HOT NEWS

3 Efek Boikot Kurma Israel di Indonesia

DEMOCRAZY.ID
Maret 01, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
3 Efek Boikot Kurma Israel di Indonesia

3 Efek Boikot Kurma Israel di Indonesia


DEMOCRAZY.ID - Kurma merupakan buah yang berasal dari pohon kurma, yang dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis.


Mengutip bateel.com, kata kurma berasal dari bahasa Yunani, daktylos yang berarti jari. Penamaan tersebut didasarkan bentuknya yang menyerupai ujung jari.


Kurma memiliki kandungan air yang rendah, namun memiliki kadar gula yang tinggi. Buah ini dapat disimpan selama berbulan-bulan, bahkan hingga satu tahun jika disimpan secara tepat.


Kandungan vitamin, serat, kalsium, dan mineral lainnya pada kurma menjadikan buah ini hidangan saat berbuka puasa. 


Hal inilah yang menjadikannya identik dengan hidangan berbuka puasa.


Namun sayangnya, Mahkamah Internasional (ICJ) menyatakan bahwa penanaman kurma dilakukan secara ilegal. 


Pernyataan tersebut didukung dengan bukti penanaman kurma yang dilakukan di tanah Palestina.


Diketahui Israel menjadi salah satu dari lima pengekspor kurma terbesar di dunia. 


Israel dapat mengekspor kurma hingga menyentuh angka USD181,2 juta atau setara dengan Rp2.8 triliun.


Melansir Palestine Campaign, seruan terhadap boikot kurma Israel digencarkan, terutama menjelang Ramadan. 


Boikot ini sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan dan kebebasan terhadap Palestina.


Harapannya dengan aksi boikot kurma Israel, dapat mendukung kebebasan Palestina terhadap Israel. 


Lantas, apa saja efek dari pemboikotan kurma Israel? Berikut 3 efek tersebut.


1. Tidak Menjual Kurma Israel di Toko-Toko


Berdasarkan Aljazeera, pada Ramadan 2012, American Muslim for Palestine (AMP) memimpin kampanye boikot pertama terhadap kurma yang berasal dari permukiman.


Diketahui mereka berkolaborasi dengan cabang-cabang mereka di New York, New Jersey, Detroit, Minnesota, Chicago, dan Sacramento, serta mitra di Washington, DC, dan Philadelphia.


AMP merespons seruan untuk boikot, divestasi, dan sanksi terhadap Israel yang dimulai pada tahun 2005 dengan meminta pemilik toko kelontong untuk tidak lagi menjual kurma Israel.


2. Sulitnya Penjualan Kurma di Eropa


Menjelang Ramadan, penjualan kurma Israel di pasar Eropa berlangsung sulit. Menurut Middle East Eye, hal ini disebabkan oleh Perang Israel yang berlangsung di Gaza.


Sekitar satu pertiga dari total ekspor kurma Israel diproduksi setiap tahun selama bulan Ramadan. 


Namun, kekhawatiran akan boikot telah menyebabkan usaha untuk mengurangi penekanan pada asal-usul kurma dari Israel.


Berdasarkan laporan Haaretz, kampanye iklan senilai $550.000 yang bertujuan untuk mempromosikan kurma Medjool Israel telah dihentikan sebagai respons terhadap ketakutan akan boikot.


3. Mengakibatkan Kerugian Ekonomi


Melansir bdsaustralia.net.au, aksi boikot, divestasi, dan sanksi yang diterapkan terhadap segala aspek kehidupan di Afrika Selatan, telah membantu mengakhiri rezim apartheid di negara itu.


Pada 2005, warga Palestina mengajukan seruan untuk melakukan divestasi dan sanksi boikot sebagai upaya untuk mendukung perjuangan mereka menuju kebebasan dan keadilan.


Boikot terhadap kurma Israel telah berhasil dan memberikan pesan kepada pemerintah Israel bahwa kebijakannya akan berdampak pada kerugian ekonomi.


Menurut Departemen Pertanian AS, impor kurma Israel ke AS menurun dari 10,7 juta kg pada tahun 2015-2016 menjadi hanya 3,1 juta kg pada tahun 2017-2018 setelah kampanye yang dilakukan oleh aktivis BDS Amerika.


Sumber: Okezone

Penulis blog