AGAMA

Bos Jalan Tol Jusuf Hamka Pindah Agama di Usia 24 Tahun, Cerita Alasan Jadi Mualaf

DEMOCRAZY.ID
Maret 19, 2022
0 Komentar
Beranda
AGAMA
Bos Jalan Tol Jusuf Hamka Pindah Agama di Usia 24 Tahun, Cerita Alasan Jadi Mualaf

Bos Jalan Tol Jusuf Hamka Pindah Agama di Usia 24 Tahun, Cerita Alasan Jadi Mualaf

DEMOCRAZY.ID - Jusuf Hamka, salah satu konglomerat di Indonesia menceritakan kisah hidupnya menjadi mualaf. 


Sosok yang dikenal sebagai bos jalan tol ini memutuskan pindah agama ke Islam saat berusia 24 tahun.


Jusuf Hamka mengucapkan dua kalimat syahadat yang dipimpin langsung oleh tokoh kenamaan, Buya Hamka. Hal ini terjadi pada 1981 di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Jakarta Selatan.


Diceritakan Jusuf Hamka, kala itu sempat membaca majalah yang mengangkat kisah seorang mualaf di masjid Al Azhar. 


Setelah membaca majalah itu, Jusuf Hamka kemudian pergi ke masjid tersebut.


Ia kemudian bertemu dengan sekretaris masjid Al-Azhar, yakni Ustaz Zaelani.


Kata Jusuf Hamka, Ustaz Zaelani membawanya untuk bertemu dengan Buya Hamka.


Saat bertemu dengan Buya Hamka, Jusuf Hamka sempat meminta waktu satu hari untuk bisa mengucapkan kalimat syahadat. 


Namun, saat itu Buya Hamka memberikan penjelasan yang berisikan nasihat untuk tidak menunda hal tersebut.


"Saya bilang besok saya belajar dulu, Buya Hamka bilang, 'Kalau kamu pulang belum muslim tapi kamu niat masuk Islam, kamu kenapa-kenapa, kecelakaan, meninggal sebagai non muslim, dosanya di Buya'. Oke deh saya masuk Islam, saya baca dua kalimat syahadat," kata Jusuf Hamka seperti dikutip dari tayangan YouTube Helmi Yahya berbicara.


Tiga bulan setelah menjadi seorang mualaf, Jusuf Hamka kemudian diminta untuk datang menghadiri syukuran yang dibuat Buya Hamka di kediamannya. Acara itu dihadiri 300-400 orang.


Siapa sangka di momen itu, Jusuf Hamka diangkat oleh Buya Hamka sebagai anak angkatnya. Ia juga diberi cincin dan mendapatkan tugas dari Buya Hamka untuk mengharumkan nama Islam.


"Saya dikasih cincin blue sapphire, 'Engkau, aku angkat engkau jadi anak ideologisku dan kuberikan nama Hamka. Kau kuberi tugas adalah membawa saudara teman Tionghoa bawa ke agama leluhurmu Islam, selanjutnya kau harus harumkan nama Islam'," kenang Jusuf Hamka.


"Saya bilang, 'Saya enggak bisa ngaji', dia bilang, 'mengharumkan Islam gak harus menghafalkan ayat-ayat. Dengan caramu'. Alhamdulillah, sekarang mengharumkan nama Islam dengan membuat nasi kuning, bikin masjid, itu lillahitaala. Alhamdulillah dari keluarga kami, dari situ," sambungnya.


Lebih lanjut, Jusuf Hamka menceritakan awal mula alasan untuk menjadi mualaf. Ia bergaul dan berteman dengan teman-temannya yang juga seorang muslim.


Selain itu, Jusuf Hamka memutuskan untuk menjadi mualaf karena adanya toleransi umat muslim kepadanya saat masih belum beragama Islam. 


Kala itu, ia masih tinggal di Pasar Baru. Ia memiliki rumah yang berhadapan langsung dengan masjid.


"Depan rumah saya masjid, toanya nyaris ke tempat kami. Waktu itu ibu saya sakit nyaris stroke. Saya kemudian berbicara ke pengurus masjid bilang, 'Pak kyai, ibu saya sakit, ibu saya suka kebangun malam kalau denger suara adzan, boleh enggak bantu saya tolong deh tiga hari dikecilin volumenya sampai ibu saya sembuh, atau nanti saya cari saudaranya kami pindahin'," ceritanya.


Mendengar permintaaan Jusuf Hamka yang kala itu masih bernama Alun, pengurus masjid mengabulkan permintaannya. 


Tak cuma tiga hari, pengurus masjid mengecilkan suara adzan selama tujuh hari hingga ibu Jusuf Hamka sembuh.


"Dia bilang, 'Alun kamu enggak usah khawatir kita enggak pakai speaker luar, pakai speaker dalem aja. Kamu minta 3 hari saya kasih seminggu'. Akhirnya seminggu sampai, ibu saya enggak stroke. Dari situ saya liat toleransinya luar biasa. Ini salah satu yang buat saya masuk Islam," ujar Jusuf Hamka.


Jusuf Hamka juga tidak pernah memaksa istri dan anak-anaknnya untuk mengikuti jejaknya menjadi mualaf. 


Ia membebaskan istri dan anak-anaknya memilih jalan kepercayaannya masing-masing.


Hingga akhirnya, istri dan anak-anaknya memilih untuk jadi Muslim seperti dirinya.


"Anak tiga tadinya semua non muslim, ikut istri. Sekarang slow but sure, mereka became a Muslim. Tidak pernah paksa, saya bebaskan," jelasnya.


"Waktu istri saya belum Muslim, waktu bulan puasa dia yang masakin dan bangunkan saya untuk sahur. Waktu mau Natal, dia bilang, 'Saya mau buat acara natal boleh ya? Tapi pakai rumah yang satu lagi'. Ya saya bilang, 'Kamu sama temen kamu?' Alhamdulillah sekarang dia sudah muslim," pungkas Jusuf Hamka. [Democrazy/suara]

Penulis blog