahulunya area tersebut adalah empang dan tambak.


"Enggak. Emang laut, emang laut. Emang laut dipager. Tadinya emang gak ada (empang atau tambak)," jelasnya.


Selepas menjawab semua pertanyaan awak media, wanita tersebut terlihat khawatir. Ia takut jika dirinya terlalu vocal malah menjadi bomerang dan mendapatkan intimidasi dari aparat desa.


"Tapi ini nanti masuk (media) ada intimidasi nggak sama warga?" ucapnya dengan cemas.


Sumber: Disway

Penulis blog