DEMOCRAZY.ID - Mantan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, mengunjungi Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (18/1/2025).
Dalam kunjungannya, Jokowi menyapa ratusan warga dan menyatakan rasa rindunya kepada mereka.
"Saya hanya kangen saja bertemu dengan bapak ibu sekalian. Tak ada agenda lain," ujar Jokowi di hadapan warga yang antusias menyambut kedatangannya.
Pernyataan tersebut disambut dengan senyum hangat dan tepuk tangan dari masyarakat yang hadir.
Jokowi menegaskan, tujuan kunjungannya bukan untuk membahas isu besar, melainkan untuk melihat langsung kegiatan kelompok tani setempat.
"Saya tak ingin berpanjang lebar. Saya ke sini karena ingin bertemu dan melihat langsung apa yang sedang dilakukan kelompok tani," kata dia.
Dia juga menekankan, meskipun sudah tidak menjabat, ia tetap ingin menjadi bagian dari masyarakat.
"Saya terima kasih bisa kembali ke sini. Kalau ada yang saya bisa bantu, insyaallah akan saya bantu," tambah dia.
👇👇
Salah seorang warga, Sunarto, mengungkapkan kegembiraannya bisa bertatap muka langsung dengan Jokowi.
"Senang, biasanya lihat di Televisi," ungkap dia.
Hal serupa juga disampaikan oleh Darti, warga Mangunharjo lainnya.
Meskipun senang dengan kehadiran Jokowi, dia merasa kecewa karena tidak mendapatkan kaus yang dibagikan.
"Saya sudah di samping jalan sini sama anak saya. Tapi tetap tak dapat (kaus)," keluh dia.
Tolak Game Over
Pengamat Politik dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Wahid Abdulrahman menilai, kunjungan Jokowi ke Kota Semarang dan beberapa daerah lainnya di Jawa Tengah paska lengsernya dari kursi presiden adalah untuk menjaga karisma kerakyatan yang selama ini dicitrakan.
Modal besar itu menjadi sumber politik bagi Jokowi yang akan terus dijaga sampai gelaran Pemilihan Presiden (Pilpres) 2029 mendatang.
Dalam rangka menjaga hal itu, Jokowi butuh intensitas kegiatan dan forum reguler untuk menjaga kedekatan dengan "wong cilik".
Jokowi tentunya akan lebih memilih Jawa Tengah dibandingkan provinsi lainnya lantaran Jateng sebagai salah satu lumbung basis elektoral Jokowi dan tercatat sebagai lumbung suara tiga besar nasional.
"Intinya Jokowi belum game over," ungkap Wahid.
Wahid tak sepakat kunjungan Jokowi ke daerah bagian dari susah move-on dari jabatannya sebagai Presiden.
Menurutnya, dalam konteks psikologi politik memang ada post power syndrome tetapi dalam kasus Jokowi lebih melihatnya dari sudut timing politik.
Hal itu disebabkan kekuatan Jokowi dengan presiden sebelumnya berbeda.
Jokowi sampai sekarang tidak berpartai selepas dipecat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sedangkan para presiden sebelumnya seperti Susilo Bambang Yudhoyono presiden ke-6 adalah pimpinan Partai Demokrat.
Adapun presiden ke-5 Megawati Soekarno Putri adalah ketua partai yang memecat Jokowi.
Para mantan presiden tersebut tidak perlu terjun ke lapangan paska lengser dari kursinya karena telah memiliki kekuatan kepartaian.
"Karena tidak punya partai maka Jokowi melakukannya dengan kunjungan-.kunjungan tersebut," tandasnya.
Sumber: Kompas