DEMOCRAZY.ID - Nama Presiden RI Prabowo Subianto baru-baru ini muncul dalam sebuah artikel yang terbit di media asing The Economist pada Kamis (28/11/2024).
Hal ini menarik perhatian warganet di media sosial karena artikel tersebut memiliki judul yang bersifat provokatif.
Warganet menilai jika The Economist menghina Prabowo Subianto dalam artikel berjudul "Indonesia’s Prabowo is desperate to impress Trump and Xi" di mana dalam pemberitaan tersebut menyebutkan bahwa Prabowo Subianto sangat ingin membuat Donald Trump dan Xi Jinping terkesan.
Hal ini menyoroti video yang diunggah oleh akun X resmi Prabowo Subianto ketika dirinya terekam tengah berbincang dengan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (11/11/2024).
Dalam percakapan tersebut, Prabowo Subianto mengucapkan selamat atas terpilihnya Trump sebagai Presiden AS.
Tak hanya itu, dalam video tersebut pun terdengar bahwa Prabowo Subianto mengutarakan keinginannya untuk bertemu dengan Trump secara langsung. Dalam rekaman selanjutnya, Trump juga terdengar memuji bahasa Inggris Prabowo Subianto.
Sebagaimana yang diketahui, Prabowo Subianto sempat melakukan perjalanan ke luar negeri setelah pelantikannya. Namun rupanya, hal ini menjadi perhatian The Economist.
"Kurang dari tiga minggu setelah menjabat, Prabowo berangkat untuk melakukan lawatan keliling dunia ke enam negara. Kunjungan tersebut menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang sangat ingin mendapatkan pengakuan dari rekan-rekannya, terlalu percaya diri dengan kemampuannya sendiri.
Perjalanan itu direncanakan dengan tergesa-gesa dan rencana perjalanan masih belum pasti hingga akhir tur, Prabowo berharap untuk mampir ke Mar-a-Lago untuk menemui Donald Trump beberapa hari setelah kemenangannya dalam Pemilu.
Dalam sebuah panggilan ucapan selamat yang menjilat, yang rekamannya dipublikasikan di saluran media sosialnya, Prabowo yang tampak gugup menawarkan untuk terbang 'ke mana pun Anda berada' untuk bertemu dengan presiden terpilih (Trump).Trump mengabaikan hal ini dan malah memuji bahasa Inggris Prabowo," tulis artikel tersebut.
"Prabowo, yang merupakan lulusan sekolah internasional dan berbicara dalam empat bahasa, dengan bangga menjawab 'Semua pelatihan saya menggunakan bahasa Amerika, Pak!' mengacu pada kursus yang ia selesaikan di pangkalan militer Amerika pada tahun 1980-an.
Pada akhirnya, ia harus puas dengan pertemuan di Washington dengan Presiden Joe Biden dan pejabat pemerintahan yang akan lengser," tambahnya.
Pemberitaan ini menjadi topik hangat perbincangan di kalangan warganet, salah satunya dibagikan oleh akun X @goraici.
"Prabowo dihina-hina The Economist. Kayak anak kecil minta-minta ketemu Trump tapi dicuekin. A man 'desperate for approval' nggak sesuai janji kampanye yang katanya akan berani dan tegas terhadap kekuatan asing, dll," cuit pemilik akun tersebut.
[DOC]
Prabowo dihina-hina The Economist
— ngabdul (@goraici) November 29, 2024
- kaya anak kecil minta2 ketemu Trump tapi dicuekin
- a man "desperate for approval" ga sesuai janji kampanye yg katanya akan berani dan tegas thd kekuatan asing
- dllhttps://t.co/FGtukNWgMB
Unggahan yang kini disukai sebanyak lebih dari 27.000 kali oleh sesama pengguna X itu pun menuai beragam komentar.
"Poinnya ada di kalimat akhir. Prabowo terkadang nggak paham dengan apa yang dia ucapkan. Dia ngomong hanya untuk nyenengin orang aja, nggak bener-bener memahami dan mengimplementasikan apa yang dibicarakan. Contohnya, bilang mau perangi korupsi, tapi lingkarannya orang-orang bermasalah," komentar @_sun*********
"Keinget dia ngomong sir sir sir mulu. Kebiasaan budaya hierarkis di militer jadinya begitu. Ketemu Raja Charles masih masuk akal. Kalau dipakai di Amerika yang egaliter jelas jadi olok-olokan. Tapi poin terakhir emang bener. Prabowo seringnya cuma omong-omong. Ngomong A kelakuan B, besoknya ngomong C," tambah @alg********
"Wkwkwk finally, The Economist said it. Di sini dipuja puji 'wah berwibawa banget', 'bahasa Inggrisnya bagus', 'akhirnya punya pemimpin yang dihargai sama orang luar'. Tiap baca komentar di IG atau YouTube sampai merinding saking gelinya," sahut @yov*****
"Ungkapan Sir di Indonesia memang maksudnya sopan dan tata krama, tapi menurut orang luar tidak seharusnya dipakai (berulang-ulang) oleh lawan bicara yang posisinya 'setara'," cuit @fpl_*********
Sumber: Suara