DEMOCRAZY.ID - Para uskup Spanyol meminta maaf setelah munculnya sebuah laporan tentang pelecehan seksual yang dilakukan para pastor di negara tersebut sejak tahun 1940.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa korban pelecehan seksual tersebut diperkirakan mencapai lebih dari 200.000 anak-anak di bawah umur.
Namun Konferensi Waligereja Spanyol pada Senin (30/10) waktu setempat, juga mengatakan angka-angka yang disebutkan dalam laporan tersebut, yang dikeluarkan oleh komisi independen, "tidak sesuai dengan kebenaran".
Laporan yang diterbitkan hari Jumat lalu tersebut, sebagaimana dilansir kantor berita AFP, Selasa (31/10/2023), tidak menyebutkan jumlah korban pelecehan secara spesifik.
Namun, disebutkan bahwa polling terhadap lebih dari 8.000 orang menemukan bahwa 0,6 persen penduduk dewasa Spanyol mengatakan mereka pernah mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastor ketika mereka masih anak-anak.
Dengan populasi sekitar 39 juta orang, maka berarti akan ada sekitar 230.000 korban.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah sidang luar biasa diadakan untuk menilai laporan tersebut, Konferensi Waligereja Spanyol mengatakan: "Para uskup yang hadir telah menyatakan kesedihan mereka atas kerusakan yang disebabkan oleh beberapa anggota Gereja dengan pelecehan seksual dan menekankan permintaan maaf dari para korban."
"Pelanggaran yang dilakukan di Gereja sangat menyakitkan. Ekstrapolasi yang dilakukan dari data yang diperoleh dalam survei yang dilampirkan pada laporan tersebut juga mengejutkan," ujarnya.
"Itu tidak sesuai dengan kebenaran dan juga tidak mewakili kelompok pastor dan orang-orang beriman yang bekerja dengan setia dan dengan dedikasi hidup mereka dalam melayani kerajaan," imbuhnya.
Laporan hari Jumat tersebut merupakan investigasi besar pertama terhadap pelecehan anak di bawah umur oleh anggota Gereja Katolik di Spanyol. Laporan itu diterbitkan setelah 14 bulan dikerjakan.
Kasus-kasus yang dirinci di dalamnya terjadi pada tahun 1940an, namun sebagian besar terjadi antara tahun 1970 dan 1990.
Dalam pesan yang diunggah ke media sosial setelah laporan tersebut diterbitkan, Kardinal Juan Jose Omella, presiden Konferensi Waligereja, mengatakan pihak Gereja mengetahui adanya 1.125 kasus pelecehan seksual.
Berbeda dengan negara-negara lain, di Spanyol, tuduhan pelecehan yang dilakukan oleh para pastor, baru mulai mendapat perhatian baru-baru ini saja. Parlemen Spanyol pada bulan Maret 2022 menyetujui pembentukan komisi independen.
Gereja Katolik di negara tersebut menolak untuk mengambil bagian dalam penyelidikan tersebut, meskipun mereka memberikan dokumen mengenai kasus-kasus pelecehan seksual.
Mereka secara terpisah menugaskan sebuah firma hukum swasta untuk melakukan "audit" terhadap pelecehan seksual di masa lalu dan sekarang yang dilakukan oleh pastor, guru, dan pihak lain yang terkait dengan Gereja. Audit tersebut harus diselesaikan pada akhir tahun ini.
Pola kekerasan yang meluas terhadap anak-anak dalam Gereja Katolik dalam beberapa dekade terakhir, telah dilaporkan terjadi di Amerika Serikat dan Eropa, juga di Chile dan Australia.
Sebuah komisi independen di Prancis menyimpulkan pada tahun 2021, bahwa sekitar 216.000 anak - sebagian besar laki-laki - telah mengalami pelecehan seksual oleh para pastor sejak tahun 1950. [Democrazy/Detik]