Di Ujung Pergantian Pemerintahan, Jokowi-Prabowo Saling Memuji: Ketulusan atau Sekadar Lip Service?
Di tengah transisi menuju pemerintahan baru, hubungan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan calon presiden penggantinya, Prabowo Subianto, semakin disorot publik.
Keduanya terlihat saling memberikan pujian di berbagai kesempatan, memunculkan pertanyaan: apakah ini sebuah ketulusan atau hanya sekadar lip service?
Saling sanjung antara Jokowi dan Prabowo bisa dilihat dari dua perspektif yang berbeda — kepentingan pribadi dan tantangan pemerintahan ke depan.
Kepentingan Jokowi: Melindungi Diri dari Masalah
Di ujung masa jabatannya, Jokowi mungkin memiliki alasan untuk meneguhkan hubungan baik dengan Prabowo.
Jokowi menghadapi sejumlah masalah besar yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahannya.
Mulai dari kasus-kasus korupsi yang belum tuntas, kontroversi kebijakan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), hingga isu HAM yang masih dipertanyakan.
Pujian yang diberikan kepada Prabowo bisa jadi merupakan upaya untuk ‘menitipkan diri’ agar ia dan para pendukungnya mendapatkan perlindungan dari berbagai masalah yang mungkin muncul setelah ia lengser.
Jokowi kemungkinan memahami bahwa ia tidak bisa mengabaikan tuntutan rakyat yang ingin melihat penyelesaian berbagai masalah di masa pemerintahannya.
Kebutuhan untuk menciptakan jembatan politik dengan Prabowo dapat menjadi strategi Jokowi untuk memastikan bahwa dirinya, serta para loyalisnya, mendapatkan perlindungan atau setidaknya posisi aman dalam menghadapi berbagai ancaman hukum atau politik pasca kepemimpinannya.
Tantangan Prabowo: Masalah Baru di Tengah Krisis Lama
Dari sisi Prabowo, pujian terhadap Jokowi tampaknya lebih bernuansa pragmatis. Sebagai calon penerus, Prabowo dihadapkan pada berbagai persoalan kompleks yang akan ia warisi dari pemerintahan Jokowi.
Masalah-masalah tersebut bukan hanya soal ‘legacy’ atau warisan kebijakan Jokowi, melainkan tantangan nyata yang memerlukan solusi konkret.
Kondisi keuangan negara yang sangat kronis, utang negara yang menumpuk, dan banyaknya kebijakan pembangunan infrastruktur yang harus dilanjutkan atau diperbaiki menjadi beban yang tidak bisa dianggap enteng.
Prabowo harus mampu menghadapi situasi ini dengan bijak — antara melanjutkan kebijakan Jokowi dengan segala keterbatasan yang ada atau menciptakan terobosan baru yang lebih efektif.
Lebih dari itu, Prabowo akan menghadapi tekanan untuk tidak hanya membayar utang-utang lama, tetapi juga mungkin harus membuat utang baru untuk memastikan roda ekonomi tetap berputar.
Kebijakan-kebijakan ini tentu tidak akan populer di mata publik, terutama jika rakyat merasa bahwa pemerintahan sebelumnya telah membuat kesalahan yang berdampak pada situasi ekonomi saat ini.
Lip Service atau Ketulusan?
Lantas, apakah pujian yang dilontarkan antara Jokowi dan Prabowo ini murni ketulusan atau hanya lip service politik?
Pada satu sisi, ini bisa saja menjadi bagian dari dinamika politik yang lebih besar, di mana keduanya mencoba menciptakan citra positif menjelang perubahan kekuasaan.
Di sisi lain, ini juga bisa menjadi strategi untuk menjaga stabilitas politik dan ekonomi selama masa transisi.
Apapun alasannya, saling puji antara Jokowi dan Prabowo menghadirkan dua sisi mata uang yang berbeda.
Bagi Jokowi, pujian bisa menjadi upaya untuk melindungi diri dari ancaman pasca-pemerintahannya.
Sementara bagi Prabowo, pujian bisa saja menjadi cara untuk meredam kritik, mengamankan dukungan politik, atau bahkan mencari legitimasi publik untuk langkah-langkah berat yang mungkin harus diambil di masa depan.
Namun, yang jelas, rakyat tetap memiliki kepentingan untuk menuntut pertanggungjawaban Jokowi atas berbagai masalah yang belum tuntas selama ia menjabat.
Di sisi lain, rakyat juga menunggu langkah-langkah konkret dari Prabowo dalam menangani persoalan bangsa yang semakin kompleks.
Kesimpulan: Masa Depan di Tangan Prabowo
Di ujung pergantian pemerintahan ini, Prabowo dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa tantangan yang menantinya jauh lebih besar dari sekadar menjaga atau mengkritik ‘legacy’ Jokowi.
Ia harus menyiapkan diri untuk menghadapi krisis keuangan negara, utang yang menggunung, dan masalah-masalah krusial lainnya yang membutuhkan keberanian dan kebijakan yang tidak populer.
Apakah pujian Jokowi-Prabowo ini akan membawa hasil positif atau sekadar menjadi bagian dari permainan politik, hanya waktu yang akan menjawab.
Yang pasti, masa depan negara kini ada di tangan pemimpin baru yang diharapkan mampu membawa perubahan signifikan bagi kesejahteraan rakyat. ***
[LENGKAP] Saling Puji Prabowo dan Jokowi di Malam Penutupan Rapimnas Gerindra
Prabowo Belajar Politik ke Jokowi
Prabowo mengatakan urusan pertahanan bisa ditanyakan kepadanya. Namun, kata dia, soal politik, dia akan belajar kepada Jokowi.
"Makanya, kalau urusan tentara, pertahanan, tanya Prabowo. Urusan politik, aku datang ke orang Solo ini," kata Prabowo sambil menunjuk ke arah Jokowi yang duduk di kursi paling depan.
Lebih lanjut, Prabowo juga menyinggung soal orang pintar yang banyak bicara di podcast. Menurutnya, budaya Indonesia yang ingin pemimpinnya rukun harus diteruskan.
"Jadi tradisi harus dimulai, dan maaf para profesor, orang-orang pintar di mana-mana yang banyak bicara di podcast-podcast itu, saya sangat hormat sama Anda, Anda memang pintar, tapi tradisi kita harus berani kita pertahankan budaya bangsa Indonesia sendiri," sebut dia.
Prabowo juga mengatakan, bila Jokowi dicubit, yang merasakan sakitnya adalah seluruh kader Gerindra.
"Terima kasih pengabdian Bapak sekian tahun. Jangan ragu-ragu, Pak, kalau Pak Jokowi dicubit, yang rasakan seluruh Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)," kata Prabowo.
Jokowi Sebut Prabowo Sangat Spesial
Jokowi juga melontarkan pujian untuk Prabowo. Jokowi menyebut Prabowo sangat spesial.
"Buat saya, Prabowo Subianto itu sangat spesial. Saya sangat menghormati Pak Prabowo, sangat menghormati," ujar Jokowi.
Jokowi merasa cocok dengan Prabowo. Ia juga menyayangi Prabowo. Sebab, Jokowi mengaku mereka saling percaya.
"Di mana rasa kecocokan itu tumbuh, karena apa, karena saling rasa percaya, karena saling rasa percaya, saling menghormati, saling pengertian," kata Jokowi.
Jokowi mengamini kadang ada perbedaan antara Jokowi dan Prabowo. Namun rasa percaya dengan Prabowo tak akan pernah hilang.
"Saya merasa bisa saling percaya dengan Bapak Prabowo Subianto," imbuhnya.