DEMOCRAZY.ID - Komedian Sunarji alias Narji kini resmi bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Usai bergabung dengan PKS, Narji langsung lantang bersuara.
Narji PKS segera meminta maaf pada publik karena dahulu pernah mendukung Dudung Abdurachman mencopot baliho Habib Rizieq ketika masih menjabat sebagai Pangdam Jaya.
Ketika itu, Narji bahkan tak segan-segan ikut mengirimi karangan bunga pada Dudung.
Namun kini, pasca bergabung dengan PKS, Narji menyatakan sikap berbeda.
Dengan tegas dia meminta maaf atas kekeliruan sikapnya itu.
Terkait sikap berbalik arah Narji, pegiat media sosial Eko Kuntadhi angkat suara. Menurut Eko, Narji sudah kena cuci otak PKS.
Adapun Eko menilai, PKS sengaja menggunakan komedian itu untuk bersuara demi merebut suara massa FPI.
Karena selama ini, PKS besar karena kontribusi FPI di belakangnya.
"Ketika masuk partai itu, Narji sedang ingin katakan bahwa PKS mendukung FPI. Kita tinggal tunggu saja, sebentar lagi Narji akan bikin tagar Narji Save Habib Bahar," kata dia disitat Hops.id dari saluran Youtube 2045, berjudul 'Eko Kuntadhi: NARJI CAGUR KENA CUCI OTAK PKS ??', Jumat 7 Januari 2022.
Eko pun meyakini, Narji tak lama lagi akan ikut-ikutan menjual agama demi urusan politik.
Apalagi, kata dia, PKS selama ini dikenal sebagai partai berbasis agama dan menjual agama untuk merebut hati pemilihnya.
"Ini betul-betul pengalihan profesi luar biasa, jika dulu Narji jual kelucuan sekarang jual agama. Kenapa dia minta maaf? Karena merasa massa FPI itu adalah massa PKS, mereka takut kehilangan, makanya Narji didorong untuk minta maaf," kata Eko.
Bagi Eko, wajar Narji telah berhasil dicuci otaknya. Sebab PKS memang dikenal sebagai partai mengambil posisi untuk merebut segmen muslim.
Maka itu, mereka tentu punya strategi khusus dengan pendekatan komedian ini.
"Permintaan maaf soal dukung Dudung itu, artinya sama saja Narji senang jika FPI terus menerus merusak Jakarta," kata Eko.
"Saya membayangkan orang selucu Narji jadi norak kayak begini, ini kan luar biasa hasil cuci otak PKS," kata dia lagi. [Democrazy/hops]