EKBIS

Harga BBM Naik, Eks Menteri: Taruhannya 20 Juta Rakyat Miskin Yang ‘Mendewakan’ Jokowi

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
EKBIS
Harga BBM Naik, Eks Menteri: Taruhannya 20 Juta Rakyat Miskin Yang ‘Mendewakan’ Jokowi

Harga BBM Naik, Eks Menteri: Taruhannya 20 Juta Rakyat Miskin Yang ‘Mendewakan’ Jokowi

DEMOCRAZY.ID - Wacana harga BBM naik telah direspon oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). 


Jokowi meminta pembantunya untuk memperhitungan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).


Pernyataan Jokowi yang terkesan ragu untuk menaikkan harga BBM mendapat tanggapan dari mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan.


Dahlan Iskan menilai, Jokowi dan menteri terkait sedang berhitung apa saja dampak yang ditimbulkan jika harga BBM naik.


“Kita tunggu saja keputusan pemerintah. Kelihatannya tinggal tunggu keputusan akhir dari Presiden Jokowi,” kata Dahlan dalam tulisannya berjudul ‘BBM 303‘, Sabtu (27/8).


Menurut Dahlan, langkah-langkah menuju kenaikan harga BBM itu sudah disiapkan.


Para menteri seperti sudah memastikan BBM naik. Setidaknya sudah siap naik. 


Pun sikap Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Semua mengisyaratkan ke arah kenaikan harga BBM.


Secara ilmiah atau ilmu ekonomi, harga BBM memang harus naik. Harga BBM sekarang ini sangat murah dibanding harga pasar internasional.


Tapi harga BBM sekarang itu masih mahal kalau diukur dari kemampuan daya beli masyarakat menengah ke bawah.


“Saya memahami bahwa Presiden Jokowi sampai sangat sulit membuat keputusan soal kenaikan harga BBM,” katanya.


Dijelaskan Dahlan, sesulit-sulitnya menangkap Irjen Pol Ferdy Sambo masih bisa mengerahkan Brimob. Taruhannya hanya ‘kemungkinan anak buah Sambo marah’.


“Tapi menaikkan harga BBM ini taruhannya rakyat miskin. Jumlahnya bisa lebih 20 juta orang. Umumnya mengagumi Pak Jokowi. Memilihnya dengan fanatik. “Mendewakannya”, kata Dahlan.


“Dan sang Dewa kini harus membuat keputusan pahit bagi mereka. Mungkin mereka memang tidak banyak membeli BBM. Mereka tidak punya mobil. Tapi kenaikan harga BBM akan menaikkan harga-harga kebutuhan hidup. Inflasi,” tambah mantan CEO Jawa Pos itu.


Dahlan teringat ketika Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpikir panjang sebelum mengambil keputusan menaikkan harga BBM. SBY sampai mendapat julukan peragu.


Menurut Dahlan, keputusan menaikkan harga BBM selalu harus dilakukan. Oleh presiden siapa pun. 


Dari periode ke periode. Selalu juga menimbulkan gejolak. Termasuk gejolak di APBN.


“Kenaikan harga BBM seperti kutukan abadi di negeri ini. Hanya belakangan tanpa ada demo,” imbuh Dahlan.


Di zaman SBY, kata Dahlan, subsidi mencapai Rp 250 triliun. SBY dihujat. 


Dibilang membakar-bakar uang negara. Salah sasaran. Orang kaya kok disubsidi. Dan seterusnya.


“Kini subsidi itu bisa mencapai Rp 502 triliun. Tahun ini. Kalau BBM tidak naik. Sebaliknya kemiskinan bisa naik 2 persen. Kalau harga BBM dinaikkan,” beber Dahlan.


“Bagi Pak Jokowi ancaman kemiskinan naik 2 persen itu menakutkan. Terutama dalam hal citra. Kalau sampai kemiskinan naik 2 persen Pak Jokowi akan dikenang seumur hidup sebagai presiden yang gagal mengentas kemiskinan,” tambah Dahlan.


Ia menyebut selama 8 tahun Jokowi menjabat Presiden, angka kemiskinan hanya turun 1,5 persen. Terendah dibanding presiden siapa pun pasca reformasi.


“Maka kalau sampai angka kemiskinan naik 2 persen akibat kenaikan harga BBM apa lagi yang bisa dikenang di bidang pengentasan kemiskinan,” pungkas Dahlan Iskan. [Democrazy/pojoksatu]

Penulis blog