HUKUM POLITIK

Rocky Gerung Ungkap Motif Terselubung Pemerintah di Balik Penangkapan Mafia Minyak Goreng

DEMOCRAZY.ID
April 21, 2022
0 Komentar
Beranda
HUKUM
POLITIK
Rocky Gerung Ungkap Motif Terselubung Pemerintah di Balik Penangkapan Mafia Minyak Goreng

Rocky Gerung Ungkap Motif Terselubung Pemerintah di Balik Penangkapan Mafia Minyak Goreng

DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik, Rocky Gerung, membongkar dugaan motif penangkapan mafia minyak goreng, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri (Dirjen Daglu) Indrasari Wisnu Wardana, dalam kasus dugaan korupsi pemberian fasilitas ekspor Minyak Sawit Mentah (CPO).


Rocky Gerung menilai penangkapan tersebut adalah semacam sogokan yang ditujukan untuk meredam tuntutan masyarakat soal mafia minyak goreng. 


Terlebih lagi mahasiwa dikabarkan bakal melanjutkan aksi demo hari ini, 21 April 2022.

 

"Kita mau tahu sebetulnya adalah potensi pergerakan mahasiswa ini di dalam dua hari terakhir kita duga ditangkapnya Dirjen Perdangangan Luar Negeri lalu ada komisaris Wilmar segala macam itu juga harus dibaca sebagai semacam sogokan," ucap Rocky dikutip dari diskusi Gelora Talks yang disiarkan dalam channel YouTube Gelora TV, Kamis, 21 April 2022.

 

Padahal, lanjut Rocky, penangkapan tersebut justru menjadi tanda tanya besar soal peran Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang malah bungkam dan tak membongkar permasalahan tersebut.

 

Pasalnya, dilihat dari kedudukan Dirjen Perdagangan Luar Negeri sebagai tersangka mafia minyak goreng, ia hanyalah sebagai pelaksana teknis dari atasan. Sementara secara wewenang ia tidak bertugas mengambil keputusan.

 

"Tetap kita mau melihat, ya Dirjen sih iya, tapi kan Dirjen nggak punya kemampuan mengambil keputusan dan Dirjen pelaksana teknis dari Menteri. Lalu menterinya ke mana? Kenapa tidak sekaligus saja persoalan ini dibuka?" lanjut Rocky.

 

Tak hanya itu, Rocky juga mempertanyakan proses penangkapan yang justru dilakukan oleh Kejaksaan Agus, bukan Komisi Pemberantasan Koruspsi (KPK) atau Polri.

 

"Lalu kita tanya lagi, kenapa yang nangkap justru Kejaksaan, kenapa bukan KPK atau polisi gitu."

 

"Ini semua pertanyaan yang terarah pada semacam kesimpulan bahwa istana ini mau tukar tambah. Dan yang lebih harus dipersoalkan ini sampai di mana sih penangkapan itu akan memulihkan kembali kepercayaan publik," bebernya.

 

Namun, yang tak kalah penting untuk dipersoalkan menurut Rocky adalah penilaian bahwa Presiden Jokowi sedang mencicil tagihan dari apa yang telah dituntut oleh publik. 


Pertama soal isu 3 periode, kemudian saat ini soal minyak goreng.

 

"Jadi mungkin emak-emak senang karena sudah ditangkap. Bukan soal emak-emak senang karena sudah ditangkap, tetapi orang tidak lagi percaya apa yang dilakukan oleh Presiden," ujar Rocky.

 

Jika demikian, maka segala pernyataan pemerintah yang meyakinkan masyarakat bahwa semua masalah pasti tertangani tidak akan berguna. 


Lebih dari itu, julukan 'The King of Lip Service' yang diberikan oleh BEM UI kepada Jokowi akan terus melekat.

 

"Mahasiswa menganggap bahwa ya buat apa sih masih ada pidato-pidato bahwa seolah-olah semua nanti akan tertangani. Kan selama Bem UI belum cabut pelakat bahwa presiden adalah 'The King of Lip Service', maka orang akan menganggap semua yang diucapkan presiden termasuk pada teman-teman tadi itu adalah tipu muslihat saja," sambungnya.

 

Maka, Rocky justru menekankan bahwa situasi psikologi dari dinding pemerintahan inilah yang perlu dibahas dan dipertanyakan. [Democrazy/hops]

Penulis blog