GLOBAL PERISTIWA

Al-Quran Beberapa Kali Dibakar di Swedia, Ini Pelaku dan Alasannya

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
PERISTIWA
Al-Quran Beberapa Kali Dibakar di Swedia, Ini Pelaku dan Alasannya

Al-Quran Beberapa Kali Dibakar di Swedia, Ini Pelaku dan Alasannya

DEMOCRAZY.ID - Pembakaran Al-Qur’an di Swedia menarik banyak perhatian mata dunia internasional. 


Mereka mengecam dan marah terhadap aksi yang disebut-sebut sebagai tindakan islamophobia itu.


Bentrokan pun tak dapat dihindari. Kerusuhan dan bentrokan terjadi selama empat hari berturut-turut di beberapa kota di Swedia.


Media lokal mengatakan tiga orang terluka di kota timur Norrköping pada Minggu (17/4) ketika polisi melepaskan tembakan peringatan ke arah perusuh. Beberapa kendaraan dibakar dan sedikitnya 17 orang ditangkap.


Pada Sabtu (16/4), kendaraan termasuk bus dibakar di kota selatan Malmo selama demonstrasi sayap kanan.


Sedikitnya 16 petugas polisi dilaporkan terluka dan beberapa kendaraan polisi hancur dalam kerusuhan pada yang terjadi pada Kamis (14/4), Jumat (15/4) dan Sabtu (16/4) di tempat-tempat di mana kelompok sayap kanan merencanakan acara, termasuk di pinggiran kota Stockholm dan di kota Linköping dan Norrköping.


Lalu siapa pelakunya?


Pelaku pembakaran Al-Qur’an itu adalah ekstremis Denmark-Swedia Rasmus Paludan, yang memimpin gerakan Stram Kurs, atau Garis Keras.


Deutsche Welle melaporkan Paludan telah mengancam mengadakan rapat umum lagi di Norrköping pada Minggu (17/4), mendorong para demonstran tandingan untuk berkumpul di sana.


Dikutip BBC, pada 2017, pria 40 tahun itu mendirikan gerakan sayap kanan Denmark, Stram Kurs atau Garis Keras, yang menyuarakan agenda anti-imigran dan anti-Islam.


Pada Kamis (14/04) dan Jumat (15/04) lalu, kelompok tersebut menyiarkan secara langsung video streaming Paludan membakar Al-Qur'an di berbagai kota di Swedia dan berencana terus menggelar aksi serupa. Dia dikenal sering melakukan aksi seperti itu.


AFP melaporkan Paludan diketahui berniat mencalonkan diri dalam pemilu legislatif Swedia September mendatang, tetapi masih belum memiliki jumlah dukungan yang diperlukan untuk mengamankan pencalonannya itu.


Dia pun menjalani "tur" di Swedia dengan mengunjungi kawasan-kawasan dengan populasi Muslim yang besar, tempat dia ingin membakar kitab suci Al-Qur'an.


Pernah bakar Al-Quran sebelumnya


Paludan dikenal sebagai seorang pengacara dan YouTuber dan diketahui pernah dihukum karena kasus penghinaan rasial.


Pada 2019, dia membakar Al-Qur'an yang dibungkus dengan daging babi dan akunnya diblokir selama sebulan oleh Facebook setelah memuat postingan yang mengaitkan kebijakan imigrasi dan kriminalitas. Pada November 2020, Paludan ditangkap di Prancis dan dideportasi.


Lima aktivis lainnya ditangkap di Belgia tak lama setelah itu, dituduh ingin "menyebarkan kebencian" dengan membakar Al-Qur'an di Brussels.


Pada 2020 pula dia dilarang masuk ke Swedia selama dua tahun terkait aksi pembakaran Al-Qur'an di Malmo.


Sikap polisi Swedia disayangkan


Reuters melaporkan rangkaian demonstrasi yang dilakukan Paludan dan kelompoknya itu di penjuru Swedia mendapat izin pihak berwenang.


Polisi pun terlihat mengawal Paludan saat dia membakar Al-Qur'an di Linkoping pada pekan lalu. Sikap polisi Swedia itu yang disayangkan sejumlah kalangan.


Politisi kelahiran Turki Mikail Yuksel, yang mendirikan Partai Berbeda Warna di Swedia, mengatakan provokasi Islamofobia dari Paludan di bawah perlindungan polisi terus berlanjut di kota-kota di seluruh Swedia.


"Di Swedia, yang membela hak asasi manusia, kebebasan beragama dan hati nurani, Al-Qur'an justru dibakar di lingkungan Muslim di bawah perlindungan polisi," katanya seperti dikutip kantor berita Turki, Anadolu.


Dia pun menyayangkan bahwa polisi hanya menyerukan umat Islam untuk menggunakan akal sehat saat kitab suci mereka dibakar tepat di depan mata mereka. 


Seperti yang terjadi pada pecan lalu saat 200 demonstran memprotes aksi Paludan di Linkoping.


Kelompok itu mendesak polisi untuk tidak membiarkan Paludan melakukan tindakannya.


Setelah polisi mengabaikan seruan tersebut, insiden pecah dan kelompok tersebut menutup jalan untuk lalu lintas, melempari polisi dengan batu.


Tuai kecaman kecaman dari sejumlah negara


Aksi pembakaran itu langsung menuai banyak kecaman dan kemarahan dari dunia internasional.


Pemerintah Arab Saudi mengutuk “penyalahgunaan Alquran secara disengaja”, yang didalangi oleh politikus pembenci Islam Rasmus Paludan itu, seraya menyerukan upaya dialog untuk menyebarkan nilai toleransi dan meninggalkan kebencian.


Kecaman keras juga datang dari Turki, yang menyebut insiden ini sebagai “serangan keji terhadap kitab suci Alquran” dan provokasi terhadap umat Muslim.


Kementerian Luar Negeri Irak mengatakan telah memanggil kuasa usaha Swedia di Baghdad pada Minggu (17/04).


Kemlu Irak memperingatkan bahwa masalah itu bisa "berdampak serius" pada "hubungan antara Swedia dan Muslim secara umum, baik dengan negara-negara Muslim dan Arab dan komunitas Muslim di Eropa".


Pemerintah Iran pun mengeluarkan reaksi keras atas apa yang terjadi di Swedia.


Sejumlah saluran televisi Iran mengutip Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh yang mengutuk "penghinaan atas perasaan umat Muslim" di Swedia dan di seluruh dunia.


Juru Bicara Pemerintah Iran Ali Bahadori Jahromi juga mengatakan bahwa "kebebasan berekspresi telah menjadi alat untuk memicu ekstremisme dan rasisme di Barat".


Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, juga mengecam aksi Paludan dan kelompoknya.


"Menggunakan argumentasi kebebasan berekspresi untuk melecehkan agama dan kepercayaan satu kelompok adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab dan terpuji," kata Kemenlu RI dalam sebuah pernyataan di situs web resminya. [Democrazy/oke]

Penulis blog