DEMOCRAZY.ID - Seorang warga Desa Wadas, Bener, Kabupaten Purworejo, Siji (nama samaran) mengungkapkan bahwa ia sempat dikejar, diinjak, dan dipukul sebelum digelandang ke Polsek Bener, Selasa (8/2) lalu.
Ia mengaku berada di serambi masjid sembari berselawat ketika aparat kepolisian merangsek masuk ke Dusun Krajan, Desa Wadas. Segerombolan preman yang diduga bagian dari kepolisian bertanya pada warga, "kamu orang mana?".
Beberapa warga pun menjawab bahwa mereka orang Wadas. Tak percaya, preman tersebut meminta warga menunjukkan KTP.
Siji yang tak membawa KTP, pergi menuju rumah untuk mengambilnya.
"Karena diikuti oleh gerombolan preman, saya merasa ketakutan dan lari menuju rumah," ujar Siji melalui keterangan tertulis, Kamis (10/2).
Gerombolan preman tersebut lalu ikut merangsek masuk ke rumah Siji dan mendobrak kamar tempatnya bersembunyi ketakutan.
Selain Siji, di rumah itu ada enam warga lain yang berada di dalam rumah, salah satu di antaranya adalah perempuan paruh baya.
Setelah berhasil menghancurkan pintu kamar, gerombolan preman itu langsung menarik, menginjak, memukul Siji hingga pakaian yang ia kenakan robek.
Sedangkan enam warga lain yang berada di dalam rumah pun tak luput dari tindakan kekerasan.
Gerombolan preman yang diduga aparat kepolisian menyeret keluar lima orang warga kemudian memborgolnya.
"Tak hanya berhenti di situ, lima orang warga kembali mendapat pukulan dari gerombolan preman itu," ujar Siji.
Setelah memukuli dan memborgol warga, gerombolan preman tersebut membawa kelimanya ke Polsek Bener dan selepas magrib dipindahkan ke Polsek Purworejo.
Siji bukan satu-satunya warga yang ditangkap. Setidaknya, 67 orang sempat ditahan di Polres Purworejo hingga dibebaskan keesokan harinya, Rabu (9/2).
Dari 67 orang tersebut, 60 orang merupakan warga dengan 13 anak-anak, 5 orang solidaritas, seorang dari LBH Yogyakarta, serta satu seniman Yayak Yatmaka.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD membantah informasi maupun pemberitaan terkait situasi mencekam Desa Wadas saat aparat kepolisian mengawal tim pengukur lahan tambang batuan andesit untuk Bendungan Bener.
"Semua informasi dan pemberitaan yang menggambarkan seakan-akan terjadi suasana mencekam di Desa Wadas kemarin itu sama sekali tidak terjadi sebagaimana yang digambarkan terutama di media sosial," kata Mahfud dalam jumpa pers, Rabu (9/2).
Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Muhammad Isnur menyebut Mahfud berbohong atas apa yang dia sampaikan ke publik.
Isnur menyebut penjelasan Mahfud bahwa tidak ada kekerasan terhadap warga Desa Wadas kemarin tak sesuai fakta-fakta di lapangan.
"Cerita Pak Mahfud ini jelas tidak berdasar dan berbeda dengan fakta-fakta yang ada di lapangan dan kami lihat, LBH Jogja lihat di lapangan," kata Isnur saat dihubungi. [Democrazy/pkr]