CATATAN POLITIK

Dibalik Stigma Ada Dua Presiden: 'Apa Sesungguhnya Yang Sedang Dilakukan Jokowi?'

DEMOCRAZY.ID
Januari 15, 2025
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
Dibalik Stigma Ada Dua Presiden: 'Apa Sesungguhnya Yang Sedang Dilakukan Jokowi?'


Dibalik Stigma Ada Dua Presiden: 'Apa Sesungguhnya Yang Sedang Dilakukan Jokowi?'


Oleh: Ali Syarief

Akademisi


Isu mengenai adanya dua presiden di Indonesia bukan lagi sekadar wacana yang berhembus. 


Opini publik semakin kuat ketika Presiden Prabowo Subianto dan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat saling berkunjung ke kediaman masing-masing. 


Peristiwa ini memicu spekulasi tentang apa sebenarnya yang sedang dirancang oleh Jokowi di balik layar. 


Apakah benar, seperti yang diduga banyak pihak, bahwa Jokowi masih memegang kendali politik meski tidak lagi menjabat secara resmi?


Langkah-langkah yang Tidak Biasa

Pertemuan antara Prabowo dan Jokowi bukanlah sesuatu yang dapat dianggap sepele. 


Dalam sistem politik Indonesia, kunjungan seorang presiden ke rumah mantan presiden, atau sebaliknya, biasanya hanya terjadi dalam konteks seremonial. 


Namun, kunjungan-kunjungan ini terjadi dalam suasana yang jauh dari formalitas. Momen-momen tersebut memberi kesan bahwa ada agenda besar yang sedang dirancang bersama.


Kunjungan Jokowi ke rumah Prabowo di Hambalang baru-baru ini, yang terjadi hanya beberapa bulan setelah Prabowo melakukan hal serupa di Solo, menciptakan kesan bahwa komunikasi antara keduanya bukan sekadar pertemanan biasa. 


Jika melihat dari sudut pandang teori politik, seperti teori patronase dan pengaruh, hubungan ini dapat dimaknai sebagai langkah strategis untuk menjaga kekuasaan dan pengaruh.


Menguatkan Dinasti Politik

Sinyal bahwa Jokowi masih aktif berpolitik semakin nyata jika kita menghubungkannya dengan langkah-langkah Jokowi dalam mempersiapkan anaknya, Gibran Rakabuming Raka, untuk masuk dalam bursa Pilpres 2029. Dalam politik, dinasti keluarga bukanlah fenomena baru. 


Teori dinasti politik menegaskan bahwa figur yang telah memegang kekuasaan cenderung membangun jejaring untuk memastikan keberlanjutan pengaruh melalui keturunannya.


Langkah ini terlihat jelas dari upaya Jokowi mendorong Gibran untuk menjabat sebagai Wali Kota Solo, lalu merangkap sebagai Wakil Presiden mendampingi Prabowo. 


Jokowi tampaknya memahami betul bahwa untuk membangun pondasi politik yang kuat bagi Gibran, ia harus menjaga relasi erat dengan Prabowo sebagai pemegang jabatan tertinggi saat ini. 


Kombinasi kekuatan Prabowo dan dukungan Jokowi dapat menciptakan jaringan yang sulit ditembus oleh lawan politik.


Analisis Teori Politik Relevan

Dari sudut pandang teori elitisme politik, tindakan Jokowi menunjukkan bagaimana kekuasaan berusaha dipertahankan oleh segelintir elit yang mengendalikan berbagai institusi strategis.


Dalam teori ini, keputusan penting jarang dibuat secara demokratis, melainkan ditentukan oleh kepentingan segelintir orang di lingkaran kekuasaan. 


Interaksi intensif antara Jokowi dan Prabowo dapat dilihat sebagai upaya membentuk konsensus elit untuk mengatur arah politik negara.


Teori “pendulum politik” juga relevan untuk menjelaskan fenomena ini. Pendulum politik mencerminkan bagaimana kekuasaan cenderung berayun dari satu kelompok ke kelompok lainnya secara terorganisir. 


Dalam konteks ini, Jokowi mungkin berusaha memastikan bahwa ayunan pendulum politik tetap berada dalam kendali kelompoknya, meskipun secara formal ia tidak lagi menjadi presiden.


Kesimpulan


Kunjungan antara Jokowi dan Prabowo yang terjadi secara beruntun memberikan sinyal kuat bahwa ada agenda strategis yang sedang dirancang. 


Meskipun tidak ada pernyataan resmi, langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Jokowi tetap memiliki pengaruh besar dalam lanskap politik nasional.


Persiapan Gibran sebagai calon presiden pada Pilpres 2029 memperkuat asumsi bahwa Jokowi berupaya membangun dinasti politik. 


Dengan memahami teori politik yang relevan, publik dapat melihat bahwa tindakan ini bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari strategi yang terencana. 


Fenomena ini menjadi pengingat bahwa politik seringkali tidak sesederhana yang terlihat, dan kekuasaan memiliki cara unik untuk tetap bertahan di tangan segelintir pihak.


Sumber: FusilatNews

Penulis blog