HUKUM PERISTIWA

Deretan Kejadian Menimpa Keluarga Brigadir J: WA Diretas, Dilarang Buka Peti Jenazah, Rumah Dikepung Aparat

DEMOCRAZY.ID
Juli 13, 2022
0 Komentar
Beranda
HUKUM
PERISTIWA
Deretan Kejadian Menimpa Keluarga Brigadir J: WA Diretas, Dilarang Buka Peti Jenazah, Rumah Dikepung Aparat

Deretan Kejadian Menimpa Keluarga Brigadir J: WA Diretas, Dilarang Buka Peti Jenazah, Rumah Dikepung Aparat

DEMOCRAZY.ID - Samuel Hutabarat, ayah Brigadir J menceritakan ketika polisi mendatangi rumahnya untuk mengantarkan jenazah anaknya yang tewas karena baku tembak dengan rekannya.


Samuel Hutabarat mengatakan bahwa pihak keluarganya menerima sejumlah rentetan peristiwa yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.


Pertama, kata Samuel, nomor WhatsApp dan media sosial miliknya beserta istri, dan kakak Brigadir J diretas oleh orang tidak dikenal.


"Kami menemukan upaya login yang biasanya tidak Anda gunakan. Kami sudah mengunci akun Anda untuk mengamankannya,"  demikian tertulis pada aplikasi WhatsApp mereka.


Menurut Samuel, orang tak dikenal yang melakukan peretasan hendak menyelidiki keluarganya. Mereka mencari sesuatu mengenai almarhum anaknya.


"Orang itu mau menyelidiki kami, mencari sesuatu terkait almarhum untuk mengaitkannya dengan kami," kata Samuel di rumah duka, di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Muaro Jambi, Selasa (12/7/2022).


Kedua, lanjut Samuel, ketika polisi datang ke rumahnya untuk mengantarkan jenazah anaknya, pihak keluarga dilarang membuka peti jenazah Brigadir J.


Adapun jenazah Brigadir J, kata Samuel, tiba di rumah duka pada Sabtu (9/7/2022) sekitar pukul 14.00 WIB.


"Kita dilarang, tetapi tidak dijelaskan alasan kenapa peti jenazah tidak boleh dibuka," ucap Samuel.


Menurut Samuel, pihak keluarganya sempat bersitegang dengan polisi yang mengantarkan jenazah anaknya tersebut.


Ketegangan terjadi karena pihak keluarga tidak diperbolehkan membuka peti jenazah dan tidak boleh mengambil gambar jenazah.


Samuel mengaku dipaksa untuk mendatangani surat perjanjian terlebih dahulu sebelum diperbolehkan membuka peti jenazah Brigadir J. Namun, hal itu ditolak oleh Samuel.


"Saya disuruh tanda tangan dulu, baru nantinya boleh dibuka. Saya tolak, karena itu sama dengan membeli kucing dalam karung," tutur Samuel.


"Nanti kalau terjadi masalah dan saya sudah tanda tangan, malah saya dipermasalahkan."


Setelah lama bersitegang, akhirnya pihak keluarga diperbolehkan untuk membuka peti jenazah Brigadir J. 


Namun, dengan catatan hanya orang tua, saudara kandung dan bibi yang boleh melihatnya.


Saat peti dibuka, orang lain diminta untuk keluar ruangan. Jendela dan tirai di rumah duka juga langsung ditutup.


Samuel menggambarkan pembukaan peti yang disaksikan polisi yang mengantar jenazah anaknya itu. Prosesnya pun, kata dia, berlangsung singkat.


"Dibukanya itu sedikit sekali. Tetapi ibunya (syok) berteriak-teriak dia, karena melihat banyak sekali luka di bagian tubuh dan wajah anaknya," kata Samuel.


Sementara itu, bibi dari Brigadir J, Rohani Simanjuntak, mengatakan, dua hari setelah jenazah Brigadir J diantarkan ke rumah orang tuanya, ratusan polisi kembali mendatangi rumah kakaknya.


Kedatangan ratusan polisi itu disebut untuk memberikan penjelasan kepada pihak keluarga mengenai kronologi tewasnya Brigadir J dalam insiden baku tembak yang terjadi pada Jumat, 8 Juli 2022 lalu.


Rohani mengatakan, kedatangan para polisi tersebut membuat suasana rumah duka berubah menjadi sangat mencekam. 


Bahkan, kata Rohani, pihak keluarganya merasa ketakutan, tatkala ratusan polisi datang 'mengepung' rumah hingga menutup pagar sekolah.


"Waktu datang orang itu ke rumah, kami terkejut. Jantung kami serasa mau copot, maklum kami baru trauma, baru kehilangan," kata Rohani di rumah duka pada Selasa (12/7).


Rohani menuturkan, para polisi datang ke rumah orang tua Brigadir J pada Senin, 11 Juli 2022 malam sekitar pukul 20.00 WIB. 


Saat itu, pihak keluarga sedang berkumpul di dalam rumah duka.


Adapun para polisi yang datang itu, kata Rohani, ada yang mengenakan seragam dinas, berpakaian hitam putih, dan pakaian bebas.


Mereka datang, kemudian membuat pagar manusia seolah mengepung rumah kakaknya.


Tanpa Permisi


Rohani mengaku menyayangkan tindakan polisi yang datang ke rumah orang tua Brigadir J dengan cara demikian. 


Sebab, mereka berbaris mengelilingi hingga masuk rumah tanpa permisi.


Bahkan pintu gerbang sekolah, yang menjadi akses keluar dan masuk ke rumah itu, juga ditutup rapat.


Beberapa di antaranya bahkan langsung masuk ke dalam rumah hingga menutup pintu dan menguncinya. Juga menutup gorden.


"Kami seolah diserang, karena rumah didatangi," ucap Rohani.


Merasa terdesak, Rohani kemudian menegur polisi yang masuk rumah kakaknya itu dengan nada tinggi.


"Jangan seperti itulah Pak masuk rumah orang, kami ini lagi sedih loh, lagi trauma. Yang sopan lah, pakek permisi," ujar Rohani.


"Kami ini lagi berduka. Kenapa cara kalian begini masuk rumah orang. Ada kan ucapan Assalamualaikum, shalom, horas. Ini masa kalian masuk langsung tutup pintu, gorden."


Setelah masuk ke rumah, semua anggota keluarga dilarang merekam dan mengambil gambar. [Democrazy/ktv]

Penulis blog