EKBIS POLITIK

Mencari Tahu Harga Gorden di Pasaran, Sejumlah Pedagang Kaget Dengan Anggaran 'Gak Masuk Akal' DPR

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
EKBIS
POLITIK
Mencari Tahu Harga Gorden di Pasaran, Sejumlah Pedagang Kaget Dengan Anggaran 'Gak Masuk Akal' DPR

Mencari Tahu Harga Gorden di Pasaran, Sejumlah Pedagang Kaget Dengan Anggaran 'Gak Masuk Akal' DPR

DEMOCRAZY.ID - Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar menganggarkan Rp 48,7 miliar untuk pengadaan gorden baru di 505 rumah dinas anggota dewan.


Anggaran gorden DPR fantastis tersebut mencakup 11 ruangan di setiap rumahnya. 


Sehingga diperhitungkan setiap jendela memakan dana Rp 7,3 juta. 


Sekjen DPR menegaskan pihaknya hanya akan menggunakan produk buatan Indonesia.


Lalu, apakah harga Rp 7,3 juta per gorden realistis?


Kumparan mencari tahu harga tersebut di beberapa toko gorden dan tekstil di Jakarta pada Selasa (29/3). 


Toko pertama yang dikunjungi ada di Pasar Mayestik. 


Harga gorden yang dijual berkisar Rp 200-250 ribu per meter, gorden tersebut merupakan impor bahan jacquard.


“Pabrik yang buat kain gorden harga Rp 7,9 juta itu aja enggak ada. Itu pasti mengada-ada,” celetuk salah seorang karyawan tersebut.


Berpindah ke toko kedua, pemilik toko mengaku baru pertama kali mendengar gorden dengan harga fantastis tersebut untuk setiap jendela. 


Sementara dia telah berjualan gorden di kawasan tersebut lebih dari 30 tahun.


"Belum pernah saya dapat order gorden semahal itu selama 30 tahun jualan di sini. Tidak manusiawi. Terlalu serakah terlalu melebihi, ngga normal itu harga. Datangnya dari mana harga segitu? Kita juga (sebagai pedagang) bertanya-tanya," ungkapnya.


Dia kemudian menunjukkan gorden paling mahal di toko miliknya. 


Ada yang impor dari Australia semi black out dengan harga Rp 200 ribu per meter dan full blackout Rp 375 ribu. 


Sementara dari lokal Rp 90 ribu per meter. 


"Ber miliar-miliar bener (anggaran DPR), sedangkan kita 100 200 kita kumpulin sehari-hari, ampe pantat kita panas. Kalau dia, wah rasa iri ada, manusiawi. Tapi kita bersyukur lah ngga kejar-kejar begitu," imbuhnya.


Masih di kawasan Pasar Mayestik. Pemilik toko ketiga menyebut harga gorden tertinggi yang dia jual senilai Rp 450 ribu per meter dan merupakan produk impor. 


Sementara untuk produk lokal berkisar Rp 125 ribu sampai Rp 150 ribu.


Dari survei di sejumlah toko di Pasar Mayestik tersebut, kumparan menarik kesimpulan harga gorden lokal tidak mencapai lebih dari Rp 200 ribu per meter.


Dari perhitungan, ukuran gorden standar (perkiraan untuk rumah dinas DPR) 2,5 meter x 2,5 meter akan menghabiskan dana sekitar Rp 3.781.000 untuk produk lokal dengan harga tertinggi. 


Harga itu sudah mencakup filtrase, rel gorden dan alumunium.


Berpindah ke lokasi toko gorden elite di kawasan Fatmawati. kumparan mendatangi dua toko interior mewah.


Secara garis besar, harga yang dijual tidak jauh berbeda dari toko-toko di kawasan Pasar Mayestik. 


Jenis gorden produk lokal tidak terlalu banyak dan didominasi oleh gorden impor. 


Dengan diskon yang diberikan untuk pembelian dalam jumlah besar, estimasi biaya yang dikeluarkan untuk gorden merk lokal lengkap dengan filtrase, rel gorden dan alumunium berkisar Rp 1.600.000 dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m.


“Tapi saya perkirakan kain gorden untuk 100 persen lokal enggak ada ya, meskipun lokal tapi sebenarnya punya dia pabrik China, Italia, dan lainnya,” tutur staf marketing toko tersebut.


Dia juga menyebut, dari foto rumah dinas DPR yang beredar, satu jendela dengan ukuran tersebut tidak akan mencapai Rp 7,9 juta, kecuali ditambah aksesoris tambahan. 


Gorden dengan tambahan aksesoris seperti renda dan poni harganya bisa mencapai Rp 5 juta per meter. 


Sementara untuk aksesoris box classic dengan ukiran handmade berkisar Rp 5 juta per meter, di luar harga gorden.


“Kalau untuk aksesoris renda dan poni gorden bisa 5 jutaan per meter termasuk dengan gordennya ya. Lalu ada juga boks itu juga bisa pesan custom karena ukiran handmade, sekitar Rp 5 juta juga bisa, cuma boks nya saja. Produknya (boks) dari Semarang dan Jepara,” jelasnya.


“Tapi dari foto-foto jendela rumah dinas itu saya rasa itu jendela biasa ya. Tidak perlu membutuhkan aksesoris seperti itu,” imbuhnya.


Sementara itu di toko interior mewah terakhir yang kumparan kunjungi, pihaknya tidak menjual gorden produk dalam negeri.


“Semua impor di sini,” tutur salah seorang staff. [Dmeocrazy/kumparan]


Sumber: kumparan

Penulis blog