PERISTIWA POLITIK

4 Kisah Jenderal Soeharto Yang Jarang Diketahui Banyak Orang

DEMOCRAZY.ID
Juni 10, 2022
0 Komentar
Beranda
PERISTIWA
POLITIK
4 Kisah Jenderal Soeharto Yang Jarang Diketahui Banyak Orang

4 Kisah Jenderal Soeharto Yang Jarang Diketahui Banyak Orang

DEMOCRAZY.ID - Tepat hari ini, lebih dari satu abad lalu, orang hebat bernama Soeharto lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedyu, Bantul Yogyakarta. Ia lahir dari seorang ibu bernama Sukirah.  


Siapa yang tahu saat iu bahwa lelaki yang lahir tersebut akan menjadi Presiden Republik Indonesia terlama, menjabat hingga 32 tahun dari 1968 hingga 1998. 


Soeharto dikenal sebagai pemimpin yang kuat, tegas, dan berdedikasi. 


Bahkan, nama Bapak Pembangunan disematkan untuk dirinya.  


Kisah - kisah hebat Soeharto memang sudah sering di dengar, mulai dari karier cemerlangnya di Militer hingga saat menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia. 


Selain kisah kisah nan hebat tersebut, ada kisah yang mungkin tidak terlalu populer namun termasuk kisah menarik yang patut diketahui.


Berikut 4 kisah- kisah Soeharto yang jarang diketahui : 


Kisah Cinta dengan Ibu Tien



Kisah selanjutnya yang menarik untuk dibahas adalah kisah cinta Soeharto dengan sang istri yang sering disapa Ibu Tien. 


Ibu Negara kedua Indonesia tersebut lahir pada 23 Agustus 1923 di Surakarta dengn nama lengkap Raden Ayu Hj. Siti Hartinah. 


Pertama kali bertemu, adalah ketika Soeharto pindah ke Desa Kemusukan, Yogyakarta untuk bersekolah. 


Lebih tepatnya mereka bertemu pertama kali di Wuryantoro, Wonogiri sedangkan Tien dan keluarganya saat itu memang sudah menetap di Muryantoro. 


Sementara Soeharto mnetap di rumah pamannya di Wuryantoro. Ternyata Tien adalah adik kelas Soeharto di sekolah tersebut.  


Namun, meskipun Soeharto sudah jatu cinta kepada Tien, Menurut cerita adik tiri Soeharto, Probosutedjo, seperti dicatat Alberthiene Endah dalam Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto, Soeharto sempat merasa minder karena perbedaan status sosial. 


Namun, perasaan disambar, pada usia 26 tahun, Soeharto dijodohkan oleh sang bibi Prawiro kepada Tien. 


Mendengar hal trsebut, Soeharto langsng megiyakan namun tak yakin keluarga Tien menyetujuinya, karena perbedaan status. 


"Tetapi bagaimana bisa? Apa dia akan mau? Apa orang tuanya memberikan? Mereka orang ningrat. Ayahnya, Wedana, pegawai Mangkunegaran," jawab Soeharto. 


Keraguan itu langsung ditepis Prawiro. Ia mengatakan bahwa ia mengenal keluarga Tien dan akan menjodohkan Soeharto dengan putri dari RM Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmati Hatmohoedojo itu. 


Akhirnya lamaran Soeharto diterima oleh orang tua Tien yang dari awal tidak memandang latar belakang Soeharto. Pernikahan dilangsungkan pada 26 Desember di Solo.  


Hingga akhir hayat, Soeharto dan Ibu Tien masih mencintai satu sama lain, bahkan saat ibu Tien meninggal pada 28 April 1996, Presiden yang terkenal dengan kegagahannya tersebut limbung dan sedih karena kehilangan belahan jiwanya. 


Untuk melepas rindu pada sang istri, Soeharto kerap mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah yang dibangun atas gagasan ibu Tien. 


Kisah Soeharto Muda Ditampar Pendiri Kopassus



Kisah lainnya adalah kabar Soeharto ketika muda, ia pernah ditampar ole pendiri Kopassus, Alex Kaliwarang. 


Cerita ini ketika Soeharto masih aktif di militer. Kala itu, Soeharto berpangkat Letkol dan menduduki posisi Komandan Brigade Mataram. 


Saat itu, sang atasan Pangilam Komando Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur, Kaliwarang, yang juga berperan mendirikan Kopassus, adalah atasan Soeharto Saat itu, Kaliwarang ditugaskan oleh Presiden Soekarno untuk mengamankan Makasaar. Ia melaporkan kepada Soekarno bahwa Makassar sudah aman. 


Namun, Soekarno menunjukan sebaliknya, melalui sebuah radiogram ia baru menerima laporan bahwa KNIL atau Koninklijke Nederlands Indische Leger Belanda sudah memasuki Makassar.  


Sesaat setelah mendengar radiogram tersebut, Kaliwarang murka dan langsung kembali ke Makasaar. 


Setibanya di Lapangan Udara  Mandai, Kaliwarang langsung memarahi Letkol Soeharto, yang berperan sebagai Komandan Brigade Mataram saat itu. 


Sirkus apa-apaan nih?" ujar Kolonel Alex Kawilarang sambil menampar Letkol Soeharto. 


Reaksi Soeharto pada saat itu hanya bisa menahan sakit karena memang kelalaiannya dalam menjalankan tugas. 


Namun, dalam sebuah wawancara, Kaliwarang membantah pernah menampar Soeharto, ia berkata bahwa ia hanya menegurnya saja. 


Lanjutnya, Letkol Soeharto yang malah menampar Letna Parman yang saat itu berencana menyeludupkan beberap mobil rampasan namun gagal karena diketahuii oleh Letnan Parman yang saat itu bertugas atas keamanan pelabuhan di Makassar.  


Cerita ini diungkap dalam buku "Soeharto and His Generals : Indonesian Military Politics 1975 - 1983 yang ditulis oleh David Jenkins pada 1984. 


Pernah Berjudi 



Siapa sangka Soeharto muda pernah terlibat dalam permainan judi. Saat itu, Belanda sudah angkat kaki dari Indonesia dan kekuasaan sudah berpindah ke tangan Jepang. 


Meski akhirnya Soeharto bergabung dengan satuan militer Jepang bernama PETA, Seoharto terlebih dahulu merasakan suram dalam hidupnya.  


Pada tahun 1942, Soeharto muda sempat berjudi. Soeharto memang terkenal mahir dalam permainan kartu. 


Ia kerap bermain cemeh, yaitu permainan judi dengan kartu kecil, biasanya menggunakan domino, dan kartu Londo atau remi. 


"Waktu mulai main cemeh itu saya hanya punya uang 1 gulden,” tutur Soeharto dalam autobiografi, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya tahun 1989. 


Soeharto setidaknya menang sampai 50 gulden. Tapi uang itu ia gunakan bukan untuk foya - foya melainkan untuk memenuhi kebutuhan harian dasar unuk pulang kampung. 


Diberikan Pilihan Nama oleh Raja Arab Saudi



Pada tahun 1991, Soehart bersama Ibu Tien dan rombongan pergi melakukan ibadah haji. 


Seorang Presiden, maka tak heran bahwa Soeharto dan rombongan disambut oleh Gubernur Makkah, Pangeran Majid bn Abdul Azis, yang mewakili Raja Arab saat itu, Raja Fahd.  


Kerajaan Arab juga meneydiakan penginapan untuk Soeharto dan rombongan di Royal Guest  House serta perkemahan khusus saat melaksanakn kegiatan haji di Arafah.  Saat melaksanakan haji tersebut, kejadian mengejutkan terjadi. 


Soeharto menerima surat dari Raja Fahd yang memberikn pilihan nama untuk Soeharto yakni Mohammad atau Ahmad dan Siti Fatimah atau Siti Maryan untuk Ibu Tien. 


Soeharto memilih menggunakan nama Mohammad dan Ibu Tien memilih nama Siti Fatimah yang disematkan pada nama keduanya. [Democrazy/viva]

Penulis blog