DEMOCRAZY.ID - Presiden Joko Widodo alias Jokowi menghadiri Sidang Paripurna Pengucapan Sumpah Anggota DPR/DPD/MPR RI di Gedung Parlemen, Senayan pada Selasa (1/10/2024).
Ada satu momen yang begitu disorot di acara ini, yaitu saat para hadirin tidak bertepuk tangan ketika nama Jokowi disebut oleh pimpinan sementara DPR RI.
Para hadirin seketika hening saat nama Jokowi disebut. Beda ketika nama para wakil presiden hingga Prabowo Subianto disebut, para hadirin bertepuk tangan.
Bukan hanya oleh netizen di berbagai platform media sosial, pengamat politik sekaligus akademisi Rocky Gerung juga menyoroti kejadian ini.
Rocky Gerung menyebut insiden ketika Jokowi tak mendapatkan tepuk tangan yang gemuruh dari para hadirin Sidang Paripurna DPR RI itu tragis.
"Ya hanya satu kata, tragis," ujar Rocky dikutip dari kanal YouTube-nya Rocky Gerung Official pada Rabu (2/10/2024).
Peristiwa ini disebut telah mewakili kondisi psikologis dari politik yang terjadi di Tanah Air belakangan ini, di mana Jokowi sudah tak ditinggalkan oleh masyarakat.
"Itu yang mewakili kondisi psikologis dari politik hari ini. Bahwa seseorang yang 10 tahun dielu-elukan, dipompa elektablitasnya," ujar Rocky.
"Dimanipulasi dukungan publiknya, dipuja oleh lembaga survei, diajukan sebagai tokoh yang berpihak pada rakyat. Akhirnya rakyat meninggalkannya," sambungnya.
Lebih lanjut, pengamat politik ini pun menyebut bila kini Jokowi sedang mengalami tragedi dari kekuasaan atau bahkan komedi dari kekuasaan.
"Mungkin itu yang kita sebut dari tragedi dari kekuasaan atau bahkan komedi dari kekuasaan," kata Rocky.
"Kita hanya ingin mengatakan bahwa kekuasaan itu ada batasnya dan batas dari kemunafikan adalah ketidakmampuan untuk memulihkan dirinya sendiri," sambungnya.
Tak tanggung-tanggung, Rocky Gerung menilai Presiden ke-7 RI itu sedang mengalami paradoks dari kekuasaan. Jokowi pun mulai ditinggalkan oleh kawan politiknya.
"Pak Jokowi akhirnya mengalami sendiri sesuatu yang kita sebut paradoks dari kekuasaan," jelas Rocky.
"Terlalu tinggi melambung dan terlalu puja-puji itu berlebihan. Lalu dia akhirnya tiba pada kesepian, bukan kesepian metafisik tapi kesepian politik," imbuhnya.
[VIDEO]
Sumber: Suara