AGAMA

Asal Usul dan Arti Gelar Buya, Gelar Yang Disematkan untuk Alim Ulama Seperti Buya Syafii Maarif

DEMOCRAZY.ID
Mei 28, 2022
0 Komentar
Beranda
AGAMA
Asal Usul dan Arti Gelar Buya, Gelar Yang Disematkan untuk Alim Ulama Seperti Buya Syafii Maarif

Asal Usul dan Arti Gelar Buya, Gelar Yang Disematkan untuk Alim Ulama Seperti Buya Syafii Maarif

DEMOCRAZY.ID - Prof Ahmad Syafii Maarif meninggal dunia pada Jumat, 27 Mei 2022. 


Pria kelahiran Sumatra Barat yang mendapatkan gelar Buya itu adalah seorang ulama dan cendekiawan Indonesia dan pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah serta Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) dan pendiri Maarif Institute. 


Selain Prof Syafii Maarif, sejumlah ulama juga mendapatkan gelar Buya sebagai tanda penghormata. Lantas bagaimana asal usul gelar Buya?


Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2016) dalam KBB Daring menjelaskan, Buya atau Abuya adalah kata sapaan kekeluargaan untuk orang tua laki-laki, sama dengan sapaan "ayah". 


Kata ini berasal dari bahasa Arab yang bermakna "ayahku", dengan kata dasar "abun" dan "ya".


Di Sumatra, khususnya Minangkabau, gelar ini dapat pula merujuk kepada orang yang alim dalam ilmu agama. 


Seseorang dipanggil "Buya" terutama disebabkan pemahamannya yang mendalam terkait pengetahuan agama.


Dalam buku Kiai Nyentrik Membela Pemerintah karya KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dituliskan, istilah Buya kerap diasosiasikan dengan kiai di Jawa. 


Namun, posisi Buya di Minang tidak sesakral kiai.


Di Jawa seorang santri sangat takut kepada kiainya. 


Bahkan ketika kiai menjelaskan kitab, sangat jarang ditemukan santri yang mau mengkritik kiainya.


Dalam etnografi penggunaan istilah Buya masuk dalam sosiologi linguistik. 


Ketika seseorang mengucapkan Buya berarti asalnya untuk mengucapkan panggilan bapakku.


Buya berasal dari bahasa Arab yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia. 


Karena itu, seseorang yang pergi belajar ke negeri Arab, ketika pulang ke Tanah Air akan mendapatkan gelar Buya karena dianggap berilmu.


Masyarakat biasa tidak berani menggunakan gelar tersebut karena dianggap sakral dan hanya berhak digunakan oleh orang-orang yang berilmu tinggi. [Democrazy/rep]

Penulis blog